Follow Me

Friday, July 24, 2020

Berita Hoax yang Viral

Bismillah.

Sejak akhir Ramadhan lalu, aku qadarullah jadi sering ke pasar. Hampir tiap hari kini. Kalau sebelumnya hanya beberapa waktu dalam sepekan, kini setiap hari. Datang ke pasar membuatku membuka mata tentang realita. Bagaimana kehidupan orang-orang kecil, saat pandemi covid hingar bingar. Pasar sepi, baru pernah Ramadhan pasar begitu sepi. Mayoritas paham kondisi saat itu, perintah untuk tetap #dirumahsaja. Maka tidak banyak keluhan. Mayoritas pedagang tetap berangkat ke pasar seperti biasa, menggelar dagangan mereka, melayani pembeli yang bisa dihitung jari. Beberapa pedagang memang ada yang tidak buka, #dirumahsaja. Yang berangkat tentu saja diinstruksikan memakai masker. Instalasi cuci tangan dipasang di pintu gerbang pasar. Masing-masing pedagang pun menyediakan minimal botol air minum 1,5 liter berisi air yang sudah dicampur cairan sabun. Air itu digunakan untuk mencuci tangan, setiap kali habis bertransaksi, memegang uang, yang bisa jadi media penyebaran virus.

Sejauh itu, judul tulisan ini belum berlaku.

Sekitar satu pekan hari yang lalu, pemerintah daerah menyebutkan bahwa ada 5 pedagang pasar wage yang positif COVID19. Katanya sih dari hasil rapid tes yang pernah dilakukan beberapa waktu sebelumnya. Kebijakan yang diambil, pasar tutup 3 hari (14-16 Juli 2020), untuk penyemprotan. Selama tiga hari itu juga, pedagang diwajibkan ikut tes swab.

Berita tentang 5 pedagang yang positif tersebar viral. Membuat orang-orang takut untuk ke pasar. Wajar, manusiawi. Tapi kabar lanjutan dari orang-orang yang "dikatakan" positif itu membuatku terdiam. Bahwa sebagian besar sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. Setelah diperiksa anggota keluarga lain, semua negatif. Lalu yang disebut positif pun sudah dipulangkan ke rumah. Diminta untuk tidak kemana-mana.

Dari situ, salah satu tetangga bercerita tentang kisah yang serupa tapi tak sama. Yang satu ini terjadi pada tetangganya. Dulu... sebelum ramadhan, saat baru awal berita covid menyebar. Satu orang diberitakan positif, beritanya sudah viral. Qadarullah ia pedagang sayuran di kompleks rumahnya. Semua pelanggannya tentu saja pergi ketakutan. Ia dijauhi dan dikucilkan. Hanya untuk mengetahui fakta bahwa ia ternyata tidak positif.

Betapa bahayanya berita fasik yang tersebar luas. Mudah memang meng-copy paste, kemudian menyebarkan berita. Atas nama untuk kebaikan semua. Supaya orang-orang berhati-hati. Tapi pernahkah kita memikirkan, bahwa tabayyun yang tidak kita lakukan, bisa jadi bentuk kedzaliman bagi orang tersebut? Berapa banyak kerugian yang ia rasakan, karena berita hoax yang viral tersebut? Bukan cuma kerugian finansial, tapi secara emosional, sosial.

***

Hari itu Jumat, 17 Juli 2020. Para pedagang berangkat lagi setelah tiga hari sebelumnya pasar ditutup. Sore sebuah berita membuat kami tersenyum. Hasil tes swab hari pertama sudah keluar. Dari 96 orang yang tes swab alhamdulillah negatif semua. Aku ingat riuh suara hamdallah dari pedagang dan juga pengunjung. Melegakan rasanya, apalagi pedagang di sebelah kami mayoritas tes di hari pertama.

Tapi berita tersebut hanya berhenti dan diketahui penghuni pasar sore itu saja. Ada berita buruk lain yang disiarkan viral oleh pemerintah. 16 orang positif katanya. Berbeda dengan respon berita pertama saat 5 orang dikatakan positif. Kalau kemarin responnya lebih ke ketakutan, kini suara terpecah belah. Sebagian takut, sebagian lagi tidak mempercayainya, sebagian lagi abai. Banyak suara saut paut, rumor tentang siapa saja 16 orang tersebut. Sebagian yang tidak percaya belajar dari pengalaman sebelumnya, jangan mencurigai siapapun, karena bisa jadi hasilnya salah, meski sudah dikoar-koarkan oleh pemerintah. Sebagian yang lain abai meski sebenarnya ketar-ketir juga memikirkan nasib mereka.

Sejak berita itu, penjagaan di pasar makin ketat. Pintu utara ditutup. Petugas dengan seragam bolak-balik mengingatkan untuk pakai masker. Para pedagang mayoritas geram. Apa yang mau dijaga, ada orang masuk pasar aja gak. Sebagian mengatakan, "dari dulu kebijakan pemerintah tidak ada yang memihak ke rakyat kecil". Sentimen itu muncul mengingat mall masih adem ayem saja buka.

Dan dari banyak suara, ada satu hal yang membuatku merasa tenang. Saat mendengar kalimat, bahwa toh mereka, pedagang kecil tidak pernah bergantung atau bersandar pada pemerintah. Tidak pernah berharap banyak pada pemerintah. Dari dulu sudah begitu. Kalimat yang membuatku teringat akidah yang seharusnya tertancap kuat. Bahwa rezeki dariNya akan terjamin, entah pasar sepi atau ramai. Bahwa IA tidak pernah meninggalkan hambaNya, meski hanya pedagang kecil yang setiap hari keluar rumah untuk mengais uang untuk makan.

***


Hari-hari berat ini.. aku banyak teringat tentang pelajaran dari surat al hujurat. Tentang berita dari orang fasiq yang harus ditabayyuni terlebih dahulu. Di cross-check kebenarannya. Bukan justru dibantu persebarannya biar viral. Karena seperti yang disebutkan di ayat tersebut, akan ada kaum yang dirugikan karena berita tersebut, jika kita tidak mau lebih teliti membaca, menerima dan menyebarkan sebuah berita.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَـٰلَةٍۢ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
[Surat Al-Hujurat (49) ayat 6]

Aku banyak diingatkan ayat-ayat dari surat Al Hujurat. Tentang sebagian besar prasangka adalah dosa. Tentang keengganan dan rasa jijik yang seharusnya kita rasakan jika harus memakan mayat saudara kita.

"Tadi pas dzuhur, Bu X juga terlihat lemes/gak sehat gatau kenapa." suara parau, tentang salah satu orang yang 'rumornya' salah satu keluarganya termasuk satu dari 16 yang positif.

Mau tidak mau aku jadi ikut bersuara, "gimana gak lemes, banyak rumor ngomongin keluarganya kena covid". Tentu saja berita macam itu mempengaruhi psikologi dan fisik kita.

"Padahal prasangka itu lebih menyakitkan daripada tusukan, lebih jelek daripada semua akibat dan cacian yang paling keji." (dari buku biografi Umar bin Abdul Aziz)

***


Jujur, rasanya kepalaku begitu pusing memikirkan ini. Aku biasanya menghindari bahas tentang politik, pemerintah, dll. Tapi nyatanya, saat kita terjun dan melihat realita, kita tidak bisa tidak berbicara tentang itu.

Ada banyak asumsi. Bisa jadi semua ini bisnis. Gak logis memang. Dari berita awal 5 orang. Lima-limanya seolah sengaja dipilih, dari orang-orang tua renta.Tempatnya pun terpencar, bukan hanya di satu area. Lalu pedagang yang diwajibkan tes swab. Siapa yang diuntungkan, dari pembelian tes swab masal itu? Lalu berita selanjutnya. Mengapa hanya pasar. Bagaimana dengan mall? Apakah di wajibkan tes juga? Hasilnya apa? Apa disembunyikan? >< Ah, ini prasangka. jangan ditulis bell.

Dari dulu, kebijakan pemerintah memang tidak pernah menguntungkan rakyat kecil. Entah apa yang dicari dari menyebarkan berita yang bisa jadi tidak sepenuhnya benar. Aku jadi teringat dulu waktu masih duduk di bangku SD. Aku ingat pernah diajak Ayah duduk di sebuah sidang meja hijau. Tentang sengketa tanah pasar wage, yang dijual pemerintah kepada konglomerat. Pasar tradisional dipaksa pindah, mundur ke tempat yang tidak lagi strategis. Tadinya di pinggir jalan, kini mundur. Tanah yang dijual itu kini menjadi ruko, tentu saja ruko hanya bisa ditempati oleh yang memiliki modal besar. Pedagang kecil? Sejak dulu memang tidak pernah diuntungkan dari kebijakan pemerintah. Aku teringat bahwa kasus pasar pindah bukan cuma terjadi di kota kami. Entah berapa banyak kota yang pasarnya dipaksa pindah, protes merebak. Lalu "tiba-tiba" terjadi kebakaran yang membuat pedagang kecil "terpaksa" mau pindah.

Sedih. Miris. Kesal. Marah. Bahkan di masa pandemi seperti ini. Saat mayoritas pedagang kecil sudah berjuang habis-habisan. Tidakkah ada yang mengetuk pintu hati pemerintah? Bahwa kelak dari kebijakan itu, dan kedzaliman yang dirasakan rakyat kecil, semua itu akan dipertanyakan olehNya?

Jujur rasanya malu karena cuma bisa menulis saja. Teringat cerita ibu, tentang pedagang sayur yang merelakan dagangannya dijual murah, karena toh besok sudah layu dan tak layak jual. Itupun yang beli hanya satu dua orang.

Ya Allah bantu kami, agar kuat menjalani hari-hari berat ini. Kenyangkanlah perut lapar orang-orang kecil. Serta penuhilah hati kami dengan kepasrahan kepadaMu dan keyakinan akan keadilanMu. Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pemberi Rizqi.  Wallahu khoirurroziqin.

***

Terakhir, ini bulan Dzulhijjah... semoga Allah memberkahi bulan ini. Mari perbanyak shalat, dzikir, dan doa. Perbanyak sedekah. Semoga idul qurban tahun ini bisa menjadi sedikit sebab rakyat kecil tersenyum.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya