Follow Me

Sunday, January 26, 2020

Undangan Untukmu

Bismillah.

#matrikulasinakid #nakindonesia


Alhamdulillah, udah sampai ke materi ke 4 matrikulasi NAK Indonesia. It means I'm already half way. Semoga Allah berikan hidayah dan kekuatan untuk melanjutkan sampai akhir program. Aamiin.

Materi keempat temanya tentang ayat dakwah, QS An Nahl ayat 125.


Seperti biasa, ustadz Nouman membahas ayat kata per kata. Dari kata ud'u yang berarti undangan (invitation). Oh ya, ud'u itu satu akar kata sama dakwah, artinya inti dakwah itu bukan ceramah, dan tentu bukan juga debat. Inti utama dakwah adalah sebuah undangan.

Ada yang pernah kirim undangan? Biasanya kita kirim undangan ke siapa? Ke musuh? Tentu bukan ya. Undangan biasa dikirimkan untuk orang terdekat, teman kita, keluarga kita, dan orang-orang yang kita cintai. Selain itu, kita juga tidak mengundang orang saat kita marah. Ada sikap ramah dan senang hati saat kita mengundang seseorang, sikap bahwa kita mengharapkan kehadirannya. Begitu pula sikap yang harus kita miliki dalam berdakwah.


ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [Surat An-Nahl (16) ayat 125]

Kata/frase berikutnya, ila sabili rabbik, merupakan hal kedua yang harus kita perhatikan dalam dakwah. Dakwah itu bukan undangan biasa, melainkan undangan istimewa. Kenapa? Karena biasanya, kalau undangan itu, kita nyantumin lokasi tujuan, sedangkan dakwah, yang disebutkan bukan destinasi, tapi sabili rabbik, jalan Tuhanmu.

Bedanya apa sih? Pertama, kalau misal mengundang teman ke rumah kita, trus telat hadir, kita marah kan? Kenapa? Karena ia tidak sampai ke rumah kita. Tapi kalau undangannya ke jalan, dan jalan itu panjang, maka setiap yang berada di sana, baik itu yang baru selangkah, maupun yang udah ratusan kilometer, semuanya 'memenuhi undangan'. Kalau kata ustadz Nouman semuanya sukses.

Dan tahukah, bahwa Allah mendeskripsikan agama ini, islam, sebagai sebuah jalan?


Selain tentang setiap orang yang berada di jalan dianggap sukses, ada konsekuensi lain yang harus kita perhatikan atas undangan istimewa ini. Kalau kita ke jalan, akan banyak yang lewat, mulai dari mobil, sepeda, bis, sampai pejalan kaki. Kecepatan masing-masing berbeda kan? Artinya, Allah mengetahui dan memahami bahwa setiap manusia memiliki speed yang berbeda-beda. Dan Allah menghargai masing-masing orang yang berjalan mendekat pada-Nya, bahkan yang berjuang untuk bergerak satu demi satu senti setiap harinya.

Jika Allah begitu, maka bagaimana dengan kita? Kita juga seharusnya tidak memaksakan orang lain untuk berubah menjadi 'sempurna' dalam satu malam, hanya karena kita merasa sudah memberikan 'undangan' (baca: dakwah) pada mereka.

Yang perlu kita lakukan adalah bersabar, dan terus menerus mengingatkan serta tidak menyerah. Jika pun ada kata-kata yang masuk ke hati mereka, dan mereka berubah menjadi lebih baik, dan menyusuri jalan islam, kita perlu ingat. Bahwa bukan kata-kata kita yang mengubah mereka, tetapi Allah yang mengubah mereka.

Allah lah yang menanamkan 'biji', satu dari pengingat-pengingat yang pernah kita sampaikan, dalam hatinya. Dan Allah juga yang menentukan kapan biji tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon iman, yang kelak akan berbuah amal.

Masalah Dakwah Kita


Ada beberapa hal yang harus kita ubah dalam dakwah kita. Karena seringkali hal-hal ini memutus harapan orang-orang. Banyak yang merasa tidak akan mungkin masuk surga karena cara dan sikap kita yang salah dalam berdakwah.

Pertama, sikap menghakimi, dan meminta proses perubahan yang kilat

Kedua, packaging dakwah bahwa untuk masuk surga dibutuhkan begitu banyak ilmu, fiqih, aqidah, bahasa arab, tafsir, baca kitab-kitab para ulama, hadir atau nonton kajian, mencatat, dan setelah itu semua, mungkin, mungkin kita bisa masuk surga.

Kita lupa, bahwa Al Quran memberitahu kita kisah pemuda al kahfi, yang sadar bahwa ada Rabb semesta. Mereka bahkan tidak tahu cara shalat, mereka hanya berdoa meminta petunjuk dan rahmat. Dan kisah pemuda tersebut dipelajari oleh ulama tafsir. Hal ini menunjukkan bahwa, sebenarnya yang memperumit islam adalah diri kita sendiri. Ekspektasi kita  terlalu banyak dan mengintimidasi, sehingga banyak yang memilih untuk menjauh pada islam.

Ketiga, persepsi yang salah, bahwa hanya orang-orang terbaik yang bisa masuk surga.

Padahal di surat Al Lail, Allah berfirman, la yashlaha illal ashqa. Tidak akan masuk neraka kecuali orang-orang yang terburuk.

Dengan ayat tersebut Allah seolah 'menutup' pintu neraka, karena hanya orang-orang yang sangat sangat terburuk yang masuk neraka. Dengan ayat itu juga, Allah membuka lebar harapan kita, bahwa mereka yang tidak termasuk golongan terburuk, Allah izinkan masuk surga. Subhanallah. Maha suci Allah. Kalimat undangan-Nya begitu indah. Namun kita yang salah sikap dan salah cara saat menyerahkan 'surat undangan' tersebut.

Keempat, terlalu mudah memberi label haram, padahal kaidah fiqih yang benar, sesuatu itu dihukumi halal, sampai terbukti keharamannya.

Hal ini harus diwaspadai, karena saat seseorang merasa sudah 'tenggelam' dalam hal-hal yang haram, ia kan mudah berputus asa dan akhirnya memilih untuk tetap dalam kegelapan, meski ia tahu bahwa iman itu cahaya.

Kelima, yang ini agak sulit nulisnya hehe. Jadi silahkan cek di sini ya penjelasannya. Tentang makna dari sincere / ketulusan / ikhlas.

Keenam, saat Allah marah pada hamba-Nya, bukan berarti kita berhak untuk ikut marah.

Ustadz Nouman mencontohkan tentang oranng tua dan anak-anaknya. Misalkan anak pertama melakukan kesalahan, kemudian ayahnya marah. Apa itu berarti adiknya, berhak untuk ikutan marah? Tidak kan? Ini juga berlaku kalau yang salah adalah sang adik. Saat Ibu marah pada adik karena kesalahannya, sang kakak tidak berhak ikutan marah-marah. Begitu pula kita menyikapi ayat-ayat yang menunjukkan kemarahan Allah.

***

Setiap muslim disarankan untuk berdakwah, mengundang orang lain kepada islam, menyampaikan meski hanya satu ayat. Tapi ada hal-hal yang harus kita perhatikan dalam berdakwah. Agar jangan sampai yang kita lakukan justru malah membuat orang-orang menjauh dari islam.

Semoga Allah memberikan kita kebijakan dalam berdakwah. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang tidak merugi, yang beriman, beramal shaleh, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. Aamiin.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya