Follow Me

Sunday, April 22, 2018

Jawaban dari Allah atas Doaku

Bismillah.

#curhatsemua

Izinkan aku curhat di sini ya... meski aku tahu, ini bukan diary. Sebentar saja, nanti mungkin akan di balikin ke draft lagi.

Malam ini... entah mengapa aku belum ingin tidur. Chat kesana kemari, dengan seorang teman SD, bertahan meski koneksi putus-putus. Seolah aku memang ditakdirkan Allah untuk tidak tidur lebih awal. Sampai sebuah pesan muncul, dari ukhti Mentari Pagi. Izinkan aku memanggilnya seperti itu, meski domain blog Ukhti tersebut sudah diubah hehe.

***

Sebuah link tulisan, lalu kubaca, mataku memanas, mrebes mili deh. Satu atau dua. Teringat ba'da magrib saat itu, teringat sore hujan saat itu.

Izinkan aku menuliskan di sini, versiku. Dari sudut pandangku.

***

3 November 2016, saat yang lain mempersiapkan hadir di acara 411, setelah kontroversi penghinaan ayat Al Quran, aku justru mempersiapkan hadir ke acara berbeda, di kota yang sama. Saat itu, rencananya, ustadz Nouman Ali Khan akan hadir, bertempat di istiqlal. Aku yang sebelumnya banyak bersembunyi dan menghilang dari peredaran, tiba-tiba seolah dapat momen untuk muncul. Aku memberanikan diri menyambung silaturahim, pada beberapa teman, pada ia, yang mengenalkanku ustadz Nouman, pada teman satu jurusan, yang tidak pernah mengalami TPB, juga pada teman berjahim putih-hitam. Rencanya, akan hadir, bertemu esok hari di Istiqlal.

Masih 3 November, sehabis magrib, aku keluar kosan, beli makan malam. Saat hendak pulang menuju arah kosan, seorang wajah familiar menyapaku. Aku tersenyum, kaget melihat wajah ukhti Mentari Pagi. Kutanya, sejak kapan di Bandung. Ternyata tetehnya lanjut S2. Sang teteh balik bertanya, ditanya progres hehe. Aku jawab bergumam, jawaban yang tidak menjawab, kemudian ingin buru-buru kabur hehe. Tapi sang Teteh yang tegas itu tidak membolehkanku pergi hehe. Masih kuingat, ia memegang pergelangan tanganku erat, agar aku tidak kabur, lalu menyampaikan wejangan, "jangan lari, hadapi".

Jangan lari, hadapi. Itu jawaban Allah atas doaku. Yang pertama. Diantarkan lewat lisan ukhti Mentari Pagi.

Saat itu.. sebelum saat itu, aku memang jatuh bangun sendiri, fighting with my own self, with my own mind, mengurung diri, cuma keluar kalau beli makan, atau kalau lagi mood untuk bertemu banyak orang, kadang suka ngebolang keluar sendirian. Saat itu, rasanya tidak tahu jalan keluar dari jurang gelap. Saat itu, aku cuma bisa meminta pada Allah, agar ditunjukkan caranya. Karena aku, hanya seorang hamba yang dina, begitu lemah. Don't know how to start walking. Ibarat kaki yang pernah patah, di gips, trus untuk jalan lagi ragu, takut, belajar lagi dari awal. Beneran dari awal, titah lagi, rembetan lagi. Ga bisa sendiri, tapi minta tolong ke orang lain ga bisa, atau ga mau entahlah.

4 November 2016. Qadarullah ustadz Nouman ga jadi ke Jakarta, karena 411 lagi rame. Rencana silaturahim di istiqlal Jakarta, pindah ke masjid Istiqomah Bandung. Berempat kami makan bersama, shalat bersama, duduk di pelataran masjid istiqomah, foto bareng, dengan kamera seorang ukhti. Aku bener-bener bahagia.

Tapi tahukah? Sebenarnya orang tuh bisa bahagia dan sedih di satu waktu. Maksudnya? Kok bisa? Iya bisa. Saat itu semacam charging, tapi aku tahu... setelah hari itu, aku bisa saja jatuh lagi, berkubang di jurang lagi, berlumur dosa lagi, lari dari masalah lagi, sibuk dengan pertarungan dengan pikiran sendiri lagi. Saat itu aku bersama mereka, tapi aku tidak bisa bohong, kalau pikiranku sebenarnya melayang-layang ke tempat lain juga.

Masih 4 November 2016. Puas "main" di Masjid Istiqomah, kami berempat berencana ke Taman Balai Kota, pengen nyobain labirinnya. Jadi deh, kami ke Masjid Balai Kota, namanya masjid apa ya? Wkwkwk. Shalat ashar di sana, lalu berniat menyebrang ke taman, cewek-cewek liat deretan pedagang jajan, akhirnya mampir beli jajan. Aku masih merasa kenyang, tapi yang lain beli, agak haus sih, akhirnya aku membeli ultra milk rasa strawberry.

Saat hendak menyebrang, tiba-tiba hujan hadir, bress, kami memutuskan balik lagi ke masjid untuk berteduh, ke tamannya kalau udah reda aja. Saat hendak ke masjid, kulihat seseorang, ia membuka payungnya. Saat itu sih, ga mikir kalau itu cara Allah menjawab doaku. Saat itu, yang dipikirkan adalah, wajahnya familiar, itu.. orang yang aku kenal kah? Aku bertanya pada teman yang di sebelahku, ia waktu itu fokus ke penjual cuanki, dan ga pakai kacamata. Jadi ia menggeleng tidak tahu.

Malamnya, setelah ngobrol dengan teman, aku bisa menyimpulkan. Barangkali, sosok berpayung itu, pengantar jawaban Allah yang kedua, "Jangan bersedih". Kok bisa? Iya, qadarullah beberapa hari sebelumnya, saya mampir di blog sosok berpayung, dan tulisannya temanya itu, la tahzan.

***

Setelah hari itu... aku melanjutkan perjuanganku. Dengan bekal dua jawaban Allah, yang dikirimkan Allah lewat dua orang, lewat lisan dan tulisan dua orang. Yang pertama, "Jangan lari, hadapi". Yang kedua, "Jangan bersedih".

***

Jumat barakah, aku menyebutnya. Karena saat aku bertemu ukhti Mentari Pagi, itu sudah terhitung hari Jumat. Begitupun sore itu. Hujan, hari jumat, doa yang kupanjat diam-diam pada Allah, jawaban doa dari Allah.

Hari itu seperti pijakan awal, hingga aku bisa sampai saat ini. Aku mengingat setiap detailnya. Termasuk, bahwa hari itu.. ada G-Camp di ITB Jatinangor. Aku melihat posternya di sosmed, ada beberapa pembicara.

***

Teteh Mentari Pagi menuliskan di link yang ia kirim beberapa menit yang lalu, bahwa ia tidak ada di sisiku. Melalui tulisan ini, izinkan aku menjawabnya. Ia ada di sisiku. Aku saja, yang tidak bisa mengeja dan mengekspresikan dalam kata. Iya, mungkin setelah pertemuan malam jumat itu.. Tiap jumat setelah itu... sore, kami bertemu, meski aku kadang bolos, atau cuma hadir tanpa persiapan. Hehe.

***

Membaca tulisan yang dikirim teh Mentari Pagi, aku kembali teringat. Bahwa aku tidak akan bisa keluar dari jurang gelap itu, aku tidak bisa melalui masa-masa kelam itu, jika bukan karena doa-doa banyak orang. Doa mamah papah mba ita aan. Doa teh Mentari Pagi. Doa teman-teman shalihah. Doa banyak orang lain yang aku tidak pernah tahu.

Alhamdulillah... Alhamdulillah bini'matihi tatimushalihaat, mujiibud da'waat..

Sungguh Allah Maha Mendengar. Bukan cuma doaku, tapi doa setiap hamba-Nya yang berdoa.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya