Tulisan serial #tentang orang lain. Kali ini aku ingin bercerita tentang salah satu guru yang kutemui saat tinggal di lantai empat gedung sayap selatan Salman.
***
Jadi ada beberapa dosen/alumni ITB yang sering mengisi pembinaan bagi anak-anak asrama Salman, mayoritas sudah bapak-bapak, tapi untuk mengakrabkan kami diberitahu untuk menggunakan sapaan "Mas" ketimbang "Pak". Seperti Pak Syarif yang membuat ventilator salman, kami biasa memanggil beliau Mas Syarif.
Tahun kedua aku tinggal di Asrama, ada alumni ITB baru yang sering terlibat dalam membina anak-anak asrama salman, beliau selain lulusan ITB juga lulusan gontor. Aku ingat kelas-kelas bahasa Arab yang diajarkan beliau. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pembinaan bahasa arab dengan beliau diadakan malam hari, setelah magrib kalau tidak salah ingat.
Aku tidak terlalu mengenal pribadi beliau, seperti asal daerah beliau, dulu jurusan apa, anaknya berapa dll. Tapi ada satu momen yang membuatku ingin menuliskan tentang beliau.
Sore itu, aku sedang tidak ada kegiatan di kampus. Aku mendapat kabar bahwa ada kajian sirah yang diisi oleh beliau. Sebenarnya kajian ini merupakan program pembinaannya asrama lain (NF), tapi mungkin karena letaknya di salman, atau alasan lain, intinya anak-anak asrama salman juga diundang untuk hadir. Aku sebenarnya tidak terlalu ingat detail undangannya. Siapa yang memberitahuku, dengan siapa aku hadir agenda tersebut. Aku cuma ingat, aku hadir di acara tersebut.
Acaranya diadakan di back office salman lantai dua. Gedung kayu lantai dua, tapi berbeda area dengan sekretariat unit. Seingatku peserta yang hadir kurang dari 10 orang. Karena kajiannya tentang sirah, aku tidak banyak mencatat, lebih banyak menyimak.
Kajiannya belum selesai, tapi suara adzan magrib berkumandang, membuat beliau dan para peserta diam dan menyimak adzan. Nah... di bagian setelah ini, hal yang membekas erat di ingatanku.
Adzan sudah selesai, beliau bertanya pada para peserta, "Apa doa setelah adzan?"
Aku ingat aku menjawab dengan suara lirih, lafal doa yang pernah kuhafal karena sering tayang di TV waktu masih kecil. Ya.. TV jaman dulu lebih syar'i kayanya, nayangin adzan di waktu shalat dan doa setelah adzan. ^^
Kalau doa yang kuhafal dari TV, biasanya diakhiri dengan kalimat "innaka la tuflihul mi'ad". Begitu pula aku biasanya membacanya. Tapi qadarullah belum lama sebelum sore itu, aku juga mengetahui bahwa kalimat tambahan di belakang itu tidak ada di hadits. Jadi sore itu, aku hanya membacanya sampai kata "wa 'adtah".
Aku tidak begitu mengingat siapa saja yang ikut menjawab pertanyaan beliau tentang doa setelah adzan. Apakah cuma aku, atau ada orang lain juga. Ingatanku tidak meng-cover hal itu. Tapi aku ingat beliau bertanya, seolah padaku, "Sudah?" Seolah beliau bertanya padaku, itu saja? Cuma sampai situ?
Aku mengangguk saat itu. Kemudian beliau memberikan tambahan pelajaran di luar pelajaran sirah yang menjadi agenda sore itu.
Bahwa menambahkan kalimat "innaka la tuflihul mi'ad" pada doa setelah adzan juga diperbolehkan.
***
Momen itulah yang mendorongku untuk menulis tentang beliau di sini. Dari beliau aku belajar, bahwa benar, kita harus berhati-hati dalam berbicara tentang hadits, jangan sampai ditambah/dikurangi, karena ada ancaman mengerikan terkait berbohong atas nama Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam. Tapi untuk doa, sifatnya lebih personal. Doa yang sesuai hadits kita berikan secara literal, tidak boleh dikurangi atau ditambahkan. Tapi dalam pelaksanaannya kita bisa menggunakan doa lain asalkan masih doa yang baik, karena doa adalah komunikasi kita dengan Allah.
Seperti sebelum makan, kalau di hadits, hanya Bismillah. Tapi bukan berarti kita tidak boleh berdoa, "Allahumma bariklana fi ma razaqtana wa qina 'adzabannar" setiap akan makan. Seperti itu.
Ini juga berlaku pada doa berbuka puasa. Ada yang lafalnya "dzahabat doma'u", ada juga yang "allahumma laka shumtu". Kita boleh berdoa berbuka puasa menggunakan salah satunya atau keduanya, yang penting kita tidak menyandarkan lafal doa yang bukan dari rasulullah bahwa itu dari hadits.
*btw ini pagi-pagi, ramadhan hari pertama udah tentang doa mau makan dan berbuka. Wkwk. Ada yang jam segini sudah lapar? Hehe
Allahua'lam.
PS: Mohon koreksi ya kalau pemahaman saya salah. Sebenarnya aku cuma ingat bahwa beliau mengatakan kalau ditambahkan kalimat "innaka la tuflihul mi'ad" juga boleh. Selebihnya pemahaman dari saya saja. Oh ya, buat yang penasaran beliau itu siapa, bisa googling "buku ibadah dengan harta", beliau penulis buku tersebut.
PPS: Ini tambahan ga penting, in syaa Allah di hide. Tentang back office salman lantai 2, memoriku di sana ada tiga. Pertama yang aku ceritakan di sini, kajian sirah yang diakhiri dengan pelajaran tambahan tentang doa setelah adzan. Kedua, rapat !nspira, bahas tema majalah kedua, yang ga pernah terbit. Ketiga, wawancara lanjut di asrama atau tidak, ditanya, apa kelebihanku dibanding temen-temen astri yang lain, juga tentang IP yang turun, disuruh nulis nominalnya. wkwkwk. nominal? Emangnya uang hehe. Di lantai dua, selain ruang rapat itu, ada juga ruangan penitipan anak, lupa tapi namanya apa. RISKA?
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya