-Muhasabah Diri-
Bagaimana bila kamu merasakan bekas dosa di harimu? Ibarat menginjak sampah permen karet. Awalnya kamu kesal, marah, lalu mulai menyalahkan orang lain. Sebelum akhirnya sadar kamu ikut andil karena tidak berhati-hati. Padahal hati-hati itu, bentuk ketakwaan.
Bagaimana bila kamu merasakan bekas dosa di harimu? Ibarat menginjak sampah permen karet. Beruntung bagi yang refleks segera membersihkannya. Karena sebagian dari orang-orang ada yang memilih mengeluh dulu, mencaci maki dulu. Padahal makin lama diinjak, makin sulit juga membersihkannya.
Bagaimana bila kamu merasakan bekas dosa di harimu? Membersihkannya butuh usaha lebih. Kamu harus memaksa dirimu untuk bertaubat, untuk banyak beristighfar, serta memaksa tubuhmu yang terasa begitu berat untuk melaksanakan amal shalih.
Bagaimana bila kamu merasakan bekas dosa di hatimu? Mau kah kau menghapusnya? Atau kau lebih memilih abai dan memilih tenggelam lebih lama, lari menuju tempat yang salah.
Lupa. Kamu lupa. Bahwa yang bisa menyelamatkanmu hanya Allah. Bukan usahamu. Bukan tekadmu yang jauh dari tegak. Bukan pula doamu yang kau rapalkan tanpa adab dan kesungguhan.
Bagaimana bila kamu merasakan bekas dosa di hatimu? Bila itu terjadi. Sadari dan akui kelemahan diri. Kemudian merendahlah di hadapan-Nya. Paksa dirimu untuk mengerjakan amal baik. Seret kaki dan tanganmu dari hal yang sia-sia. Berat? Tentu berat, kamu menyadari bahwa itu pertanda ada bekas dosa di harimu. Tapi kamu juga sadar, bahwa kamu tidak mau membiarkan bekas itu mengembalikanmu ke jurang gelap itu.
Maka kamu mengeja ulang, tentang Allah yang membuka pintu taubatnya siang dan malam. Maka kamu mengeja ulang, tentang Allah satu-satunya penolong.
Dan dalam kesendirian, kamu mengadu pada-Nya. "Ya Allah, bekas dosa ini memberatkan langkahku mendekat padaMu. Ya Allah, aku takut tenggelam lagi dalam gelap gulita. Ya Allah, selamatkan aku. Sungguh Engkaulah sebaik-baik penolong."
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya