Follow Me

Wednesday, August 15, 2012

Rantai Gajah di Kepalamu

Bismillah..
"Ada rantai gajah di kepalamu," tandasmu tanpa basa-basi. Aku terpekur sejenak, kemudian balik bertanya -barangkali aku salah dengar-

"Ada rantai gajah di kepalaku?"
yang ditanya hanya mengangguk pelan.

***

Ini tentang persepsi, yang sering kali menghalangi diri untuk melangkah, berlari dan melompat. Tentang persepsi, yang menghambat laju kesuksesan kita.

Bukan sekali dua kali, teman yang kuajak dan kumotivasi untuk menulis menjawab dengan pernyataan pesimis macam 'aku nggak bisa nulis' dan  'tulisanku jelek'. Jawaban yang senada yang sering kujawab ketika ada yang tanya 'kenapa nggak di share?'.

Persepsi adalah apa yang terbentuk di pikiran kita, ia bukanlah kenyataan yang ada. Hanya berkisar kekhawatiran yang kita rasakan.
"Kekhawatiran tak menjadikan bahayanya membesar, hanya dirimu yang mengerdil. " (Salim A Fillah)
Persepsi itu ibarat rantai gajah, kalo kata Kang Irfan (Aksara, trainer PMJ). Tapi, ia berada di kepalamu.

***


Alkisah, tertangkaplah seekor gajah liar. Segera sebelum sang gajah terbangun karena efek obat bius yang habis, si pemburu pun memasang rantai besar dan kuat di kaki gajah. Rantai itu, bukan rantai yang biasa kita temui di rumah-rumah. Tapi rantai khusus, rantai yang tidak putus sekalipun ditarik dengan kekuatan gajah.

Gajah liar terbangun, mendapati dirinya di tempat asing, sendiri tanpa teman-temannya. Ia kemudian mencoba berjalan, namun sayang sebelah kakinya terikat sesuatu. Secara naluriah, ia pun berontak dan mengamuk. Hanya kelelahan yang membuatnya berhenti mengamuk dan tertidur. Untuk makan, si pemburu telah menyediakan makanan tak sedap untuk menjaga agar gajah tersebut tidak mati.

Kejadian gajah mengamuk ingin pergi berulang setiap gajah tersebut terbangun dan menyadari ia tak seharusnya berada di sana. Hingga tiba suatu saat, ia (gajah) terbangun, tapi tak berontak, tak lagi berusaha untuk lari. Ia hanya mencari-cari makanan yang biasa disediakan oleh si pemburu. Sejak saat itu, si pemburu melepas rantai di kaki sang gajah dan menggantinya dengan seutas tali biasa. Sebuah tali tak istimewa tak juga kuat, yang bahkan dengan kekuatan manusia bisa dengan mudah putus.

Tapi, sang gajah tak pernah menyadarinya. Ia tak pernah mencoba lagi untuk lari setiap terbangun dari tidurnya.

***

"Rantai gajah itu berpindah ke kepalanya," begitu tutup trainer PMJ mengakhiri kisah rantai gajah.

Mungkin bukan yang pertama kali kita mendengar, membaca kisah di atas. Mungkin saja ada yang berbeda, beda versi, tapi inti pesan yang disampaikan hanya satu. Tentang hambatan persepsi yang seringkali membuat kita tidak jadi melangkah. Seperti gajah tadi. Padahal jika ia mau melangkah dan berlari, maka ia sudah bisa bebas, sudah bisa menyusul temannya.

Kita, seperti gajah tadi. Tidakkah kita sadar, ada rantai gajah di kepala kita. Yang membuat kita ragu, khawatir lantas memilih untuk tidak melakukan sesuatu hanya karena persepsi negatif di kepala kita.

Sungguh, menulislah! Meski persepsi 'tidak bisa menulis' merantai kepalamu.
Sungguh, menulislah! Meski persepsi 'tulisan ku jelek' menjerat kepalamu
Sungguh, menulislah! Meski persepsi 'aku tak punya bakat' membuat jemarimu kaku.

Menulis itu bukan soal bakat atau tidak bakat. Percayalah, aku pun tak punya bakat di sini (di bidang tulis menulis). Menulis itu sebuah ketrampilan. Maka semakin sering kau menulis, semakin sedaplah tulisanmu untuk dibaca. Menulis itu sebuah ketrampilan, maka bagaimana tulisanmu mau enak dibaca, bagus dan menarik jika kau terus menahan jemarimu untuk menari dan menorehkan tulisan?

Yuk.. sama-sama memutuskan rantai gajah di kepala kita. :))
dan mulailah menulis.


Memang tak mudah, mengubah persepsi yang terlanjur terbentuk. Memang tak mudah mengubah persepsi bahwa rantai itu sebenarnya ada di kepala kita, bukan di kaki kita, apalagi di jemari kita. Rantai itu ada di kepala, tak nyata, tak kuat. Ia lemah, kalau saja kita mau mencoba melangkah. Ia lemah, kalau saja kita mau mencoba menulis.

***

untuk diri : rantai gajah masih ada di kepalamu. Masih ada jika saat ini kamu masih saja enggan berbagi, masih enggan nge-share tulisan-tulisan di sini pada sesiapa. Masih ada, sekalipun kau beralibi ini itu tentang hal ini.

"hei Bella, terus emang kenapa?"
>.<

Wallahu a'lam

3 comments:

  1. subhanallah, inspiratif sekali ceritanya...

    ReplyDelete
  2. hal yang banyak dirasakan dan terjadi pada kita,,,halangan tidak untk ditakuti,,,tapi untuk dilalui

    ReplyDelete

ditunggu komentarnya