Bismillah.
Gerbang itu terkunci, kulihat rantai yang mengikatnya. Sebelumnya gerbangnya selalu terbuka, membuat orang yang melewatinya penasaran ingin menginjak rumput hijau dibalik gerbang tersebut.
Gerbang itu terkunci. Aku tidak tahu mengapa gerbangnya kini ditutup. Tidak cukup ditutup, bahkan kita juga dirantai dan digembok. Adakah yang merusak tanaman bunganya? Atau adakah yang membuang tumpukan sampah dan kotoran di sana? Atau adakah yang mencuri harta karun yang terkubur di bawah semak perdunya? Atau sudahkah datang, sosok penyebab gerbang itu sebelumnya selalu terbuka? Aku tidak tahu.
Aku tidak tahu mengapa gerbang itu terkunci. Yang aku tahu, aku masih selalu berhenti sejenak setiap kali melewatinya. Sama seperti saat gerbangnya terbuka. Aku hanya terdiam memandangi gerbang dan halaman hijaunya. Atau kini saat gerbangnya terkunci. Aku hanya diam memandangi rantai yang mengikat gerbangnya.
Gerbangnya terkunci, tapi aku sebenarnya bisa saja mendekat dan membuka gerbangnya. Seseorang pernah memberitahuku dimana letak kunci gemboknya. Katanya, semua orang tahu dimana letaknya, aku cuma tinggal melangkah mendekat dan membuka gerbangnya. Tapi aku masih sama.
Aku hanya akan berhenti sejenak memandanginya setiap aku melewatinya. Bertanya-tanya sendiri, mengapa gerbangnya kini ditutup dan dikunci. Hanya memandang dari jauh. Karena aku sudah menggambar sebuah garis yang tidak akan kulewati. Garis yang membuatku memilih hanya memandang gerbang itu dari jauh, tidak peduli gerbang itu terbuka atau tertutup. Meski aku tahu dimana letak kunci yang bisa membuka gerbang itu. Aku, akan tetap di sini. Dalam jarak dan diamku.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya