#banyakcurhat #hikmah #selftalk
Kadang memang harus dipepet agar bisa berpikir di luar kebiasaan, di luar box, di luar rutinitas. Seperti akhir Ramadhan kemarin. Allah menitipkan banyak hikmah dengan satu hal yang memaksaku berpikir di luar kebiasaan.
Jujur, aku takut aku kembali lupa, dan balik lagi jadi orang yang terpaku pada rutinitas. Jadi, izinkan kutulis di sini.
***
Berawal dari kekhawatiran, ketakutan. Bahwa jika perubahan itu terjadi. Jika aku memiliki peran baru, dan harus beranjak keluar dari zona nyaman, rumah tersayang, orang-orang yang paling aman untukku... Aku mungkin bisa terkungkung dan tidak bisa bergerak. J
Ketakutan itu hadir, bersama ratusan prasangka dan kemungkinan-kemungkinan. Membuat aku sadar, akan nikmat yang terus mengalir di rumah. Kebebasan yang aku miliki sekarang, karena ayah, ibu, adik dan kakak yang open mind. Zona nyaman dan mendukung yang aku nikmati sekarang. Bagaimana ayah, ibu, kakak dan adikku selalu mengingatkanku pada Allah, lewat ajakan shalat berjamaah, lewat ajakan sahur bersama, lewat suara tilawah di masing-masing kamar yang terdengar sampai kamarku. Buku-buku yang aku baca, lingkaran dan forum yang aku hadiri. Kajian yang aku dengar dari hp adik, dari laptop ayah, dari radio ibu. Belajar akidah, iman dan islam tanpa pengkotak-kotakan. I'm afraid someday I'll loose it.
Selain tentang itu. Ketakutan yang hadir, bersama ratusan prasangka dan kemungkinan-kemungkinan. Juga membuatku teringat hal-hal yang pernah menjadi nyala api penggerak. Ibarat bintang-bintang yang jauh di atas, namun ingin kugapai.
Aku teringat buku, hafalan, studi di luar negri, mendaki gunung.
Aku teringat A, B, C. Things I've forgetting. Ada yang tidak sepenuhnya lupa, tapi aku biarkan jalan untuk mencapainya lambat sekali. Juga mimpi-mimpi yang kukubur dan hampir kulupakan. Karena aku seorang pengecut yang keburu berpikir tentang kemungkinan ketidakmungkinan.
Termasuk saat pertanyaan tentang pekerjaan hadir, dan aku masih sama, tidak termotivasi mencari uang untuk diri sendiri. Tapi kondisi yang memojokkan itu berhasil membuatku berpikir di luar frame biasanya. Kalau bukan untuk diri, minimal untuk orang lain. Things that may be you can do, sedikit mungkin. Meski jujur belum melangkah, baru berada di otak dan tersimpan di pikiran.
***
Sekarang memang sudah tidak 'dipepet', sudah tidak terlalu khawatir dan takut. Apalagi ketika menyadari bahwa prasangka itu cuma prasangka yang hadir dari kebiasaan buruk overthinking. bahwa sekalipun nanti aku harus berada di luar zona nyaman, Allah akan menguatkan dan memberikan yang terbaik.
Tapi meski sudah ga dipepet. Hikmahnya tidak boleh dilepas kan? Jangan sampai pikiran-pikiran di luar kebiasaan, things out of the box, akhirnya hilang, atau tercecer.
Allah menghadirkan situasi itu, mendatangkan perasaan takut dan khawatir, salah satunya agar aku bergerak lebih semangat. Allah tahu, aku tidak seharusnya melambat-lambatkan langkah, dan sering berhenti dalam jeda yang tak singkat hanya karena keterbatasan dan rutinitas yang sebenarnya tidak sibuk-sibuk banget.
Jadi... let's move. Ayo bergerak Bell. Jangan kalah sama pikiran buruk, jangan kalah sama nafsu ingin berhenti dan berleha-leha, jangan kalah oleh bisikan setan. Kamu bisa lebih baik dari ini. Kamu bisa melangkah lebih cepat. Berprogres, dan tidak banyak memberi alasan mengapa kamu baru sampai di sini. Ok?
Photo by Leone Venter on Unsplash |
Jujur, aku takut aku kembali lupa, dan balik lagi jadi orang yang terpaku pada rutinitas. Jadi, izinkan kutulis di sini.
***
Berawal dari kekhawatiran, ketakutan. Bahwa jika perubahan itu terjadi. Jika aku memiliki peran baru, dan harus beranjak keluar dari zona nyaman, rumah tersayang, orang-orang yang paling aman untukku... Aku mungkin bisa terkungkung dan tidak bisa bergerak. J
Ketakutan itu hadir, bersama ratusan prasangka dan kemungkinan-kemungkinan. Membuat aku sadar, akan nikmat yang terus mengalir di rumah. Kebebasan yang aku miliki sekarang, karena ayah, ibu, adik dan kakak yang open mind. Zona nyaman dan mendukung yang aku nikmati sekarang. Bagaimana ayah, ibu, kakak dan adikku selalu mengingatkanku pada Allah, lewat ajakan shalat berjamaah, lewat ajakan sahur bersama, lewat suara tilawah di masing-masing kamar yang terdengar sampai kamarku. Buku-buku yang aku baca, lingkaran dan forum yang aku hadiri. Kajian yang aku dengar dari hp adik, dari laptop ayah, dari radio ibu. Belajar akidah, iman dan islam tanpa pengkotak-kotakan. I'm afraid someday I'll loose it.
Selain tentang itu. Ketakutan yang hadir, bersama ratusan prasangka dan kemungkinan-kemungkinan. Juga membuatku teringat hal-hal yang pernah menjadi nyala api penggerak. Ibarat bintang-bintang yang jauh di atas, namun ingin kugapai.
Aku teringat buku, hafalan, studi di luar negri, mendaki gunung.
Aku teringat A, B, C. Things I've forgetting. Ada yang tidak sepenuhnya lupa, tapi aku biarkan jalan untuk mencapainya lambat sekali. Juga mimpi-mimpi yang kukubur dan hampir kulupakan. Karena aku seorang pengecut yang keburu berpikir tentang kemungkinan ketidakmungkinan.
Termasuk saat pertanyaan tentang pekerjaan hadir, dan aku masih sama, tidak termotivasi mencari uang untuk diri sendiri. Tapi kondisi yang memojokkan itu berhasil membuatku berpikir di luar frame biasanya. Kalau bukan untuk diri, minimal untuk orang lain. Things that may be you can do, sedikit mungkin. Meski jujur belum melangkah, baru berada di otak dan tersimpan di pikiran.
***
Sekarang memang sudah tidak 'dipepet', sudah tidak terlalu khawatir dan takut. Apalagi ketika menyadari bahwa prasangka itu cuma prasangka yang hadir dari kebiasaan buruk overthinking. bahwa sekalipun nanti aku harus berada di luar zona nyaman, Allah akan menguatkan dan memberikan yang terbaik.
Tapi meski sudah ga dipepet. Hikmahnya tidak boleh dilepas kan? Jangan sampai pikiran-pikiran di luar kebiasaan, things out of the box, akhirnya hilang, atau tercecer.
Allah menghadirkan situasi itu, mendatangkan perasaan takut dan khawatir, salah satunya agar aku bergerak lebih semangat. Allah tahu, aku tidak seharusnya melambat-lambatkan langkah, dan sering berhenti dalam jeda yang tak singkat hanya karena keterbatasan dan rutinitas yang sebenarnya tidak sibuk-sibuk banget.
Jadi... let's move. Ayo bergerak Bell. Jangan kalah sama pikiran buruk, jangan kalah sama nafsu ingin berhenti dan berleha-leha, jangan kalah oleh bisikan setan. Kamu bisa lebih baik dari ini. Kamu bisa melangkah lebih cepat. Berprogres, dan tidak banyak memberi alasan mengapa kamu baru sampai di sini. Ok?
***
Terakhir, menulislah. Menulislah untuk mengingatkan diri. Jika hal ini tidak kau tulis, mungkin kau akan kembali lupa.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya