Bagaimana rasanya menemukan kembali sesuatu yang kita kira hilang, dan sudah direlakan kepergiannya? Perasaan pertama, entahlah apa hehe. Susah mendeksripsikannya. Aku membukanya pelan, mengamati sebagian sisinya yang sudah tidak seperti dulu, ada bagian yang 'cacat'. Lalu aku bergumam pelan, ternyata di sini toh. Ternyata di sini.
***
Memori lama hadir. Memori saat aku mencarinya. Pagi itu 10 Oktober 2017. Aku rela berangkat sendiri ke suatu tempat yang sudah 5 tahun lebih tidak kukunjungi. Sendiri, menaiki angkutan pagi, turun, menyebrang, lalu berjalan sekitar 1 km. Aku ingat mengangguk pada satpam yang menjaga bangunan tersebut. Aku menuruni tangga untuk masuk gedung tua itu. Berbeda dengan gedung baru di hadapannya, lantai pertamanya lebih rendah dari jalan aspal yang memisahkah keduanya. Aspalkah? Atau paving block? Ah aku lupa.
Dari lantai satu itu aku mulai mencari, kemudian ke lantai dua, tiga, empat. Kemudian ke menelusuri ulang dan mencari lagi di lantai tiga, lantai dua, lantai satu lagi. Badanku berkeringat, tangan dan sepatuku berdebu, tapi yang kucari tidak ada.
Aku ingat mampir ke kamar mandi di lantai satu untuk mencuci tangan. Pikiran dan hatiku tidak tenang. Otakku terus berpikir, kemana dan dimana sesuatu yang kucari. Apakah hilang? Aku ingat instruksi dari ibu untuk mencarinya. Ucapan ibu yang menggerakkan kakiku untuk berusaha mencari sampai ke tempat tersebut. Aku mengingat dan jujur sedikit takut saat melihat di lantai dua terdapat kardus tempat membuang kertas dan buku bekas. Ruangan bersama di tiap lantai, kini memang kosong dari buku-buku. Terlihat jelas saat itu tidak ada lagi kegiatan dilakukan di sana. Dapur, yang dulu sempat 'hidup' saat aku tinggal di sana. Kita terlihat terbengkalai. Seolah tidak ada yang pernah mengunjunginya. Ya, kalau bisa memasak di kamar, mengapa harus masak di dapur bersama?
Aku ingat keluar dari gedung itu, menutup pelan pintu kayu tua dengan perasaan hampa. Karena yang kucari tidak kutemukan di sana. Karena yang kucari aku kira resmi hilang entah dimana dan kapan. Aku... tidak ingat.
***
Maka saat menemukannya lagi, hatiku mengajakku berbincang. Menurutmu bel, apa hikmah dari hilang dan ditemukannya lagi sesuatu ini? Mengapa Allah ingin kamu pagi itu berusaha mencari, dan menyusuri jalan itu? Seolah sebelum meninggalkan kota itu, Allah ingin kamu berkunjung lagi pada memori lama saat kamu pertama datang ke kota itu. Seolah Allah ingin menunjukkan, seperti ini caranya berusaha, kemudian pergi. Bukan sembunyi, lalu pergi.
Seolah Allah ingin menunjukkan padamu, bahwa langkah awalmu datang bergegas. Tapi saat pulang tanpa membawa apapun di tangan, langkahmu lebih ringan, kau tidak perlu cepat-cepat. Kau bisa berjalan pulang sembari melihat sekitar. Menghirup udara pagi di sana yang suhunya lebih dingin, dan lebih segar pula karena pepohonan dan hehijauan (?) di sekitar. Melihat warna lain yang mencuat di antara kehijauan, putih, oranye, merah, pink, magenta? Bunga. Bunga yang kutangkap dalam foto, saat itu aku upload ke ig, lalu masuk ke folder archive, dan lewat sana aku jadi tahu tanggal pastinya.
Maka saat menemukannya lagi, hatiku mengajakku berbincang. Menurutmu bel, apa hikmah dari hilang dan ditemukannya lagi sesuatu ini? Mengapa Allah ingin kamu menemukannya saat ini, dan bukan di waktu lain. Kenapa 2020? Bukan 2018 atau 2019? Seolah Allah ingin menunjukkan padaku, bahwa aku tidak membutuhkannya. Bahwa ada banyak yang harus aku pelajari dalam hidup karena 'hilangnya' hal tersebut. Pelajaran berbaik sangka padaNya, pelajaran untuk menjahit kembali ikatan yang renggang. Pelajaran tentang hal-hal lain yang aku sendiri tidak tahu apa saja. Maybe including the value of your self-worth, and how it doesn't determined by that kind of thing.
***
Bagaimana rasanya menemukan kembali sesuatu yang kita kira hilang, dan sudah direlakan kepergiannya? Entahlah, sampai detik ini sulit untuk mendeskripsikannya. Aku memang tersenyum, membersihkan debu-debu, kemudian memindahkannya ke lemari kaca. Ada perasaan lega. Tapi rasa senang dan lega-nya tidak terlalu tinggi. Biasa saja? Mungkin. Karena sebelumnya aku sudah merelakannya hilang. Karena dulu aku masih membutuhkannya, dan kini sudah tidak. *meski bisa jadi di masa depan akan butuh. Who knows?
Tapi meski aku tidak bisa mendeskripsikannya secara jelas. Aku ingin menuliskannya di sini. Aku ingin merekam dalam tulisan, bahwa aku pernah menemukan kembali sesuatu yang sudah aku relakan hilang.
Mungkin seni hidup memang seperti itu. Kadang kita harus belajar merelakan dan mengikhlaskan. Baru kemudian, saat tidak ada lagi keterikatan di hati, saat 'sesuatu' itu letaknya sudah tidak di hati kita, Allah mengembalikannya lagi. Karena lesson learned-nya sudah sampai.
Allahua'lam.
***
PS: Iseng pengen nambahin kalimat-kalimat yang bisa buat baper dan ambigu pembaca. wkwkwk.
"Sembari menuliskan paragraf-paragraf ini, aku bertanya-tanya. Jika saat ini aku melepasmu, merelakanmu hilang untuk selamanya dalam hidupku. Apa mungkin suatu saat nanti, kamu akan kembali kutemukan? Di belahan bumi yang selalu bumi-Nya? Di potongan waktu yang selalu waktu-Nya?"
yang ini aku hidden aja hehe. semoga tidak ada yang membaca kecuali aku.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya