Follow Me

Tuesday, October 23, 2012

Naik Tingkat

Bismillahirrahmaniirahim.

Naik tingkat? Siapa pula yang tak mau? Baik naik tingkat secara akademis, olahraga beladiri maupun naik tingkat yang lain. Untuk naik tingkat, ada parameter tertentu yang dilihat. Misalnya nih, naik tingkat di ITB. Parameternya adalah IP, adalah nilai di setiap makul (mata kuliah) yang diambil atau kombinasi antara keduanya. Naik tingkat, di mata Allah.. parameternya apa? Yang pasti bukan berupa angka, huruf, atau rupa (baca: wajah), tapi keimanan dan ketaqwaan dalam hati.
Derajat kita di mata Allah, seringkali mengalami naik turun. Setiap kali seseorang melakukan kemaksiatan, maka derajat seseorang akan turun dan turun, sampai ke tingkat ‘asfala safilin’ (yang paling rendah). Sebaliknya setiap kali seseorang melakukan ketaatan, maka tingkatnya akan naik dan akan terus naik, sampai ke tingkat yang paling tinggi ‘illiyyin’.


Berikut ada tiga amalan dari banyak amalan yang jika dilakukan.. insya Allah akan membuat kita ‘naik tingkat’ di mata Allah.
 "Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi dan salatlah ketika manusia lain tengah tertidur; niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat sejahtera" (HR. At Tirmidzi).
1.       Ifsyaaus Salaam (Menyebarkan Salam)

Sekarang ini, budaya menyebar salam mulai berkurang. Orang-orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Lalu lalang saja. Jangan heran, jika banyak yang pura-pura tak melihat saat harus bertemu seseorang yang ia kenal. Syukur-syukur, jika sempat saling tersenyum atau sekedar mengangkat tangan dan berbagi ‘hai’. Padahal Nabi saw, telah mengajarkan kita salam terbaik, “Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh - “Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu.”. Alangkah baiknya juga, selain menebar salam, kita membiasakan menjabat tangan saudara (mahram) kita.
Rosululloh Saw bersabda, “Siapa saja dari dua orang muslim yang bertemu lantas saling berjabat tangan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa keduanya seblum mereka berpiah.” HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.

2.       Ith'aamuth Tho'aam (Memberi makanan)

Bukan hal yang jarang, kita mengeluh tentang makanan. Ya, manusia memang diciptakan suka mengeluh. Makanan, yang ada di rumah.. tinggal kita santap, terkadang ada saja celahnya untuk di cela. Atau, yang anak kos.. beli makanan, selalu ada peluang untuk tidak mensyukuri makanan yang ada. Kemudian berandai-andai bisa makan yang lebih enak. Padahal, jika kita mau diam sejenak sebelum keluh itu sempat terucap, pasti kita akan menemukan lebih banyak hal yang bisa disyukuri. Ya, kita tahu.. saat siang ini kita masih bisa makan dengan nyaman, di luar sana.. ada orang lain yang harus rela berkawan sengatan matahari demi mendapatkan uang untuk makan. Maka sekali-kali, berilah makan kepada mereka yang meminta maupun tidak meminta. Jika kita sering melihat pengemis di pinggir jalan, dan hanya bisa memberi receh demi receh jika ada. Maka sekali-kali, saat membeli makan siang.. ingat juga mereka. Dan saat melewati atau bertemu dengan mereka, berilah makan. Biarkan lidah mereka, merasakan makanan yang biasa kau makan. J

3.       Ash Sholaatu fil Lail (Salat Malam) 
 
Qumillaili illa qoliilaa. Bangunlah (untuk sholat) di malam hati, kecuali sedikit (daripadanya). Begitulah firman Allah dalam Surat Al-Muzammil ayat 2. Sholat malam, merupakan amalan yang dicintai Allah. Ia hanya bisa ditegakkan (dilakukan secara rutin) oleh orang-orang istimewa. Maukah kita menjadi salah satu dari mereka? Maka biasakanlah bangun di sepertiga malam terakhir. Dan dirikanlah sholat sekalipun hanya dua rakaat, lakukanlah secara rutin. Dan temukan kedamaian berkhalwat denganNya di sunyinya malam. Temukan keharuan bermunajat padaNya, saat yang lain sibuk dengan mimpinya masing-masing.



Kita semua tentu saja mendamba naik tingkat di mata Allah. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan, taati perintahNya, laksanakan sunnah. Tanpa lupa menjauhi bermaksiat padaNya. Tak penting naik tingkat di mata manusia, karena yang kita dapat hanya pujian sesaat, gelar sesaat, dan segala yang semu karena kematian akan menghapuskannya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa naik tingkat di mata Allah, karena balasannya bukan sekedar pujian, atau gelar, tapi Jannah-Nya yang kekal.

Wallahua'lam

Sumber : ceramah Abu Syauqi (Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Rumah Zakat Indonesia) dengan beberapa perubahan.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya