Follow Me

Monday, February 27, 2017

Setitik Contoh Perjuangan Ibu

#hikmah

Bismillah.

Singkat cerita saya dan dua teman saya menginap di rumah teman yang merupakan ibu muda. Dari sana banyak hal yang didapetin. Sungguh... menyambung silaturahim itu manis~ semoga kehadiran kami bisa jadi penghibur dan penyemangat bagi ukhti yang baru sekitar dua bulan jadi ibu.

***

Proses Melahirkan
Ini ga bisa banyak diceritakan. Dulu.. cuma sekedar tahu. Tapi sejak nemenin kakak proses melahirkan, jadi tahu lebih banyak. Jadi pas ngobrol sama sang ibu muda pun, jadi nyambung.

Ini super duper banget deh perjuangannya, rasa sakit yang ga bisa dideskripsikan, keringat, tangis, teriakan, rintihan sakit dll. Bahas ini mataku panas hehe, ngebayangin ibuku dulu. Ga banyak yang bisa ditulis, tapi setidaknya ini buat kita paham, kenapa ibu disebut tiga kali sebelum ayah. Juga kenapa jika dipanggil mengadap-Nya saat proses melahirkan, bisa terhitung syahid. *cmiiw

Kekhawatiran
Mungkin terkesan aneh, bagaimana rasa khawatir merupakan contoh perjuangan ibu. Aku merasa... ketika seseorang telah menjadi ibu, rasa ini tidak pernah hilang, akan selalu ada dari ibu kepada anaknya. Rasa khawatir ini, yang membuat ibu tidak bosan berdoa kepada Allah untuk anak-anaknya. Rasa khawatir ini.. yang membuat ibu semalaman tidak tidur karena anaknya demam atau sakit. Rasa khawatir ini.. yang membuat ibu rela bolak-balik, pergi kesana-sini, tanya ke sana-sini ketika anaknya somehow lost contact dengannya. Rasa khawatir ini... tidak pernah berhenti. Bukan ibu tidak percaya pada anaknya, bukan ibu, tidak tenang bahwa ada Allah Yang Maha Menjaga, tapi rasa ini justru lahir dari fitrahnya.

Kita sebagai anak sering lupa, sehingga kita lebih memilih tidak menjawab telpon Ibu, atau menunda membalas pesan Ibu. Semoga tulisan ini membuatku ingat, agar selalu lebih dulu kasih kabar sebelum ditanya, lebih dulu menelpon sebelum ditelpon. agar ibu ga khawatir, agar ibu bisa tidur dengan hati tenang.

Pola Tidur

Ini mungkin khususnya waktu anak-anaknya masih kecil, atau saat anaknya sakit. Pola tidur seorang ibu itu.. ga teratur dan sedikit waktunya. Betapa sabar seorang ibu, bangun, lagi dan lagi, bahkan sampai ga tidur. Padahal kalau orang kurang tidur itu, normalnya jadi sensian, kok bisa ya? Ibu tetap selalu terasa hangat kasih sayangnya, meski pola tidurnya ga beraturan.. Salut lah,.. sama semua ibu di dunia.

***

Surat Luqman ayat 14-15. Sebenernya denger bahasan surat ini dari ayat 12-19 di kuliah Quran for Young Adults di bayyinah[dot]tv. Aku ga nonton fullnya sih, materinya di dapat dari pertemuan komunitas Qaf beberapa tahun yang lalu.

Di ayat 12-13, diceritakan tentang Luqman dan nasihatnya kepada anaknya. Cara Luqman sebagai ayah memanggil anaknya, 'ya bunayya'. Ayat 12 tentang bersyukur kepada Allah sebenernya manfaatnya untuk diri sendiri, ayat berikutnya perintah agar tidak mempersekutukan Allah.

Tapi ayat 14-15 ini istimewa. Kenapa? Kalau sekilas dilihat, seolah ayat 12-19 semua itu nasihat Luqman kepada anaknya, tapi kalau lebih teliti, ayat 14-15 ini bukan Luqman yang berbicara. Tapi Allah, menjeda kisah Luqman, lalu berfirman, tentang kita yang harus berbuat baik kepada orang tua kita.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
- Quran Surat Luqman ayat 14-15
Ada banyak yang dibahas di dua ayat tersebut, tentang penggunaan diksi waalidaih sebagai pengganti orangtua, kenapa bukan murabbi. Status ibu dan ayah itu tidak bisa hilang, meskipun misalnya mereka tidak merawat dan membesarkan kita dengan cara yang benar. Kita tetap harus berbuat baik pada mereka, pada ibu, yang hamil dalam kondisi lemah dan bertambah-tambah lemahnya. Masih ayat 14, bagaimana sebelum bersyukur/berterimakasih pada orangtua, kita harus berterima kasih pada Allah terlebih dahulu. Karena dibalik semua ibu dan ayah, Allah lah yang menjadikan itu terjadi. Lalu sekedar berterima kasih pada Allah saja juga tidak cukup, makanya setelah itu disebutkan juga waliwaalidaiik.

Terus yang ayat 15, bahkan ketika orangtua kita menyuruh kita mempersekutukan Allah, kita cuma boleh menolak, tanpa memutus hubungan orangtua dan anak. Karena seperti itulah perintahnya, fala tuti'huma, jangan ditaati, wa sohibhuma fiddunnya ma'rufa, kalau di terjemah diatas, pergauli dengan baik di dunia. Sohib/sahabat itu artinya teman lama, artinya kita harus tetap di sisi mereka, dan berbuat baik kepada mereka.

Aku inget komen seorang ukhti tentang pembahasan ayat 15. Katanya, kalau ada aliran/ajaran yang justru nyuruh kita jauh-jauh/putus hubungan dengan orangtua, maka pasti itu salah -.- soalnya, bahkan kepada orangtua yang nyuruh menyekutukan Allah aja, kita cuma diminta Allah tidak menaati mereka, tapi tetap menemani mereka, berbuat baik kepada mereka.

Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya