-Muhasabah Diri-
Beberapa kali aku melihat anak-anak sekolahan yang melintas. Sebagian dari mereka memilih tidak mengenakan sepatunya, berjalan dengan kaki telanjang di aspal/trotoar. Sebagian yang lain membawa sendal jepit, yang mereka pakai untuk berjalan kaki pulang. Perjalanan mereka dari sekolah ke rumah jauh. Mengenakan sepatu sekolah 'mahal' untuk berjalan jauh, hanya akan membuatnya cepat rusak. Mereka bukan anak-anak, yang setiap tahun orangtuanya bisa membelikan sepatu baru. Terkadang bahkan, mereka sengaja membeli nomer sepatu diatas ukuran asli kaki mereka, alasannya sederhana, biar tahun depan bisa dipakai lagi. Tidak nyaman pasti, berjalan tanpa alas kaki. Agak repot memang, harus membawa sendal ganti. Bukan hal yang menyenangkan juga, mengenakan sepatu yang kebesaran. Tapi mereka melewatinya, mengalaminya.
berjalan tanpa alas kaki |
Fakta dan pemikiran itu tiba-tiba seolah menyengat otakku. Aku berkaca pada cermin yang sudah tidak semengkilap dulu. Berkaca tentang berapa banyak sepatu yang kita tumpuk dan tidak dipergunakan. Berkaca tentang keluhan kita ketika orangtua kita membelikan sepatu/sendal yang tidak sesuai style kita. Berkaca tentang keinginan punya sepatu-sepatu cantik dan mahal. Berkaca tentang kita yang seringkali lupa... Lupa akan begitu banyak nikmat yang perlu kita syukuri. Lupa, untuk membuka mata lebih lebar, mengasah kepekaan hati. Lupa.. Bahwa kita tidak seharusnya sibuk berpikir tentang diri sendiri, sampai lupa melihat ke sekeliling. Padahal di sekitar kita, Allah titipkan ayat-ayatNya.
Masih belajar.. dan harus terus belajar, agar melihat, mendengar berpikir tidak hanya dengan indra mata, telinga dan otak, tapi juga dengan hati.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya