Follow Me

Sunday, April 21, 2013

Tulisan : Bukan (Sekedar) Untuk Dibaca



Bismillah...

Alkisah, di sebuah jejaring sosial... sebuah posting kontroversial menuai komentar.
A : Tujuannya tulisan ini apa?
B : Untuk di baca :-P
Observer1 : You don't say, haha nice :-D
Observer2 : It's impossible. Everyone who writes sure have a purpose, and it's not only to be read by people.

***

Untuk apa sebuah tulisan ada? Untuk apa sebuah tulisan lahir? Untuk apa sebuah tulisan di post di jejaring sosial, di post di blog/web, dicetak, disebarluaskan? Sekedar untuk dibaca kah?

Sebuah tulisan lahir melalui jemari, setelah sebelumnya janinnya berkembang di otak dan hati. Ia lahir lewat goresan huruf, menjadi kata yang dipisahkan dengan spasi. Bertemu koma, menyapa titik, hingga kemudian memilih untuk pindah alinea.


Sebuah tulisan lahir tentulah untuk kemudian dibaca. Tidak bisa tidak, sekalipun si penulis langsung merobeknya ketika ia selesai tercipta. Tulisan itu tetap hadir untuk dibaca, setidaknya.. ketika penulis sedang menciptakannya.

Namun benarkah tulisan lahir, hanya untuk dibaca? Mari kita analisis. *beuh, berat. hehe

Tulisan ada, untuk dibaca

Memberikan informasi. Mungkin inilah yang lebih tepat. Tulisan ada untuk memberikan informasi kepada pembaca. Kepada diri, yang ingin sebuah hal tidak dilupakan, maka ia memberi informasi pada dirinya di masa yang akan datang dengan tulisan. Kepada orang lain, yang bisa jadi membutuhkan informasi tersebut. Nothing to loose. You need it, read it. You don't need it, you can ignore it. Sifatnya hanya informatif, sekedar memberi. Tanpa mengharapkan apapun dari pembaca.

Tulisan ada, bukan untuk dibaca.
i mean... Tulisan ada, bukan sekedar untuk dibaca.

Informasi, ide dan gagasan yang ada di sebuah tulisan, menginginkan ada perubahan dari pembaca. Meski sekedar mengubah point of view pembaca. Atau lebih jauh, mengubah ideologi pembaca. Wush, bahaya. Makanya, harus hati-hati dalam memilih bacaan. :) Yang satu ini, bersifat persuasif. Mengajak pembaca. Mengajak pembaca untuk melakukan aksi lebih dari sekedar membaca tulisan kita. Tapi juga mengikuti jalan pikiran penulis, mengikuti saran-saran yang dipaparkan penulis, percaya pada tulisan penulis, dan lain-lain.
 
***

Yang lebih baik yang mana? Hehe :D Dua-duanya baik. Asalkan diniatkan untuk kebaikan, dan disampaikan dengan baik.

Tulisan yang informatif saja (tanpa mengajak) juga perlu. Misal nih, nulis algoritma rekursif fungsi faktorial. Sifatnya informatif, memberi tahu pembaca bahwa "begini loh, algoritma rekursif fungsi faktorial". Penulis tentu saja tidak sedang mengajak pembaca, untuk memakai algoritma tersebut. Karena toh, setiap orang bisa membuat algoritma yang berbeda untuk fungsi yang sama.

Tulisan yang persuasif saja juga bagus. Meski kebanyakan orang pasti merasa aneh, ini orang tiba-tiba nulis yang isinya : Ayo sholat lima waktu! Ayo bayar hutang puasa Ramadhan!

Tulisan yang informatif dan persuasif apalagi. *apalagi apanya? hehe.
Adalah keindahan tersendiri, ketika kita bisa memadu padankan keduanya. Maka ajakan sholat waktu, akan menjadi lebih mengena. Karena sebelumnya, kita memberi informasi tentang asal mula diwajibkannya sholat lima waktu. Maka ajakan membayar hutang puasa ramadhan, akan lebih terasa gregetnya. Karena sebelumnya, kita memberi informasi tentang Ramadhan, yang kurang dari 80 hari lagi insya Allah menyapa kita. *Allah... semoga Kau beri kami kesempatan bertemu lagi dengannya :)

***


Jadi kesimpulannya, Ayo Menulis... #semangatmenulis
*nggak nyambung. hehe

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya