Membaca Ta'limul Muta'allim
Isabella Kirei
November 28, 2019
0 Comments
Bismillah.
Bukan nukil buku, lebih banyak curhat, tentang buku ta'limul muta'allim.
***
November 2016. Malem jumat? 3 November 2016. Sehari sebelum 411. Malam saat aku bertemu kembali dengan Teteh Mentari pagi, dan diberi pesan agar 'jangan lari'.
Ada undangan kajian ta'lim muta'allim, aslinya offline, di LTI Bandung, tapi karena malam, buat akhawat ada grup google hangout buat ikutan dengerin kajian. Yang ngisi Abu Ezra, Kang Fadhli, dulu pertama kali tahu beliau lewat MPI Bandung. Ada beberapa pertemuan, tapi aku pribadi ga menyimak semua. Terakhir download audio pertemuan ke 9. Waktu itu, Abu Ezra sudah pindah tempat tinggal, ke Depok atau Bogor, agak lupa.
Selang waktu beberapa tahun kemudian, Penerbit Aqwam menerbitkan buku terjemahan Ta'lim Muta'allim. Langsung deh pre-order, alhamdulillah bukunya sampai di Purwokerto bulan Juli lalu. Tapi baru mulai baca akhir Oktober.
Aku baca dari awal, pengantar penerbit, mukadimah pen-tahqiq, dst urut pokoknya. Sembari membaca buku ini, saya mencoba menggali memori yang sudah lama hilang saat dengerin kajiannya. Jujur, jadi paham, kenapa belajar itu ga bisa cuma baca buku, tapi harus dateng kajian dengerin dari guru. Karena beneran deh, ga bisa kalau cuma salah satunya saja.
Aku pertama baca buku yang udah di-tahqiq dan ditakhrij itu buku Sirah Aisyah, bisa jadi bahkan cuma itu? Kalau di Sirah Aisyah catatan kakinya mayoritas tentang status hadits, jalur riwayatnya, atau penjelasan nama sosok yang tercantum di dalamnya. Sedangkan di buku ta'lim muta'allim ini.. lebih 'rumit' lagi.
Di bagian awal buku memang sudah disebutkan kalau buku ini adalah disandarkan dari empat naskah, yang selanjutnya disebut naskah A,B,C,D lebih tepatnya dengan karakter arab alif, ba, ja, dan dal. Di mukadimahnya disebutkan lengkap naskah A ditemukan dimana, kondisinya gimana, dll. Dari situ aku dibuat mikir, wah ternyata jaman dulu menyalin buku itu manual, tulis tangan, jadi ada kemungkinan perbedaan diksi di beberapa bagian. Kalau sekarang kan 'tinggal' copy paste dan bisa menerbitkan buku sekaligus banyak.
Dari situ, aku pribadi udah mulai merasa, kayaknya perlu minta dokumentasi kajian ta'lim muta'allim deh. Akhirnya aku coba tanya di grup Ta'lim MPI. Dan.. tidak ada respon. Mungkin memang sudah gatahu dimana, atau tidak terbaca pesannya. Entahlah, hehe. But the show must go on kan? Maksudnya, masih harus baca kan..
Alhamdulillah setelah baca (sebagian) isinya, ternyata ga seberat saat baca detail tentang tahqiq-nya. Isinya bagus dan banyak hal yang harus dicatat. Bahkan... karena banyak kutipan yang bisa diambil, penerbit aqwam sendiri menyertakan kutipan dari buku tersebut di bagian bawah tiap halaman. ^^
Yang aku suka juga... dari buku ini, aku pertama kali baca syair arab sama teks arabnya, dengan harakat hehe. Kalau sebelumnya cuma baca terjemahannya saja di beberapa buku, kali ini feel-nya beda karena baca arabnya juga.
Oh ya jadi inget. Sebelumnya aku bilang catatan buku Ta'lim Muta'allim ini lebih rumit. Sebenernya bukan rumit sih, lebih ke detail banget. Selain penjelasan nama yang disebut dalam buku, juga keterangan kata tertentu cuma ada di naskah tertentu. Karena misal ada kata yang ada di naskah A, tapi ga ada di naskah B,C,D, atau naskah B memakai kata X, sedangkan naskah C memakai kata Y. Aku kasih contoh aja ya.
Catatan kaki :
[1] Kata 'salam' tidak terdapat pada naskah (ب)
[2] Pada naskah (ج) tidak terdapat huruf و pada kata يجدون
Semacam itu. Tapi sekali lagi, terlepas dari itu, bukunya masih enak dibaca. Kalau ga mau pusing, jangan baca catatan kakinya.
Udah sih, mau curhat itu aja. Terakhir izinkan kusalin sebuah kutipan dari buku ini untukku.
Semoga Allah menghindarkan kita dari sifat malas, dan menyibukkan diri kita dengan amalan-amalan baik. Aamiin.
Allahua'lam.
Bukan nukil buku, lebih banyak curhat, tentang buku ta'limul muta'allim.
***
November 2016. Malem jumat? 3 November 2016. Sehari sebelum 411. Malam saat aku bertemu kembali dengan Teteh Mentari pagi, dan diberi pesan agar 'jangan lari'.
Ada undangan kajian ta'lim muta'allim, aslinya offline, di LTI Bandung, tapi karena malam, buat akhawat ada grup google hangout buat ikutan dengerin kajian. Yang ngisi Abu Ezra, Kang Fadhli, dulu pertama kali tahu beliau lewat MPI Bandung. Ada beberapa pertemuan, tapi aku pribadi ga menyimak semua. Terakhir download audio pertemuan ke 9. Waktu itu, Abu Ezra sudah pindah tempat tinggal, ke Depok atau Bogor, agak lupa.
Selang waktu beberapa tahun kemudian, Penerbit Aqwam menerbitkan buku terjemahan Ta'lim Muta'allim. Langsung deh pre-order, alhamdulillah bukunya sampai di Purwokerto bulan Juli lalu. Tapi baru mulai baca akhir Oktober.
Aku baca dari awal, pengantar penerbit, mukadimah pen-tahqiq, dst urut pokoknya. Sembari membaca buku ini, saya mencoba menggali memori yang sudah lama hilang saat dengerin kajiannya. Jujur, jadi paham, kenapa belajar itu ga bisa cuma baca buku, tapi harus dateng kajian dengerin dari guru. Karena beneran deh, ga bisa kalau cuma salah satunya saja.
Aku pertama baca buku yang udah di-tahqiq dan ditakhrij itu buku Sirah Aisyah, bisa jadi bahkan cuma itu? Kalau di Sirah Aisyah catatan kakinya mayoritas tentang status hadits, jalur riwayatnya, atau penjelasan nama sosok yang tercantum di dalamnya. Sedangkan di buku ta'lim muta'allim ini.. lebih 'rumit' lagi.
Di bagian awal buku memang sudah disebutkan kalau buku ini adalah disandarkan dari empat naskah, yang selanjutnya disebut naskah A,B,C,D lebih tepatnya dengan karakter arab alif, ba, ja, dan dal. Di mukadimahnya disebutkan lengkap naskah A ditemukan dimana, kondisinya gimana, dll. Dari situ aku dibuat mikir, wah ternyata jaman dulu menyalin buku itu manual, tulis tangan, jadi ada kemungkinan perbedaan diksi di beberapa bagian. Kalau sekarang kan 'tinggal' copy paste dan bisa menerbitkan buku sekaligus banyak.
Dari situ, aku pribadi udah mulai merasa, kayaknya perlu minta dokumentasi kajian ta'lim muta'allim deh. Akhirnya aku coba tanya di grup Ta'lim MPI. Dan.. tidak ada respon. Mungkin memang sudah gatahu dimana, atau tidak terbaca pesannya. Entahlah, hehe. But the show must go on kan? Maksudnya, masih harus baca kan..
Alhamdulillah setelah baca (sebagian) isinya, ternyata ga seberat saat baca detail tentang tahqiq-nya. Isinya bagus dan banyak hal yang harus dicatat. Bahkan... karena banyak kutipan yang bisa diambil, penerbit aqwam sendiri menyertakan kutipan dari buku tersebut di bagian bawah tiap halaman. ^^
Yang aku suka juga... dari buku ini, aku pertama kali baca syair arab sama teks arabnya, dengan harakat hehe. Kalau sebelumnya cuma baca terjemahannya saja di beberapa buku, kali ini feel-nya beda karena baca arabnya juga.
Oh ya jadi inget. Sebelumnya aku bilang catatan buku Ta'lim Muta'allim ini lebih rumit. Sebenernya bukan rumit sih, lebih ke detail banget. Selain penjelasan nama yang disebut dalam buku, juga keterangan kata tertentu cuma ada di naskah tertentu. Karena misal ada kata yang ada di naskah A, tapi ga ada di naskah B,C,D, atau naskah B memakai kata X, sedangkan naskah C memakai kata Y. Aku kasih contoh aja ya.
Catatan kaki :
[1] Kata 'salam' tidak terdapat pada naskah (ب)
[2] Pada naskah (ج) tidak terdapat huruf و pada kata يجدون
Semacam itu. Tapi sekali lagi, terlepas dari itu, bukunya masih enak dibaca. Kalau ga mau pusing, jangan baca catatan kakinya.
Udah sih, mau curhat itu aja. Terakhir izinkan kusalin sebuah kutipan dari buku ini untukku.
"Wahai diri, jangan bermalas-malasan dengan menunda urusan. Jika tidak, tetaplah tinggal di jurang kehinaan. Tak pernah kulihat, para pemalas mendapat keuntungan selain sesal dan keinginan yang tak terwujud."
- Imam Az-Zarnuji, dalam bukunya Ta'limul Muta'allim
Semoga Allah menghindarkan kita dari sifat malas, dan menyibukkan diri kita dengan amalan-amalan baik. Aamiin.
Allahua'lam.