Gak Berhak untuk Marah
Isabella Kirei
July 29, 2017
0 Comments
Bismillah.
#hikmah
Suatu siang, dua jam lebih setelah adzan dzuhur. Aku berjalan, memilih berbelok dan melewati jalan yang lebih sepi. Sebenarnya, sebelum berbelok hati dan mataku sudah panas. Saat aku pamit kepadanya, aku terburu, yang aku tahu, aku harus segera pergi sebelum ia melihat lapis kaca di mataku.
Mungkin lima belas menit, atau dua puluh menit, aku akhirnya berhenti dan menemui orang lain. Sekitar satu jam lain terlewat, lalu adzan ashar terdengar. Aku pamit, lalu pergi lagi, berjalan, kali ini dengan perasaan ringan.
Saat perjalanan yang kedua, aku baru sadar, hm.. aku tadi seharusnya ga perlu marah dan sampai meneteskan air mata. Karena sebenarnya aku tidak berhak untuk marah kepadanya. Ya, aku ga berhak untuk marah kepadanya, sebaliknya.. sebenarnya ia lebih berhak menerima kata terima kasih dariku, ketimbang perasaan tidak enak karena harus membuatku pergi sendiri.
***
Kejadian singkat satu pekan lalu itu.. membuatku teringat. Kalau aku tidak berhak marah. Kalau kejadian di atas kepada teman baikku, kali ini.. aku diingatkan lagi. Kalau aku tidak berhak marah ke Allah. Ada jauh lebih banyak hal-hal yang harus kita syukuri, ada banyak takdirNya yang mengalir lembut memudahkan hariku.
Dan juga, mengingatkanku juga. Bahwa aku tidak berhak marah, pada diri. Karena marah tidak bisa mengubah apapun. Bukan marah, sikap yang pas untuk situasi ini.
***
Alhamdulillah. Ya Allah, terima kasih, karena kau mengizinkan aku berjalan, dan tidak menunjukkan kristal bening itu jatuh di hadapannya.
Allahua'lam.
***
post to draft
***
post to draft