Bismillah
"3 menit lagi!"
"jangan dibiasakan"
"ya kita tutup.."
Kutipan random di atas, memang masih abstrak. Tapi jujur, aku kali ini tak hendak menjadikannya gamblang. Aku hanya ingin menuliskannya. Hingga saat kubaca lagi. Biar saja otakku yang bekerja keras menggali si memori.
***
*selftalk
Hei diri! Malu lah! Meski kau bisa beralibi demi menemani si teteh, tetap saja!
Hei diri! Tuh! Mau ditaruh di mana muka? Hingga ada yang menegur. Meski nadanya tak keras. Tapi tetap saja menohok. Ciri diri memang bersalah.
***
Bingung ya? hehe :)
yaudah.. mending kita simak firman-Nya yang satu ini :
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Begitu kalimat penutup dari As Shaffat ayat 99-106 yang berkisah tentang Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Qurban. Ujian keimanan yang amat berat. Perintah itu tak masuk akal kita, terlalu melukai rasanya jika kita menjadi Nabi Ibrahim. Baru saja bertemu, lalu turun wahyu untuk menyembelih buah hati tercinta Ismail. Terlalu melukai rasanya jika kita menjadi Nabi Ismail. Baru saja bertemu, tiba-tiba Ayah kita menyatakan ingin menyembelih kita.
Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Tapi keimanan mereka.. mengalahkan ego, mengalahkan emosi. Yang ada hanya taat, karena yang memerintahkan bukanlah manusia, tapi Rabb mereka, Ilah mereka, Rabb dan Ilah kita, Allah azza wajalla.
Rasanya inilah ujian yang sebenarnya. Ah -.- aku takut Ya Allah, mampukah diri jika harus dihadapkan pada ujian keimanan? Akankah imanku kuat? Akankah ia teguh dan tak goyah? TT
***
pssst.. lupakan dua bagian sebelum yang di atas ini. Sekedar igauan. Ya memang sedikit berhubungan. Tapi lebih baik di anggap tak ada. maaf, "sedikit banyak" nggak jelas. :P
Wallahua'lam
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya