#blogwalking #bersihbersihdraft
Maka makna bahwa Dia di sisi prasangka hambaNya adalah, “Barangsiapa merasa dirinya berdosa dan yakin bahwa Allah Maha Pengampun, niscaya Allah mengampuninya. Barangsiapa merasa bahwa dirinya hina dan yakin bahwa Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya. Barangsiapa merasa bahwa dirinya bodoh dan yakin bahwa Allah Maha Tahu, niscaya Allah memberinya ilmu. Barangsiapa merasa bahwa dirinya lemah dan yakin bahwa Allah Maha Kuat, niscaya Allah menguatkannya. Barangsiapa merasa dirinya faqir dan yakin bahwa Allah Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya.”
- Salim A. Fillah, dalam tulisannya Siapa Menguji Siapa***
Kutipan blogwalking ini kusimpan di draft 10 September 2017.
Akhir pekan, seperti biasa aku memaksakan diriku untuk menulis di blog ini. Ingin disiplin lagi dan produktif mengisi blog, sesederhana apapun. Karena sudah lama tidak membaca buku, atau membaca, tapi minim sekali jumlah halaman yang dibaca perpekannya, tekoku kosong. Kalau pekan kemarin aku pakai tips, dari kutipan jadi tulisan, pekan ini aku pakai tips bersih-bersih draft.
Sungguh untuk menulis itu butuh usaha. Kalau ga ada ide, harus cari ide. Ide itu tersembunyi, harus kita yang aktif mencari atau bahkan mengejarnya.
Dan hari ini, aku mencarinya di folder draft. Kutemukan sebuah kutipan dari blogwalking ke web-nya Salim A. Fillah. Beliau adalah salah satu penulis favorit saya. Waktu itu, tahun 2017 saya belum pakai instagram, jarang buka facebook juga, jadi cara saya membaca tulisan beliau adalah dengan berkunjung ke web-nya. Tulisan di web biasanya merupakan tulisan dari facebook atau instagram beliau.
***
Tentang kutipan diatas, juga draft 2017 yang lalu. Aku diingatkan Allah tentang kekuatan kata. Bahwa kata-kata positif bisa menetralkan kenegatifan dalam diri. Aku pernah tenggelam dalam negative vibes, terjerat dalam overthinking, dan dibuat sesak oleh prasangka buruk yang dibuat sendiri. Prasangka buruk itu, dulu bukan hanya menyangkut diri sendiri, atau orang lain, tapi juga prasangka terhadap-Nya. Padahal waktu itu aku tahu, aku harus menjaga prasangka baik kepada-Nya.
Dan tulisan Ustadz Salim di atas membuat klausa "Allah sesuai prasangka hamba-Nya" menjadi lebih jernih dan jelas.
"Barangsiapa merasa dirinya berdosa dan yakin bahwa Allah Maha Pengampun, niscaya Allah mengampuninya."
Maka saat jatuh bangun memperbaiki diri, meninggalkan dosa yang membuat hari-hari dilingkupi kesedihan, keresahan, dan perasaan negatif lain. Kalimat tersebut membuatku bertahan dan bangkit lagi, lagi, lagi. Meski entah berapa kali aku terjatuh lagi dan lagi.
Keyakinan itu tidak otomatis terbangun, kita harus setiap hari menyusun bata-batanya. Dengan shalat, dengan doa, dengan membaca ayat-ayatNya, dengan mencari ilmu untuk mengenal-Nya. Hingga kita paham dan yakin, bahwa Allah Al Ghofur Al Rahim. Pintu ampunannya terbuka pagi dan siang, dalam ramai maupun sunyi. Selama kita masih bernafas, artinya dosa kita akan diampuni olehNya. Tinggal pertanyaannya, apakah kita mau meminta ampun dan bertaubat? Maukah kita memaksa diri melangkah mendekat padaNya, karena setiap kita berjalan ke arahNya, DIA akan berlari pada kita.
Itu baru kalimat pertama ya.. belum kalimat penjelas berikutnya. Rasanya pas banget dengan kondisiku saat itu.
***
".... Barangsiapa merasa bahwa dirinya hina dan yakin bahwa Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya.
Barangsiapa merasa bahwa dirinya bodoh dan yakin bahwa Allah Maha Tahu, niscaya Allah memberinya ilmu.
Barangsiapa merasa bahwa dirinya lemah dan yakin bahwa Allah Maha Kuat, niscaya Allah menguatkannya.
Barangsiapa merasa dirinya faqir dan yakin bahwa Allah Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya.”
***
Terakhir,
"Ketika kita mengubah sikap mental kita kepada Allah, dari tidak mau tahu menjadi peduli, dari berburuk sangka menjadi ber-hunuzhzhan, dan dari ragu menjadi yakin padaNya, saat itulah Allah akan menunjukkan jalan-Nya kepada kita."
- Ustadz Salim Akhukum Fillah
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya