Follow Me

Saturday, June 22, 2019

Orang Asing di Masa Lalu

Bismillah.

#fiksi


"Jalan kaki? Dari Tanjung?", tanya Nanza pada Denza kakak laki-lakinya. Seketika persepsi awal Nanza tentang orang asing itu pecah.

Kakaknya bercerita, bahwa saat itu hari ahad, ada car free day. Lalu ibunya ikut menyeletuk, "Pantesan disuguh lontong opor langsung habis." Raut wajah Nanza mulai bergetar, berusaha menyembunyikan perasaan bersalahnya. Percakapan singkat itu, berhasil membuatnya mengingat kembali orang asing di masa lalu tersebut.

***

Orang asing itu memiliki nama, sama seperti kebanyakan manusia yang hidup di bumi. Namanya terdiri dari lima huruf, temasuk dua huruf terakhir alfabet, y dan z. Namanya Ziyad. Nanza pertama membaca nama itu di sebuah file dokumen yang dikirimkan kakaknya lewat WhatsApp. Kakaknya memang sudah satu tahun ini begitu bersemangat mencarikan jodoh untuknya. Teman satu angkatan beda fakultas dengan Denza. Orang asing itu juga sudah membaca biodata Nanza, begitu katanya.

Seperti biasa, jika ada dokumen yang masuk, hari-hari berikutnya akan Nanza isi dengan istikharah. Dan kali ini, entah mengapa ia condong untuk menolak. Padahal kalau dari dokumen tersebut, tidak ada hal yang bisa dijadikan alasan untuk menolak. Ayah dan ibunya juga terlihat antusias menunggu jawaban Nanza. Saat itu ia merasa terpojok, menjadi minoritas, karena tiga orang terdekatnya (Ayah, Ibu dan Kak Denza) cenderung untuk menerima.

"Nan, Ziyad mau ke rumah besok," belum juga Nanza membulatkan jawaban untuk lanjut atau mundur, semua seolah begitu cepat. Hatinya sebenarnya sudah hampir matang untuk mundur, namun ia tidak punya alasan yang konkrit. Malam itu Nanza berserah padaNya, mengadu dan meminta petunjukNya agar diberikan yang terbaik.

Keesokan harinya di kamarnya, Nanza menyimak obrolan Ziyad dengan Bapak. Jauh-jauh dari Depok ke kampung. Dua hari ia libur, akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Denza, kemudian setelah itu ke rumah perempuan lain di desa sebelah. Seorang gadis yang statusnya seperti Nanza sedang menunggu di pertemukan dengan sosok yang bisa menjadi melengkapi setengah Din-nya. Saat itu Nanza langsung ilfeel, yang tadinya ingin 'profesional' dan bersikap netral, ia berubah sikap, terbawa perasaan. Orang asing itu ke rumahnya, mungkin karena 'sekalian', sejalan dengan rencananya nazor dengan perempuan lain di kota sebelah.

Maka saat Nanza diminta keluar kamar dan menemui orang asing itu, sikapnya dingin dan ia lebih banyak terbungkam dan menundukkan wajah. Ia hanya menjawab beberapa pertanyaan dengan nada datar. Dan tidak bertanya satu pun tentang orang asing itu. Nanza tidak penasaran, lebih tepatnya, Nanza kini sudah bulat akan memutuskan apa.

***

Sampai percakapan sore itu, sebuah fakta yang membuat Nanza menyadari bahwa ia salah. Bukan salah memutuskan. Tapi salah bersikap.

Benar kata Ayah, Ibu dan Denza, bagaimanapun orang asing itu tamu, yang harus dihormati dan dihargai. Meskipun ia mungkin ke rumah, karena sejalan, sekalian, sekali dayung dua pulau terlewati. Itu tidak memberikan Nanza hak untuk bersikap dingin dan antipati. Orang asing itu tidak berniat main-main. Maka saat turun bis di Tanjung, dan hp yang berisi alamat rumah Denza tidak bisa diakses, ia memilih berjalan kaki. Ia bisa saja membatalkan rencananya, tapi ia memilih untuk berjalan kaki sembari mencari solusi agar ia bisa mendapatkan alamatnya.

Sudah sebulan lebih sejak orang asing itu berkunjung ke rumah Nanza. Tapi Allah ingin mengajarkan Nanza untuk berbaik sangka, maka sore itu, percakapan pendek tersebut berhasil menggeser persepsinya tentang orang asing itu.
"Orang asing itu lebih baik dariku, mungkin begitu dekat dengan Allah. Sehingga Allah seolah ingin membersihkan sosoknya dari persepsi burukku padanya. Ia memang hanya orang asing dalam hidupku. Namun bagi Allah, ia adalah hamba yang shalih."
Empat kalimat itu ditulis Nanza dalam buku jurnalnya, agar ia tidak mengulangi kesalahan yang sama. Agar ia belajar, untuk selalu mengedepankan prasangka baik, dan untuk selalu bersikap baik pada siapa pun. Meski pada orang asing.

The End.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya