Follow Me

Sunday, November 19, 2017

Hating Myself

Bismillah.
-Muhasabah Diri-

Menulis ini rasanya berat, gatau kenapa. Singkat cerita, kemarin-kemarin aku membaca dari dua sosmed berbeda dari dua orang berbeda, pernyataan yang mirip. 'I hate myself'. Membaca pernyataan itu rasanya masam, gatau kenapa ikut merasakan sakitnya, entah karena mereka adalah teman yang terdekat, atau karena aku tahu rasa pahitnya, rasa sakitnya membenci diri sendiri.

Rasanya belum lama, aku masih di fase itu, fase aku tidak bisa berdamai dengan diri sendiri, begitu membenci diri sendiri. Aku pernah kehilangan diri sendiri, kemudian saat menemukan perubahan pada diri sendiri, melihat buruk rupanya diri sendiri, segala dosa dan kesalahan diri sendiri, rasanya... jangankan mencintai, menerima saja aku tidak sudi. Jadilah aku memulai pertarungan dengan diri sendiri, meski saat itu aku tidak menyatakan bahwa aku membenci diri sendiri. Tidak di sini, tapi di tempat lain aku berulang kali menyatakannya.

Membaca pernyataan itu, dari orang lain, membuatku kembali berkaca, bahwa mungkin perasaan ini yang memenuhi pikiran dan hati mereka dulu, saat aku berkoar pernyataan yang sama, langsung di hadapan mereka, bukan lewat sosmed. Bedanya saat itu, mereka ada di dekatku, berulangkali mencoba berinteraksi denganku, mencoba menyiram benih kebaikan dariku, bahwa aku lebih baik dari apa yang aku pikirikan. Saat itu tentunya aku cuma bisa menangis dan mengatakan pada mereka, kalau mereka tidak tahu apapun, kalau aku.. aku tidak berhak dikasih kata-kata manis. Saat itu aku sangat negatif memang, sehingga kata-kata positif dari mereka terdengar menyakitkan, seolah menyindirku, bahwa aku tidak sebaik itu. Bahwa aku tidak pantas mendapat kata-kata baik dari mereka.

***

Membenci orang lain, itu juga tidak baik. Aku pernah membaca analogi kisah membenci orang lain dalam bahasa inggris. Entahlah aku pernah menyimpannya di sini atau belum.

Jadi ada kisah, seorang guru mengajarkan muridnya bahwa membenci tidak memberi manfaat apapun bagi hidup kita. Semua murid diberi tugas, untuk membawa kantong yang akan diisi dengan kentang. Setiap mereka membenci satu orang, maka dimasukkan satu kentang diberi nama orang tersebut. Selama kita masih membencinya, maka kentang itu setiap hari harus dibawa dalam kantong tersebut. Setelah sepekan, murid-murid yang awalnya dengan senang memasukkan satu demi satu kentang ke kantong bencinya, lama-lama mulai mengeluh. Berat, harus membawa kantong penuh kentang, belum lagi tercium aroma tidak enak karena kentang tersebut lama-lama membusuk. Di akhir kelas, sang guru berpesan, bahwa membenci, sifatnya mirip dengan eksperimen tersebut. Pada akhirnya, hanya akan merugikan yang membenci, mengotori hati mereka.

Lalu aku bertanya-tanya, bagaimana kalau ini tentang membenci diri sendiri? Kebencian tersebut akan menyiksa hari-hari kita pasti. Karena nyatanya, objek yang kita benci adalah seseorang yang selama hidup kita, kita bersamanya. I mean, you cannot change the fact that you are you.

Kamu juga tidak bisa menghindari dirimu sendiri. Kalau membenci orang lain, kita bisa menghindari mereka, tidak bertemu dengan mereka, melupakan sejenak kebencianmu kepada mereka karena tidak ada interaksi dengan mereka. Membenci diri sendiri? Setiap hari kamu menemui"nya", melihat"nya", berinteraksi dengan"nya". Life will be so difficult if you hate yourself. Life will be hard if you can't forgive yourself.

***

Kalau misal... ada perasaan benci pada diri sendiri, apa ya solusinya? Berhari-hari aku mencoba memikirkannya. Jawaban yang aku temukan, adalah keyakinan dan pengetahuan tentang Allah. Dengan mengenal Allah, dan sifat Ar rahman Ar rahimnya, sifat Al ghoffurnya.

Saat itu.. aku tidak percaya pada manusia. I mean, they might accept me cause they only see a little bad thing about me. Even my parents don't know all my sins, right? Saat itu.. aku pikir, aku saja tidak bisa memaafkan diri sendiri, kalau mereka tahu buruk dan bobroknya diriku, pasti mereka juga tidak bisa memaafkanku.

Tapi saat pelan-pelan aku diingatkan lagi, bahwa Allah Ar rahman. Knowing that He will not give up on me. Knowing that He loves me, and He will forgive me. Fakta itu membuatku pelan-pelan menyadari. Bahwa yang aku benci, sebenarnya bukan keseluruhan diriku. Yang aku benci mungkin masa laluku, bagaimana bodohnya aku jatuh lagi dan lagi di lubang yang sama. Yang aku benci adalah dosa-dosa yang menggunung itu. Yang aku benci adalah kebiasaan-kebiasaan buruk. Yang aku benci adalah mindset serba negatifku.

Nyatanya.. Allah memuliakan anak adam, Allah mencintai hambaNya. Mengetahui fakta bahwa Allah mencintai kita, membuat kita sadar, bahwa diri kita juga berhak dicintai. Bukan oleh orang lain, namun juga oleh diri sendiri.

***


Semoga Allah melindungi kita semuanya ua dari membenci diri sendiri. Terutama.. karena seringkali membenci diri sendiri membuat kita lupa, akan nikmat yang Allah beri. Terutama.. karena kadangkala membenci diri sendiri membuat kita lupa, akan sifat-sifat Agung Allah. Maha Suci Allah.
Teruntuk dua sahabat yang saat ini dalam fase menyakitkan itu, maaf karena tidak bisa berada di samping kalian. Cuma bisa berdoa, dan sulit untuk bertanya lebih jauh. Aku percaya, fase ini akan segera dilewati. Kalian akan memetik hikmah darinya, belajar darinya, semakin dekat lagi dengan Allah. In syaa Allah. I believe that you're all better than me. Kalau aku yang masih belajar ini, bisa melewati masa itu, aku yakin kalian juga bisa melewatinya. You might hate yourself now, but someday you'll realize, Allah loves you, and that makes you deserve the love from your-own-self. What you hate is not your-entire-self.
-kirei
Allahua'lam.

***

PS: Menulis ini mengingatkanku saat aku membuka lagi lembaran di sebuah buku, dan menemukan kalimat sederhana yang masuk dalam hatiku begitu kuat. "Allah telah memaafkan apa yang berlalu"

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya