Follow Me

Saturday, June 20, 2020

Secangkir Teh Salman

Bismillah.

#blogwalking

Dulu, aku lupa tahun berapa dan bulan apa, ada semacam lomba menulis tentang "teh manis salman". Hari ini, aku membaca sebuah blog yang sudah ku-follow, lupa juga sejak kapan. Dan aku ingin memberitahu admin web salmanitb.com, atau admin ig mungkin, agar tulisan ini bisa disebarkan, tulisannya ciamik, cocok untuk siapapun yang merindu se-cangkir-gelas teh salman.

"Aku sudah mencoba membuat teh dari puluhan merk yang dipajang di rak minimarket komplek perumahan. Tapi rasanya tak ada yang menyamai teh hangat Salman. Mungkin perbandingan gula, teh, dan airnya yang tidak seimbang. Barangkali teh hangat Salman diramu dengan rumus persamaan polinomial orde-n. Terlalu sulit untuk bisa ditiru oleh si pandir sepertiku. Persamaan Schrodinger satu dimensi saja tidak bisa kuselesaikan dengan benar. Akhirnya, kuputuskan untuk menakar sesuai perasaan."
- Teh Melda Taspika, dalam blognya 

Tulisan Teh Melda, *sok kenal banget panggil Teteh padahal cuma follow blog, ga kenal orangnya langsung hehe.

Ehm. Jadi tulisan Teh Melda, ga cuma tentang teh manis salman, tapi juga tentang memori lain.

Selain Tuhan, Salman adalah saksi baik-buruknya diri ini sebagai mahasiswa. Datang ke Salman sebelum masuk waktu salat. Memanjangkan do'a, lalu dilanjutkan dengan makan di Gelap Nyawang. Sebuah misi tersembunyi agar bisa menunda kembali ke Lab. Ikut mabid di akhir pekan setiap awal bulan agar paginya ga perlu beli serapan. Nasi kotak Salman lebih enak dari masakan Ibu Warteg. Selain gratis, gizinya juga cukup dan dilengkapi dengan buah. GSG Salman juga hangat dan menenangkan untuk tidur. Salman adalah ruang rehat ternyaman dan teraman dari kejaran dosen. 
Terlebih saat Ramadhan. Salman adalah tempat bukber sebagian besar mahasiswa ITB. Membatalkan puasa dengan teh hangat dan tiga biji kurma. Memilih tempat salat paling strategis. Makan bersama di beranda masjid. Salat tarawih dalam kondisi belum mandi sejak pagi. Merdunya bacaan Imam Salman sering membuat mata ingin terpejam. Beberapa detik bahkan bisa hilang kesadaran (baca: tidur).
- Melda Taspika, masih dari tulisan yang sama 

Penutup, masih dari tulisan yang sama hehehe. Maaf kalau ini jadi kaya nukilblog hehe.

Teh hangat Salman selalu pas rasa dan takarannya. Tidak terlalu manis, juga tidak hambar. Dihidangkan dalam cangkir plastik sederhana dengan suhu yang paripurna. Menghangatkan hingga ke relung jiwa. Barangkali yang meracik menambahkan bubuk cinta. Setiap teguknya sukses membuat banyak hati terkesima. Tak ada yang menyoal berapa sendok gula atau menggunakan teh merek apa. Semua menikmatinya tanpa pernah bertanya. Setelah lulus, teh hangat Salman akan menghadirkan rindu, memanggil yang jauh agar kembali bertemu. Tapi perjumpaan tak semudah dulu. Jarak, pekerjaan, tanggung jawab, dan banyak hal dalam hidup membuat berkunjung menjadi rumit. Langkah tertahan oleh banyak alasan yang sulit untuk dijelaskan.
- Melda Taspika, tentang kerinduannya berjumpa kembali dengan teh manis salman
Semoga suatu saat diberi kesempatan berkunjung kembali ke selasar itu, mengambil gelas plastik warna apapun, mengisinya dengan teh manis, atau kopi manis, kemudian khusyu' menikmati tiap teguknya sembari melangitkan rasa syukur. Alhamdulillah, alhamdulillah 'ala kulli hal.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya