Follow Me

Thursday, January 23, 2020

Jawabannya Ada di Buku

Bismillah.

Ada yang pernah ujian open book? Apa jawaban soal-soal ujian open book ada di buku? Biasanya, justru saat ujian open book, jawabannya tidak ada di buku. Kesel gak sih? Hehe.

Tahun 2019, kuantitas baca saya berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2018. Sebenarnya karena ga dicatat, jadi gatahu turunnya berapa. Tapi saya yakin bahwa kuantitasnya berkurang karena indikator lain, seperti jumlah tulisan di blog ini yang menurun juga, cara saya menghabiskan waktu luang. Malu mengakuinya, but I read less book in 2019,

Tapi, meski kuantitasnya berkurang, alhamdulillah masih membaca. Dan dari membaca itu, aku menemukan beberapa jawaban 'pertanyaanku' di buku.

Mengenal Diri Lewat Buku Psikologi Suami-Istri


Aku pikir, baca buku ini bakal banyak yang ga relate. Judulnya begitu, dan aku belum memasuki peran itu. Tapi aku, justru dapet banyak jawaban dari buku itu.

Jawaban tentang perasaanku, yang begitu sering naik turun, bak gelombang laut. Dulu stress sendiri, heran sama diri sendiri, kok bisa sih, perasaan baru kemarin merasa baik-baik saja, kok tiba-tiba merasa jatuh lagi? 

Ternyata memang fitrahnya begitu. Tinggal gimana kita mengisi waktu saat jatuh agar bisa segera naik lagi.


Juga pertanyaan lama, kenapa rasanya sulit untuk meminta bantuan, dan menerima pemberian? AKu pikir hanya aku, aku aneh sekali. Kenapa rasanya berat untuk menerima pemberian. Apakah aku terlalu sombong? Begitu dulu aku berpikir. Dan buku tersebut menjawab pertanyaanku, ternyata bukan cuma aku, kebanyakan perempuan memang terbiasa memberi namun lupa caranya menerima pemberian. Bahkan mungkin kita (baca: perempuan) harus belajar menerima pemberian.


Termasuk juga tentang kenapa, aku begitu cepat emosi bahkan sebelum perbedaan pendapat dikomunikasikan dengan keluarga (ayah, ibu, kakak, adik). Karena ternyata, sebelum-sebelumnya aku selalu menghindari perdebatan dengan cara yang salah berpura-pura atau menyerah. Akibatnya, jadi numpuk gitu. Perasaan seolah-olah gak ada yang mau mendengarkan pendapatku yang seringnya berbeda. Padahal mah... sebenarnya mereka mau mendengarkan, aku saja, yang lebih sering menahan diri, kemudian berpura-pura atau menyerah. 


Selain mengenal diri, aku juga jadi banyak mengenal orang lain. Terutama dengan mengaitkan apa yang aku baca dan apa yang aku lihat/ingat di kehidupan nyata.

Jawaban Tentang Memarahi Diri

Dulu, aku berpikir, aku salah terlalu sering memarahi diri. Kadang caranya ga baik, seperti sengaja ga makan meski ga puasa. *jangan ditiru. Ini menurutku ga sehat. Terutama bagiku, yang pernah membenci diri, yang pernah sangat sangat gak suka sama diri sendiri.

Aku tahu, teorinya, bahwa orang yang membenci diri, harus menerima diri, harus lunak pada diri, jangan terlalu keras. Tapi aku kesel sama diri sendiri, yang ketika dibaikin justru malah bikin masalah dan membuat kebencian itu muncul lagi.

Sampai pernah aku bertanya pada teman, dan jawabannya memuaskan diriku. At least, aku jadi punya cara memarahi diri yang tidak mendzalimi diri.


Aku pikir, jawabannya sudah final. Tapi setelah baca bagian awal buku Tarbiyah Ruhiyah Ala Tabi'in, aku jadi dapet insight baru, semacam jawaban yang lebih tepat. Bahwa ternyata boleh aja memarahi diri, asalkan, niatnya untuk mendidik nafsu. Contoh dari para tabi'in justru terlihat lebih 'ekstrim'. Kita mungkin ga bisa kalau niru persis. Tapi harusnya sih tetep bisa niru dengan modifikasi. Agar (nafsu) diri, ada dalam kendali kita. Bukan sebaliknya, nafsu kita yang mengendalikan diri.

Baca juga: Memarahi Diri

The Book of Answers

Ada yang pernah beli book of question? Buku yang isinya hanya pertanyaan?

Menulis ini aku jadi ingat sebuah buku, yang di dalamnya berisi banyak jawaban atas setiap permasalahan dalam hidup kita. Jawabannya tidak selalu detail dan exact, sama seperti saat kita ujian open book. Petunjuk untuk dapetin jawabannya yang ada di sana. Kalau kita benar-benar membacanya, mempelajarinya, in syaa Allah soal-soal ujian hidup kita yang 'open book' bisa kita kerjakan dengan lancar. Ada yang tahu buku apa ini? Al Quranul Karim

Having difficult problems in life?

Mungkin kita terlalu banyak mencari jawaban di buku lain, hingga lupa bahwa Al Quran bukan cuma 'bacaan' yang dilafalkan namun tidak dipahami. 

Kalau kita mau berusaha sedikit saja mendekat pada Al Quran, membacanya, mempelajarinya,  merenung serta memikirkan ayat-ayatNya, sungguh Allah akan menunjukkan pada kita jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sulit di hidup kita.

Karena IA bukan cuma sekali mengingatkan kita, bahwa IA menjadikan Al Quran itu mudah, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [Surat Al-Qamar (54) ayat 17]

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya