Bismillah.
#blog #random
Setelah sekian lama, akhirnya nyobain buka pakai akun The Magic of Rain di PC. Sebelumnya akun ini cuma dibuka di aplikasi hp, yang isinya sederhana banget. Aku mikirnya, mungkin selain bisa baca-baca tulisan di blog puisi, aku juga bisa nulis di blog ini pakai akun tMR. Tapi ketika buka, wah ternyata isinya beda. Jadi tahu bedanya login pakai akun pemilik sama akun author tambahan.
Cuma ada Posts, Setting, Reading List dan Help. Itupun Settingnya ga lengkap, basic cuma kalau mau berhenti jadi author, dll. Satu lagi yang aku baru tahu, ga bisa ngedit draft yang aku buat lewat akun Isabella Kirei. Padahal kalau di aplikasi hp, bisa ngedit, cuma ga bisa diupload, yang artinya, ga bisa hehe.
***
Bicara tentang akun pemilik, dan akun kontributor, jadi teringat, berpikir, apa lebih baik kalau aku ga pakai akun yang lama? Kenapa? Karena emailnya bukan milikku, tapi sebenernya, ga ada yang makai juga sih. hm.
***
Oh ya, kenapa aku login pakai akun tMR salah satunya karena aku hapus history, cache, cookie web browser aku. Semua akun jadi ke-logout. Bisa sih, tinggal login lagi. Ah ya, salah satu hal yang bikin serba salah dari web browser adalah kemampuannya memudahkan kita mengunjungi web yang sering kita kunjungi. Bagusnya, ya.. bagus jadi ga usah ketik lengkapnya. Jeleknya? Sok tahu. wkwkwk. Iya sok tahu, pernah mau ke alamat Yy, eh jadi ke klik ke alamat Ya. Gitu misalnya.
Ga bagus juga kali ya, buat yang sedang berusaha move on. Apasih bell? Wkwkwk. Move on dari mkebiasaan stalking blog/sosmednya si dia. Yakin mau lanjut bahas ini Bell? Nanti nyesel loh wkwkwk. Biarin ah, lagi pengen random. Nanti kalau nyesel tinggal di hapus, atau di hidden, meski masih bisa ditemukan.
Sedih, kalau kamu punya teman yang sakit seperti itu. Awalnya kamu mungkin menyalahkan pihak yang suka nulis status ga jelas, tapi makin lama mendengar curhatannya, kamu tahu.. temanmu yang sakit itu ga lepas dari salah. Karena apa? Karena dia membiarkan dirinya sakit. Pisau itu, ambigu, multi tafsir, bisa dipakai untuk hal baik, juga bisa untuk hal buruk, juga bisa menyakiti dirimu. Kalau kamu tahu, kamu ga ahli pakai pisau, ya jangan main pisau, kan jarimu berdarah, kan.. jadinya kamu sakit?
Ya, kemarin-kemarin aku mikir gitu. Udah bilang juga ke temenku. Tapi baru di blokir jam 8 malem, jam 12 dibuka lagi. Curhat lagi kalau statusnya X udah dihapus dll dll. Aku kesel sih, tapi ga bisa marah juga. Trus jadi mikir, kamu gimana Bell? Ah. Mungkin Allah ingin aku mikir. Allah ingin ngasih tahu aku, aku juga ga boleh kaya gitu. Jadi deh, aku hapus history blog ini. Meski aku hafal alamat blognya, tapi ya.. minimal mungkin ketika mengetik huruf demi huruf alamat blognya, aku jadi keinget, ga boleh. Inget calon suami, meski ga ada yang bisa diinget. Just remind yourself, may be he is someone else's soulmate. Seperti kamu, yang ga mau suamimu, sosmednya, blognya dipenuhi komen para akhawat ganjen. Meski emang ga ada salahnya baca blog, ga dosa juga. Tapi aku ingin menginget prinsipku dulu, hal-hal kecil yang menjadikan aku diriku.
***
Balik ke judul ah, biar nyambung. Ya, ga bisa ngedit. Hikmah yang aku dapet, aku coba petik, meski gatau nyambung atau ga. Dalam hidup kita, ada hal-hal yang diluar kemampuan kita, it's there but we can't change it. Misalnya masa lalu, akan selalu ada, ga bisa dihapus atau diedit. Atau mungkin hal-hal lain, seperti tanggal hari jam urusan dunia kita selesai, masa singgah kita selesai..... berat nerusinnya, tahu kan maksudnya? Kita ga tahu, tapi itu pasti. Tanggalnya, waktunya ga bisa kita ubah, yang bisa kita lakukan cuma terus memperbaiki diri.
Tapi ada hal-hal lain yang bisa kita edit. Ada hal-hal yang bisa kita baru lakukan, segera mulai lakukan. Mungkin aku ga bisa ngedit draft yang dibuat lewat akun Isabella Kirei, tapi aku bisa buat tulisan baru seperti tulisan ini.
***
Terakhir, kepo, stalking itu boleh kok. Ga ada yang salah Ini cuma aku aja, hal-hal kecilku. Bukan fatwa, bukan anjuran juga, karena murni ini aku tulis untuk diriku sendiri. Karena ngatur-ngatur orang untuk ga stalking itu, sama seperti topik awal tulisan ini. Ga bisa. Aku ga punya hak prerogratif untuk itu. I can only talk about it, and anyone can agree or disagree with me. And Anyone can stalk me or some else, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Wkwkwk. Maaf campur ga jelas bahasanya. Sekian. Bye.
Baca doa kafaratul majlis. Banyak salahnya isi tulisan ini, ambil yang bagus aja. Yang lain dibuang. Kalau ga ada yang bagus, kapoklah baca blog ini. Maksudnya, mungkin baiknya blog ini ga usah dibaca aja kalaupun ada postingan baru.
Allahua'lam.
***
Aku pribadi dari dulu selalu berusaha ga kepo/stalking/subcribe baca sosmed/blog seseorang yang kita ada rasa ke dia. Jadi.. kalau subcribe kepo blog lawan jenis yang ga kita kenal, atau kenal tapi biasa aja, cuma suka sama tulisan dan topik di sana, itu gapapa. Aku ada yang kaya gitu, ga akan ngaruh ke hati. Tiga orang, yang pertama dosen, pak Budi Rahadjo, yang kedua kakak tingkat yang ketemu di thifan, yang sampai sekarang belum ngisi blog lagi sibuk main sama kanguru mungkin wkwkwk, yang ketiga kakak tingkat IF, ga ketemu di IF tapi, cuma kenal karena baca blog, suka karena banyak bahasan tentang jepang, meski biasanya gaya nulisnya agak serius. Kalau yang akhawat, banyak lah.. teh Mentari pagi, yang pindah jadi Kisah Fajr, Kharisma Arby yang rajin nulis di g+, teh Meutia Halida, teh Zae, Asih yang nama blognya susah dihafal, nama latin bunga, dan masih banyak lagi.
Ya, aku ga masalah, dan emang subcribe banyak blog dan ga cuma blog mereka, blog yang jarang diupdate juga banyak, baik itu laki-laki maupun perempuan, baik itu sudah menikah atau belum, baik itu lebih tua atau lebih muda. Karena ya, aku menikmati baca blog orang, di jaman banyak orang memilih main sosmed ketimbang blog.
Tapi.. aku pribadi menghindari baca blog/sosmed orang yang aku ada rasa ke dia. Rasa di sini, ketertarikan ke lawan jenis, fitrah manusia. Beda sama sekedar rasa kagum, respect. Ini rasa yang menurutku virus yang ga boleh dikasih pupuk, disiram, apalagi di rawat. Ga boleh. Rasa yang sekedar dicuekin keberadaannya, mau dia berdaun, berbunga, ya kita cuekin aja, sampai akhirnya dia layu, mati dan mengering. Ya, itu.
Dan baca tulisan si dia, menurutku bisa jadi air, bisa jadi pupuk, bisa bahaya. Karena bahkan tanpa sengaja membaca tulisan orang lain yang membahas tentang si dia saja, bisa membuat kita dugdigdag ga jelas. Tanpa sengaja mengetahui info tentang dia, itu juga ga baik. Kenapa ga baik? Karena bisa jadi, rasa itu tumbuh tinggi, melilit sampai kita ga bisa mengaturnya. Banyak soalnya, kasus yang seperti itu. Baca sosmed/blog, lalu jadi salah sangka, kegeeran, baper, dll. Padahal sudah tahu logikanya, kalau tulisan ambigu itu, ga perlu dipercaya. Padahal sudah tahu, kalau ga boleh, trus jadi sakit sendiri.
***
Ah, tentang ini. Inget dulu vmj 6 tahun yang lalu. Betapa seneng diriku, karena ybs jarang buka sosmed, blog juga ga diurus. Rasanya hal-hal tersebut membuatku lebih mudah menjaga hati. Karena betapapun aku penasaran, sekedar ingin bertanya a,b, c, aku ga akan bertanya, dan ga bisa tahu juga. Suddenly miss those feeling. Awalnya penasaran, trus pas berkunjung, agak sebel, karena ga ada pembaruan, tapi habis itu.. seneng, lega, cause I didn't water it, I didn't do something that will make it bloom.
***
***
Aku pribadi dari dulu selalu berusaha ga kepo/stalking/subcribe baca sosmed/blog seseorang yang kita ada rasa ke dia. Jadi.. kalau subcribe kepo blog lawan jenis yang ga kita kenal, atau kenal tapi biasa aja, cuma suka sama tulisan dan topik di sana, itu gapapa. Aku ada yang kaya gitu, ga akan ngaruh ke hati. Tiga orang, yang pertama dosen, pak Budi Rahadjo, yang kedua kakak tingkat yang ketemu di thifan, yang sampai sekarang belum ngisi blog lagi sibuk main sama kanguru mungkin wkwkwk, yang ketiga kakak tingkat IF, ga ketemu di IF tapi, cuma kenal karena baca blog, suka karena banyak bahasan tentang jepang, meski biasanya gaya nulisnya agak serius. Kalau yang akhawat, banyak lah.. teh Mentari pagi, yang pindah jadi Kisah Fajr, Kharisma Arby yang rajin nulis di g+, teh Meutia Halida, teh Zae, Asih yang nama blognya susah dihafal, nama latin bunga, dan masih banyak lagi.
Ya, aku ga masalah, dan emang subcribe banyak blog dan ga cuma blog mereka, blog yang jarang diupdate juga banyak, baik itu laki-laki maupun perempuan, baik itu sudah menikah atau belum, baik itu lebih tua atau lebih muda. Karena ya, aku menikmati baca blog orang, di jaman banyak orang memilih main sosmed ketimbang blog.
Tapi.. aku pribadi menghindari baca blog/sosmed orang yang aku ada rasa ke dia. Rasa di sini, ketertarikan ke lawan jenis, fitrah manusia. Beda sama sekedar rasa kagum, respect. Ini rasa yang menurutku virus yang ga boleh dikasih pupuk, disiram, apalagi di rawat. Ga boleh. Rasa yang sekedar dicuekin keberadaannya, mau dia berdaun, berbunga, ya kita cuekin aja, sampai akhirnya dia layu, mati dan mengering. Ya, itu.
Dan baca tulisan si dia, menurutku bisa jadi air, bisa jadi pupuk, bisa bahaya. Karena bahkan tanpa sengaja membaca tulisan orang lain yang membahas tentang si dia saja, bisa membuat kita dugdigdag ga jelas. Tanpa sengaja mengetahui info tentang dia, itu juga ga baik. Kenapa ga baik? Karena bisa jadi, rasa itu tumbuh tinggi, melilit sampai kita ga bisa mengaturnya. Banyak soalnya, kasus yang seperti itu. Baca sosmed/blog, lalu jadi salah sangka, kegeeran, baper, dll. Padahal sudah tahu logikanya, kalau tulisan ambigu itu, ga perlu dipercaya. Padahal sudah tahu, kalau ga boleh, trus jadi sakit sendiri.
***
Ah, tentang ini. Inget dulu vmj 6 tahun yang lalu. Betapa seneng diriku, karena ybs jarang buka sosmed, blog juga ga diurus. Rasanya hal-hal tersebut membuatku lebih mudah menjaga hati. Karena betapapun aku penasaran, sekedar ingin bertanya a,b, c, aku ga akan bertanya, dan ga bisa tahu juga. Suddenly miss those feeling. Awalnya penasaran, trus pas berkunjung, agak sebel, karena ga ada pembaruan, tapi habis itu.. seneng, lega, cause I didn't water it, I didn't do something that will make it bloom.
***
PS: Tambahan diatas ga penting jadi saya hide aja wkwkwk. panjangnya hehehe
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya