Hari ini aku membaca di grup Aksara tentang pentingnya character development dalam sebuah fiksi, entah itu novel atau skenario film. Bagaimana karakter seseorang terbentuk, mengapa tokoh A pendiam, mengapa tokoh B begitu selektif memilih teman, dll. Character development hadir agar kita memahami karakter, dan tidak ada sisi yang ujug-ujug atau tiba-tiba. Sebab-akibatnya masuk logika.
But instead of thinking about a scenario or a fiction, I reflect about that on the reality. How every people have their own stories, their own character development.
Sejatinya karakter kita terbentuk salah satunya karena kejadian di masa lalu, bagaimana kita mencerna situasi tersebut, sikap yang kita ambil.
Mengapa seseorang begitu strict menjaga pola makannya. Ada sebabnya, ada kisah di baliknya.
Mengapa seseorang begitu tertutup perihal keluarganya. Ada sebabnya, ada kisah di baliknya.
Mengapa seseorang selalu bekerja keras meski lelah menerjang. Ada sebabnya, ada kisah di baliknya.
***
Begitu pun kamu. Begitu pun aku. Begitu pun kita.
Kalau kita mau melihat ke belakang, kita akan melihat character development diri. Bagaimana sebab menimbulkan akibat, bagaimana sebuah hal mempengaruhi pengambilan sikap kita.
Maka saat kita bertanya-tanya tentang diri, "mengapa aku memilih begini, bersikap begitu?" Kita bisa melihat jawabannya, sebabnya.
Dan semoga kita tidak berhenti di situ. Kita belajar mengenal diri, sembari mengenal Dzat Yang Menciptakan kita.
Dan semoga tidak berhenti di situ. Kita melihat masa lalu dan melapangkan dada menerima takdir yang tertulis. Ridha terhadapnya. Bersyukur atasnya. Lalu berbaik sangka atas rencanaNya.
Allahumma a-inna 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika. Aamiin.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya