Follow Me

Monday, April 27, 2020

Membaca Rasa

Bismillah.

Membaca rasa, begitu judul tajuk tulisan itu. Tulisan yang membuatku menggerakkan jemariku ke blog ini. Setelah dua hari tidak menulis baik dimana pun.

***


Membaca rasa adalah tulisan Rendy Saputra di akun facebooknya, tulisan tersebut kemudian 'berjalan' memasuki dua grup whatsappku. Yang mau baca tulisannya bisa cek di sini. Isinya ajakan untuk membaca rasa,

Pertama kegelisahan, lalu kebingungan, meningkat menjadi kegusaran, lalu masuk pada tekanan, hingga berujung pada kemarahan, Dan bayangkan jika ada jutaan orang lapar dan marah. Marah atas ketidakpedulian sesama. Marah atas rasa ketidak adilan yang mendera. Marah atas kelaparan yang seharusnya tidak terjadi. 
Sebelum kemarahan ini menjadi kolektif dan tidak bisa kita perbaiki lagi, alangkah baiknya kita semua mulai peduli ke sesama. Saudaraku yang masih ada cash, masih bisa bikin dapur umum, masih bisa ngasih makan gratis, mari jaga perut sesama. Minimal saudara kita bisa makan. Minimal saudara kita gak kelaparan. Minimal saudara kita ngerti kalo mau kenyang harus kemana. 
Mari membaca rasa. Rasa yang ada di hati saudara kita.
- URS (Ustadz Rendy Saputra) 
Aku membaca tulisan tersebut, beserta komentar dan respon dari teman-teman di grup, di dua grup yang berbeda.

Tulisannya dikemas dalam story telling, membangkitkan empati dan membuat kita 'bangun', sadar bahwa kita tidak boleh berhenti hanya memikirkan diri sendiri. Bahwa ada orang lain yang berhak mendapatkan bantuan kita. Atau, jika pun tidak bisa berbuat apa-apa, minimal kita seharusnya berdoa untuk mereka.

***

Saat membaca tulisan tersebut, aku teringat beberapa hal.

Pertama, tentang sebuah tulisan yang masuk untuk agenda MFA2020 NAKIndonesia. Tentang bendaharawan terbaik sepanjang masa, yang mampu mengatasi masa paceklik 7 tahun. Ya, hitungannya bukan lagi bulan, tapi tahun. Pengennya langsung share aja tulisan itu, tapi ada urutannya, nanti kalau sudah dipublish aku kasih linknya ke sini.

Kedua, tentang tadharu'. Karena ada yang memberi respon bahwa kesulitan besar adalah sarana pembuktian dan pemisahan yang mana orang-orang yang beriman, sekaligus sebagai pembersih doa. Kemudian mencantumkan link video berjudul Purification is Painful. Karena respon itu, aku teringat tulisan di buku Yasmin Mogahed tentang tadharu'. Bahwa tujuan dari penderitaan adalah untuk mencapai tadharu'.

Bayangkan diri Anda berada di tengah-tengah lautan. Bayangkan bahwa badai besar datang dan gelombang yang sebesar gunung mengepung Anda.
Sekarang bayangkan, Anda berpaling kepada Allah pada saat itu dan meminta bantuan-Nya. Apakah Anda merasakan keadaan membutuhkan, takjub, bergantung sealigus rendah hati? Itulah tadharu’. 
— Yasmin Mogahed, dalam bukunya Reclaim Your Heart (Rebut Kembali Hatimu)


Ketiga, tentang apa yang bisa kita lakukan. Ini sebenernya juga keinget dari salah satu bab di buku Revive Your Heart, Nouman Ali Khan. Judul babnya Money Matter. Penjelasan tentang ayat 26 surat Al Isra. Lewat penjelasan di buku ini kita diberitahu urutannya, bagaimana seharusnya kita melihat pada keluarga terdekat dulu. Dari keluarga kita, ada gak, yang ekonominya terdampak banyak setelah adanya COVID. Yang kehilangan mata pencahariannya. Baru kemudian melihat ke sekitar, tetangga kita.

Allah is telling us: actually if they are close to you, and Allah gave them that relationship to you- wa ulu al-arham ba'duhum awla bi ba'din fi Kitab Allah (al-Ahzab 33:6)--the people that are connected by the womb of a mother; maybe you're connected by your mother or your father, these are connections of the womb. If you have that connection then you have to consider each and every one of them. If they're in need--whether you like them or not, whether you had a fight with them of not--if they deserve your help then you have to give it to them. And Allah here in this incredible ayah did not say: wa ati dha al-qurba and then after that amwalak or malak; He said, haqqahu--give him what he deserves. Give him his right.
- Nouman Ali Khan, dalam buku Revive Your Heart. 
...
The mentality has to permeate, has to be internalized by the Muslims, that for our close relatives, the ones that need help, that's actually their money. What we have in our pocket is actually their money. It's in our account, we login and see it in our account, but it's actually not ours; It's his right--haqqahu--according to Allah.
- Nouman Ali Khan, dalam buku Revive Your Heart.
Kempat, **ada lagi?

Jadi setelah mikirin tiga itu, aku mikir gini... yang pertama sama kedua itu tentang bagaimana keimanan dan ilmu kita akan Allah dan Al Quran bisa membuat kita bertahan di situasi seburuk apapun. Karena kita tahu bahwa Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. Seperti di surat Yusuf, bahwa setelah tujuh tahun paceklik,

ثُمَّ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌۭ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ

Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur". [Surat Yusuf (12) ayat 49]

Yang pertama sama kedua itu tentang bagaimana keimanan dan ilmu kita akan Allah dan Al Quran bisa membuat kita bertahan di situasi seburuk apapun. Bahwa setiap penderitaan yang dialami dalam hidup kita, sebenarnya bentuk kita belajar untuk tadharu' serta bentuk penyucian terhadap dosa-dosa kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang lulus dalam ujian ini, termasuk orang-orang yang beriman. Meski prosesnya seberat proses memurnikan emas.

Karena itulah, kita juga punya kewajiban mengingatkan sesama tentang hal ini. Agar jangan sampai kita tenggelam dalam buruk sangka, kecemasan, ketakutan dan emosi negatif lain.

Selain tentu kita juga harus membaca rasa, dan berbagi atas rezeki orang lain, yang Allah titipkan di dompet kita.

***

Satu lagi, ini bulan Ramadhan kan? Yuk banyakin doa. Sungguh berdoa di bulan ini berbeda dengan berdoa di bulan lain. Allah menggunakan kata ajaba dan bukan istijaba. Pertanyaannya, mau kah kita berdoa? Setiap waktu sahur, saat kita bisa 'dengan mudah' menyantap sesendok nasi, sedangkan ada orang lain yang hanya bisa meneguk air putih, untuk sahur dan buka puasa.

Allahua'lam. Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Kalau ada banyak salah di tulisan ini, mohon dikoreksi.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya