Follow Me

Tuesday, October 30, 2012

Berkaca : Canda dan Luka

-muhasabah diri-

Bismillah..

Trmksh Isabella Julia Putri & NamaSeorangIkhwan,
smga Allah tuliskn kbhgiaan utk kalian.

Si pengirim hanya bermaksud untuk melucu. Dibuktikan dengan sebuah emoticon :P di akhir pesan sebelum nama si pengirim. Tapi aku? -.- Seperti biasa.. Miss Sensi ini tak bisa diam. Hampir-hampir sebuah sms melayang. hampir.. hampir..



***

Allah tak mengijinkanku mengikuti emosiku. Allah tak mengijinkanku berkata "keras" hanya karena emosiku naik dan hasrat "menyerang"ku keluar.

Allah menyayangiku. Allah menyayangiku. Allah menjagaku.:') Ya Allah... Segala Puji Hanya Milik-Mu!

***

ini tentang bercanda. Dan batas-batas yang sering kali diri lalui.
ini tentang bercanda. Dan bagaimana ia bisa menjadi duri, atau bahkan pisau, atau bisa juga boomerang.
ini tentang bercanda. Dan bagaimana Rasulullah memberi contoh pada kita.

*ini untuk diri.. maaf jika ada kata yang tidak berkenan. sungguh ini untuk diri

Lihatlah dirimu, yang suka bercanda.. namun seringkali melukai orang lain. Meski kata yang melukai tak sempat terucap, hanya menjurus ke. Tapi tetap saja! Jauh sudah cara bercandamu dengan cara bercanda Rasulullah saw.

Lihatlah dirimu, yang suka bercanda.. namun seringkali menuduh, menyindir orang lain. Mengapa tak kau tuduh diri saja? Iya memang setelah itu segera kau keluarkan senyum dan dua jari seraya berkata “peace, bercanda”. Tapi tetap saja! Jauh sudah cara bercandamu dengan cara bercanda Rasulullah.

Lihatlah dirimu, yang suka bercanda.. hingga mungkin tanpa sadar menuai fitnah (*bisa juga sadar tapi tetap melanjutkan). Iya memang mengasikkan “menjodohkan” si dia perempuan dengan si dia laki-laki. Meski bercanda. Tapi siapa yang tahu, si pendengar akan menangkap lain. Siapa tahu, akan jadi fitnah? Siapa tahu akan menebar vmj?
Lihatlah dirimu! Sudah lihat! Ayo, tunggu apa lagi! Segera perbaiki. Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Pada siapa pun, yang pernah kulukai oleh canda yang menyayat. Pada siapa pun, yang pernah kusindir oleh canda yang menggigit sakit. Pada siapa pun, yang pernah kucandai, hingga timbul fitnah >.< oleh canda yang lebih kejam dari pembunuhan TT. Maafkan aku.. Maafkan aku..

***

Dan beruntung diri, karena tersadar *meski harus menjadi korban terlebih dahulu. Beruntunglah diri. Karena Allah menegur dengan cara terlembut. Mengingatkan, agar diri berkaca tiap kali ingin menasihati orang lain. Saat bercermin, yang perlu diperbaiki bukan cermin. Tapi diri! Tapi diri!

***

Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّه صلىاللّه عليه وسلم مُستَجْمِعًا قَطُّ ضَا حِكًا حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ إِنَمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ

Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum. (HR Bukhari dan Muslim)





Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. (HR Ahmad dengan sanad yang shahih).

*bercanda dalam kacamata Islam

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya