Follow Me

Monday, September 15, 2025

Kenapa Harus Menuntut Ilmu?

September 15, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Prolog. In syaa Allah aku mau mencatat dan bagiin resume dari hasil baca buku Ma'aalim Fi Thariqi Thalabil Ilmi di grup ini. Oh ya, judul versi bahasa indonesianya buku ini : "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" - Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan, Darus Sunnah.



Awal kenal buku ini adalah dari komunitas RSC (Rahmah Study Club). Singkat cerita aku daftar dan jadi member RSC 6. Ikut matrikulasi dari Sept-Nov 2024. Udah lulus matrikulasi. Sebelum sesi study group yang asli, ada sesi spesial bahas buku tersebut. Tapi sedihnya aku down imannya, dan gak bisa ngikutin perjalanan pembahasan buku itu. Tapi sempet mulai buat resume, dari kajian, dan juga bagian awal buku.

 

1 tahun berlalu, masih belum ada kemajuan. Untuk mempercepat proses pulihku, dan biar inget lagi adab dan kiat dalam menggapai ilmu, izinkan aku share di sini ya. 

 

***

 

Berikut ini resume Muqaddimah dari buku tersebut yang aku ambil dari ceramah di youtube.

 

Adab dan Cara Menggapai Ilmu: Muqaddimah

Thursday, January 9, 2025

8:03 PM

 

Resume oleh: Isabella Kirei

 

Hikmah memulai menulis kitab dengan basmallah :

 

  1. Mengikuti kitabullah Al Quran Al Karim

 

  1. Mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam dalam menulis surat

 

  1. Untuk mengharapkan keberkahan (littabarruk)

 

  1. Untuk meminta pertolongan kepada Allah (listi'anah)

 

 

Keutamaan ilmu dan kemuliaan mendapatkan ilmu dan orang-orang yang berilmu:

 

  1. Manusia akan merasa tenang/lapang hatinya saat melihat para penuntut ilmu di majelis-majelis ilmu. Dan mereka meninggalkan kenikmatan tidur dan menjauhi kasur-kasur pada waktu ketika manusia sedang nikmat berada di kasur mereka. Dan mereka juga meninggalkan kenikmatan-kenikmatan lain dan mengutamakan perkara yang menjadi keselamatan di barzakh dan akhirat.

 

Allah memuji orang-orang yang memiliki ilmu. "Sesungguhnya orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Allah, hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu (ilmu agama Allah)".

 

Artinya semakin tinggi ilmunya, seharusnya semakin tinggi rasa takutnya kepada Allah. Inti dari ilmu adalah rasa takut kepada Allah. Bukan ilmu yang bermanfaat banyak hafalan, tapi ilmu yang mengantarkan kepada rasa takut kepada Allah.

 

Rasulullah adalah orang yang paling berilmu dan yang paling takut kepada Allah.
 

Takut melanggar perintah Allah, takut kepada neraka, dll.

 

  1. Ilmu merupakan sebab datangnya keridhaan Allah, datangnya kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.

 

Allah akan menyelamatkan orang-orang yang berilmu dari fitnah. Kisah tentang Qarun di Quran contohnya.

 

Ketika fitnah sedang melanda, tidak diketahui kecuali oleh orang yang berilmu. Saat sudah selesai, baru semua orang menyadarinya.

 

  1. Ilmu adalah warisan para nabi

 

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ada 40 keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta. Mengapa kita tidak berebut untuk mendapatkan warisan para nabi?

 

  1. Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal

 

Apabila seseorang telah meninggal, terputus semua amalnya kecuali 3 hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang shalih.

 

Harta bisa bermanfaat kalau dijadikan amal shalih, digunakan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Tapi kalau cuma disimpen aja, gak bermanfaat untuk akhirat

 

  1. Allah tidak meminta Nabi-Nya meminta tambahan apapun selain tambahan ilmu

 

Di surat Thaha, Allah memerintahkan Rasul untuk berdoa robbi zidni 'ilma.

 

Keutamaan ilmu: ilmu quran dan sunnah. Ilmu syar'i. dan juga ilmu yang bermanfaat buat manusia, setelah ilmu syar'i.

 

  1. Orang yang dipahamkan agama oleh Allah adalah orang yang dikehendaki kebaikan

 

Sebaliknya, jika tidak mudah paham ilmu agama. Menangislah.

 

  1. Orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya.

 

Derajat di sini, bisa di dunia, tapi terutama di akhirat

 

Ada hadits dan kisah-kisah para ulama yang ditulis di kitab ini, yang menunjukkan tentang keutamaan menuntut ilmu.

 

  1. Diantara perkataan Ibnu Qayyim Al Jauziyah, "Seluruh pujian yang ditujukan kepada seorang hamba yang disebutkan oleh Allah di dalam Al Quran Al Karim, itu semua merupakan hasil atau buah dari ilmu.

 

Sebaliknya, seluruh celaan yang ditujukan kepada seorang hamba di dalam Al Quran Al Karim, itu semua berasal dari kebodohan terhadap ilmu"

 

Ini menunjukkan keistimewaan dari ilmu agama yang bermanfaat.

 

 

Sumber: Ma'aalim Fi Thariqi Thalabil Ilmi (Mukkaddimah) - Ustadz Ahmad Rasyid Bazher


Wallahua'lam bishowab.

Friday, September 12, 2025

You're not Expected to Save Gaza neither Indonesia nor The World

September 12, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

I stumble upon this videos on @thefutureofcongo, and I am moved to write the transcript of the video.

 

 

*** 


Since when did "small" means useless?



With the current genocide that is taking place in Gaza… the famine and the war in Sudan, the continuous suffering of innocent people in Congo and the situation of all opressed people around the world--


there's this feeling a lot of us get. that we are supposed to do something huge. That if what we do doesn't end the war or feed thousands of people, then there's no point.


I think the problem is that, we have been taught to judge things purely based off of result, and that is a very problematic framework. Because nowhere in the Quran, nor the Prophetic tradition are we told that Allah Subhanahu wa ta'ala judges us based on what we accomplished.


But Allah does say in the Quran that, "There is nothing for man, except for what he strives for".


So the point is effort, not accomplishment. This might be harsh to say, but you're not expected to save Gaza -- nor are you expected to end the war in Sudan, or rebuild the Congo.


But you are expected to care, you are expected to try, and you are expected to do something-- even if it seems little or insignificant.


We act not because we are guaranteed results-- but because there's a moral and spiritual obligation. Even if you don't see the fruits of your seeds.


The Prophet Sallallahu 'Alaihi Wasalam says that if the day of judgement is established, and a person has a sapling in his hand, and he is able to plant it… then he should plant it. It’s the day of judgement!! You will probably not see the fruits of what you've just planted, but you are still commanded to do so.


Hajar 'alaihi salam did not find Zamzam water by sitting down and crying. She ran through Safa, and Marwa multiple times looking, and seeking for water. And Allah Subhanahu wata'ala blessed her with water, not through her running, but because of it. That is sa'y-- that is effort.


Maryam 'alaihi salam during childbirth, was commanded by Allah Subhanahu wata'ala that she should shake the trunk of the tree towards her-- realistically speaking, not a single human being much less a woman in labour would be able to shake a trunk of a tree to the point that dates would fall from it… the point of the command was not the shaking of the tree, it was about the effort, it was about obeying Allah Subhanahu wata'ala, and most importantly trusting him.


I highly recommended that everybody looks up the concept of Sa'y in Islam, it’s really profound and beautiful. One of the other dillemas we fall into in this regards is we feel discouraged when we don't see an immediate result in the things that we do. But the question is; Are you serving the cause or are you just addicted to seeing the results of your actions? Because I'm sorry to say bro, but.. It's not about you!!


Sumaya radhi Allahu anha never got to see Medina. 

The companions who died during the Battle of Badr and the Battle of Uhud never got to see the Conquest of Mecca.

Does that mean that they failed? Definitely not! We look up to them, we name our children after them, and we say about them radhi Allahu anhum. Because it's never about the accomplishment, it's about the effort.

I say to you: "Share that post to your story, repost the video, talk about it in your school, try and bring as much awareness as you can about all these situations and many others and know that if you died trying, you died successful!

 

***

 

Aku juga coba nerjemahin transkrip di atas, tapi manual dan banyak kekurangan. Barangkali ada yang mau baca, boleh juga dikoreksi kalau ada yang salah.

 

***


Sejak kapan hal kecil berarti sia-sia?


Dengan kondisi genosida terkini di Gaza… kelaparan dan perang di Sudan, dan penderitaan berpanjang pada penduduk di Kongo dan situasi dari semua rakyat yang tertindas di seluruh dunia--


Ada hal seperti ini yang banyak dari kita rasakan. Bahwa kita seharusnya melakukan sesuatu yang besar. Bahwa jika apa yang kita lakukan tidak menghentikan perang atau memberi makan ribuan orang, maka semua sia-sia.


Masalah utamanya adalah, kita terbiasa diajarkan untuk menghakimi sesuatu hanya berdasarkan hasil, dan itu adalah kerangka pemikiran yang sangat bermasalah. Karena tidak ada dalam Al Quran atau sunnah Rasulullah yang mana kita diberitahu bahwa Allah subhanahu wata'ala menghakimi kita berdasarkan pencapaian kita.


Tapi Allah menyebutkan dalam Quran bahwa, "Seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya". (An Najm ayat 39)


Jadi poinnya adalah usaha/ikhtiar, bukan pencapaian. Dan ini mungkin agak kasar untuk dikatakan, tapi kamu tidak diharapkan untuk menyelamatkan Gaza -- (atau Indonesia -pen) atau diharapkan untuk mengakhiri perang di Sudan, atau membangun Kongi.


Tapi kamu diharapkan untuk peduli, kamu diharapkan untuk berusaha, dan kamu diharapkan untuk melakukan sesuatu-- bahkan jika itu terlihat kecil atau tidak signifikan.


Kita melakukan sesuatu bukan karena kita punya jaminan akan hasilnya-- tapi karena ada kewajiban moral dan spiritual. Bahkan jika kamu tidak melihat buah dari benih yang kau tanam.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda bahwa jika hari kiamat terjadi, dan seseorang memiliki biji/benih di tangannya, dan ia mampu untuk menanamnya… maka ia harus menanamnya. Padahal itu hari kiamat!! Kamu mungkin tidak akan melihat buah dari apa yang baru kau tanam, tapi kamu masih diperintahkan untuk melakukan itu.



Hajar 'alaihi salam tidak menemukan air Zamzam dengan duduk diam dan menangis. Ia berlari di antara Safa dan Marwa beberapa kali untuk mencari air. Dan Allah Subhanahu wata'ala memberikan rahmat padanya dengan air, bukan melalui larinya, tapi karena itu. Itulah yang disebut sa-i -- itu adalah usaha.



Maryam 'alaihi salam saat proses melahirkan, ia diperintahkan Allah Subhanahu wata'ala untuk menggoyangkan batang pohon ke arahnya -- jika bicara realistis, tidak ada seorang manusia, lebih lagi seorang wanita yang sedang melahir dapat menggoyangkan batang pohon sampai buah kurma jatuh darinya… poin utama dari perintahnya bukan menggoyangkan pohon, ini tentang usaha, ini tentang menuruti perintah Allah Subhanallah wata'ala, dan yang terpenting percaya dan yakin pada-Nya.


Saya sangat merekomendasikan setiap orang untuk mencari tahu dan memahami konsep Sa-i dalam Islam, konsep ini sangat mendalam dan indah. Salah satu diantara berbagai dilema yang kita tenggelam di dalamnya adalah kita merasa putus asa saat kita tidak melihat hasil langsung/hasil yang segera pada hal yang kita lakukan. Tapi pertanyaannya adalah; apakah kamu melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu, atau untuk melihat hasil dari apa yang kamu lakukan? Karena, maaf untuk mengatakannya, tapi ini bukan tentangmu!!



Sumaya radhiyallahu anha tidak pernah melihat Madinah.



Para sahabat radhiyallahu anhum yang syahid dalam Perang Badar dan Perang uhud tidak pernah menyaksikan peristiwa Penaklukan Mekah.



Apakah itu artinya mereka gagal? Tentu saja tidak! Kita mencontoh mereka, kita memberi nama anak-anak kita dengan nama mereka, dan kita menyebut mereka radhiyallahu anhum. Karena ini tidak pernah tentang pencapaian/hasil, ini tentang usaha/perjuangan.



Saya katakan padamu: "Bagian postingan itu di storymu, repost videonya, bicarakan tentang itu di sekolahmu, dan usahakan dan berikan awareness/kesadaran sebisa mungkin tentang situasi-situasi ini (Gaza, dll) dan ketahuilah bahwa jika kamu mati saat sedang berusaha, kamu mati dalam keadaan sukses."

 

***

 

Terakhir, penutup. Teruntuk setiap orang yang sering putus asa karena merasa tak berdaya, yang merasa usahanya terlalu kecil, yang masih begitu peduli melihat berbagai kejadian dan peristiwa di dunia dan Indonesia, tapi juga ragu apa yang harus dilakukan dan sering tergilas arus dan lupa untuk konsisten dalam usaha dan dosa sekecil apapun itu di matamu/di mata orang lain. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi bagian dari yang berjuang dan berusaha, sungguh lebih baik menjadi debu, pasir, yang semoga jadi adonan semen yang baik untuk membangun peradaban. We might not see the result, but Allah never ignore any effort even the smallest and the hidden one.

 

Wallahua'lam bishowab. 

Wednesday, August 27, 2025

Membaca Cerpen Orang Lain

August 27, 2025 0 Comments

Bismillah. 

 

Sudah lama rasanya tidak membaca cerpen tulisan orang lain. Entah kapan terakhir baca buku kumpulan cerpen, back then when I was in Bandung, I guess. Pernah baca sekilas juga sih di Medium, tapi kebanyakan penulisnya adalah orang-orang seumuran, jadi diksinya adalah diksi modern yang biasa aku baca di tulisan non fiksi. Lalu aku menemukan cerpen ini dari salah satu e-booknya MGN. Ini sebenarnya baru cerpen kedua dari e-book berjudul "Ilusi di Balik Ganesha 10" [1]. Jadi aku baru dikit banget bacanya, dan belum nerusin lagi, karena aku merasa perlu mengalirkan rasa setelah membaca dua cerpen dari e-book tersebut.

 

Pertama, tentang diksi-diksi baru yang aku temui di dalamnya[2]. Rasanya ingin aku catat dan cari tahu artinya. Kedua, tentang memori-memori yang muncul saat membaca 2 cerpen yang baru aku baca, nama-nama tempat di kampus itu [3] lalu aku mencoba mengingat memoriku akan tempat tersebut, plus membayangkan seperti apa tampilannya dulu, di setting waktu cerpen tersebut. Secara 2 cerpen awal di kumcer tersebut settingnya adalah masa lalu. Yang pertama bahkan saat baru hendak didesain oleh Henri Maclein Pont. Lalu yang kedua, flashback dari tahun 89-90 juga tahun 2018 untuk present-nya.

 



Oh ya, untuk cerpen yang kedua, rasa relate-nya makin tinggi mengingat Hari Kemerdekaan RI ke-80 masih hangat, ditambah begitu banyak isu politik dan sosial yang membuat rakyat melaksanakan demo ke gedung DPR RI tanggal 25 Agustus kemarin. Begitu banyak emosi bercampur, amarah, sedih, kecewa, sebel, dll, dst. Kecintaan rakyat terhadap Indonesia masih jelas tertanam, melihat keramaian perayaan kemerdekaan. Termasuk mereka yang dulu menyuarakan #kaburajadulu, aku yakin yang membuat mereka kabur bukan Indonesia, tapi tikus-tikus politik yang hari demi hari menggerogoti keadilan sosial di Indonesia.

 

Dari baca cerpen tersebut, aku baru sadar betapa aku kurang literasi, ada begitu banyak hal baru di luar hal-hal yang menjadi minat bagi kita, yang mungkin bisa kita tahu kalau kita membaca cerpen orang lain. Cerpen yang nggak melulu bahas topik-topik klise. Padahal yang baru aku baca ini, dari member MGN. Pasti akan lebih banyak hal yang bisa kupelajari kalau aku membaca dari penulis cerpen yang kiprah menulisnya lebih lama. Cerpen-cerpen lama, yang sengaja ditulis dan difiksikan, karena dulu jika ditulis dalam bentuk non-fiksi, penulisnya mungkin akan diincar dan dibungkam. 

 

Intinya, mari membaca lebih banyak buku, termasuk cerpen. Sometimes we need to read outside of our interest to open our mind to a new world we might never dive in.

 

Wallahua'lam. 

 

Keterangan:

[1] E-Book Ilusi di Balik Ganesha 10 - mamahgajahngeblog.com 

[2] Pinggala = apricot, petani gurem, nila kandi = royal blue, stepanut = nama bunga orange yang biasa mekar di sekitar labtek kembar

 


[3] Aula Barat-Timur, Plaza Widyatama, Ex-GSG, Kolam Indonesia Tenggelam, Selasar Labtek V, Boulevard, Koridor "tembok ratapan" gedung FMIPA, Taman Ganesha

 

[4] hidden notes hehe. Menulis ini sembari secara imaginasi meng-pukpuk diri. It's okay to be nostalgic, and it's okay to remember it all. Bukan berarti belum move on. Cuma bentuk tanda bahwa kamu manusia, yang suka mengenang masa lalu. Cuma bentuk tanda, bahwa dalam waktu kurang dari sewindu itu, ada begitu banyak memori baik yang membuatmu tersenyum mengingatnya. 

Tuesday, August 26, 2025

New Leaf New Address

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Seperti rencana yang sebelumnya pernah aku tulis di Belajar Bahasa dengan AI, Yeay or Nay? Aku ingin mencatat dan mempublikasikan proses belajar bahasaku dengan AI Translator di blog. Nah, karena itu aku jadi buka lagi blog New Leaf. Ada yang masih ingat sama blog New Leaf? Singkat cerita New Leaf adalah blog baru yang kubuat untuk mencatat frase bahasa inggris dan artinya, disajikan dalam artikel, gak cuma arti, tapi juga sedikit ditambah penjelasan, dan kadang ada tambahan opini juga. Yang mau baca tulisan-tulisannya, baca di versi Publikasi Medium-nya saja ya.

 

Baca di: https://medium.com/new-leaf 

 

Sebenarnya awal dibuat karena aku ingin naik level, pengen buat blog yang dimonetisasi. Tapi blog itu mandeg di tahun 2021. Sempat aku ganti domain yang tadinya akardaunranting.blogspot.com jadi artidanmaknakata, cuma untuk diganti balik jadi domain awalnya, karena statistiknya jadi kacau. Secara di google masih akardaunranting yang ke index. 

 

Dan karena memang sekarang udah pindah topik, dari bahasa frase bahasa inggris dan makna, ganti jadi catatan belajar bahasa dengan AI. Otomatis alamatnya pindah lagi. Nama blognya masih tetep New Leaf sih, males aja ganti logo dll hehe. Tapi alamatnya pindah ke belajarbahasadenganai. Tulisan lama rencana masih tetap aku biarin ada di sana. Tampilan juga kayanya gak perlu diganti banyak, kecuali nanti ada beberapa page yang harus aku edit, page Tentang New Leaf, archive, dan daftar isi disusun berdasarkan abjad.

 

Anyway, bukan itu alasanku menulis ini. Jadi, karena buka blog New Leaf lagi, aku jadi baca satu-satunya komentar di blog tersebut, tahun 2021, di post sama unknown. Sebuah komentar pendek apresiasi gitu. Dan di akhir komentarnya, ia menuliskan frase good real, sebuah frase baru untukku. Dulu kayanya aku gak terlalu merhatiin, tapi kemarin, aku jadi penasaran dan cari penjelasan arti frase tersebut.

 


 

Membaca penjelasan tersebut, gatau kenapa jadi ngerasa terharu. Siapapun itu, meski mungkin yang dimaksud ya cuma good real basa-basi aja, semacam ucapan good job! Tapi karena aku tipe yang sangat menyukai makna, dan baca penjelasan dari good real, aku jadi terharu sendiri hehe. Itulah keindahan bahasa, kalau kita tahu frase-frase yang sedikit lebih gak familiar, kita tuh jadi lebih kaya rasa dan makna. 

 

Intinya, meski new leaf cuma aktif sebentar, dan mungkin akan ganti konten, tapi saat teringat bahwa minimal ada satu orang yang bisa merasakan both good and genuine from post in New Leaf, I feel content. Karena itulah salah satu hal yang menggerakkan penulis untuk menulis. Berusaha untuk memberikan manfaat meski sedikit.

  

Sekian. Doakan semoga aku bisa istiqomah menulis hal-hal yang bermanfaat buat diri dan orang lain ya!

Open Letter in Slowly

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Bulan Juni kemarin, saat aku mulai mengaktifkan lagi pakai aplikasi Slowly, dan menyelesaikan hutang balas surat 1 tahun yang lalu, aku menemukan ada fasilitas baru yang ada di Slowly, yaitu Open Letter.

 

Open Letter, seperti namanya adalah surat terbuka. Surat yang bisa dibaca banyak orang, tanpa harus masuk ke inbox seseorang. Dan seperti namanya, open letter benar-benar membuka peluang untuk mendapatkan teman di Slowly yang sama-sama punya keinginan untuk terhubung, entah karena topik/pertanyaan yang ditulis di surat terbuka tersebut, atau karena hal lain. Membaca banyak Open letter di Slowly sekarang ibarat blogwalking[1], aku bisa belajar mengenal orang-orang baru lewat surat tersebut, meski sayangnya cuma satu surat. Kalau mau baca lebih banyak surat, kita harus memberikan balasan dulu ke surat terbuka tersebut.

 

 

Sejak awal daftar Slowly, aku ingin cari temen yang bisa diajak sharing tentang buku/menulis. Ini template suratku, waktu dulu aku masih pakai fasilitas profil di Slowly.

 

Hi! I'm Blue.. Do you read books? If you do, what is your recent favorite book? Tell me is it about? And what is the lesson learn or memorable things from that book? If you don't, what do you usually do in your spare time, other than youtube, and social media? Do you have a hobby? I'll be waiting for your reply. Have a nice day~ 

 

Tapi ya gitu, meski di profil topic nulisnya interested in literacy/book, jarang yang share tentang buku. Lanjut ke automatch, ini aku pakai untuk latihan bahasa asing, topik mental health, dan topik traveling. Tapi hasilnya terlalu bagus juga, ya ada sih yang balas, tapi dikit, trus udah aja.

 

Setelah baca open letter beberapa kali, aku akhirnya memberanikan diri membuat Open Letterku. Kali ini, bukan tentang buku sih, tapi aku cari temen nulis. Open Letter ini kutulis tgl 3 Juli yang lalu. Meski pas nulis, aplikasi Slowly banyak meminta kita untuk nulis Open Letter yang panjang, aku sebisa mungkin ingin membuat surat terbuka yang singkat, tapi tetap menarik. Kenapa? Karena pengalaman sebelumnya, ada banyak open letter yang aku skimming dan males baca hanya karena sekilas tahu bahwa tulisan ini panjang *mental block. Setelah open letter-nya kupublikasi, tebak berapa banyak balasan yang aku dapat? 7/8 surat kalau gak salah. Bagiku ini keberhasilan banget! Dari open letter ini, aku jadi nulis cerpen bahasa inggris, nyoba terjemahin puisiku dan belajar diksi-diksi puitis bahasa inggris, juga jadi tahu tentang haiku.

 

Oh ya, yang penasaran sama open letternya, bisa baca di bawah ini.

 

 

 

Terbaca kah? Maaf ya karena sharenya lewat SS dari hp, karena fasilitas Open Letter Slowly saat ini cuma bisa dibuka di aplikasinya, di versi web-nya masih belum tersedia. Gimana setelah baca, tertarik untuk kirim balasan suratnya gak? Kalau tertarik, boleh banget add id slowly-ku N7Z2QX

 



***



Dari 7/8 surat yang masuk, ada yang udah gak terhubung lagi sih. Tapi ada juga yang masih terhubung. Tapi aku sudah biasa saja dengan fenomena itu. Aku pribadi gak mencari teman yang kirim-mengirim surat sampai lama, bagiku mengenal orang asing, dan saling bertukar surat satu kali saja, itu sudah lebih dari cukup. Cukup untukku mengisi energi sosialku. My extrovert side is still there, though my introvert side somehow "filter" many people. Lucu sebenarnya mengenali diri yang E/I-nya gak stabil. Aku masih enjoy buka Slowly tiap hari (dan ini sekarang bisa dimunculin last seen-nya), tapi untuk balas surat, aku tetap saja memilih untuk menunda dan menunggu mood yang tepat, sifat E baru bisa muncul saat I sedang tidak low batt. Kalau sedang low battery, lebih baik fokus input aja. Semoga sih inputnya yang bermanfaat dan bergizi ya. Bukan sekedar distraksi dan junk information.



Sekian. Kututup tulisan ini dengan ajakan menulis, jika kamu membuat surat terbuka/open letter, apa yang akan kau tulis? Share open lettermu di blog/medium, dan bagikan linknya di komentar yaa~
 
Bye5!
 
Wallahua'lam. 
 
 
*** 



PS:

[1] aku masih blogwalking, baca-baca tulisan di medium. Tapi entah kenapa membaca tulisan medium itu feelnya beda kaya blogwalking di blog (blogger, wordpress, tumblr). Mungkin karena di medium, lebih banyak yang nulisnya artikel, jadi sedikit kurang personal (ada sih yang banyak bercerita tentang diri juga, tapi tidak banyak). Jadi rasanya bukan kaya mengenal orangnya, lebih ke mengenal ide/opininya. Padahal salah satu hal yang aku suka dari blogwalking adalah mengenal dan mengamati orang lain secara personal dari jauh. Seperti membuka lembar jurnal/diary yang terbuka. Dari situ aku belajar untuk memahami kesulitan dan caranya menyelesaikan masalah. Dari situ aku belajar untuk melihat sisi lain dari orang tersebut, yang tidak ia tampakkan di media sosial. Begitu. Tapi blogwalking di Medium tetap asik sih, meski untuk rutin melakukannya masih perlu effort lebih, karena kebiasaan buruk diri lebih prefer scroll sosmed >< astaghfirullah. Anyway, mari tetap semangat menulis, entah itu blog/surat. Juga sempatkan blogwalking, untuk membuka wawasan dan POV kita lebih lebar. 

Saturday, August 16, 2025

Introver Tapi Butuh Komunitas dan Pengen Cari Temen

August 16, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* Tulisan ini semata hanya curahan hati saja, jadi kalau yang mengharap dapat manfaat, mungkin bisa cek tulisan lain aja hehe.

 

***

 

Beberapa waktu ini, setelah sekian lama begitu nyaman dalam selimut introver, termasuk keluar dari komunitas-komunitas lama karena futur sih >< aku merasakan aku harus keluar selimut dan pakai jas extrover lagi. Pengen banget cari komunitas dan temen untuk banyak hal. Untuk belajar quran, untuk olahraga, untuk baca, untuk nulis dll. Ada gak yang kaya aku, introver sih, tapi butuh juga energi dari interaksi dengan orang banyak. Kalau sendiri, rasanya aku stuck dan gak maju-maju. Mungkinkah ini karena aku introver yang tumbuh dan besar dengan banyak kegiatan organisasi dan komunitas, dulu kalau nemu yang klop cerewetnya ampun ><. Lalu masuk usia kepala tiga, lebih banyak di rumah, gak bisa aktif di grup-grup wa, karena banyak overthink dan nyaman diem dan nyimak haha. Untuk komunikasi dan cari obrolan banyak topik, solusinya udah dapet nih dari penpal Slowly. Gak cari yang long term, gak naruh ekspektasi banyak hal, balesnya boleh lama, gak kaya messenger chat, yang kalau udah seen, gak bales, rasa bersalahnya nempel meski balesnya tetep lama entah berapa jam setelah dibaca. Tapi aku gak cuma butuh person per person, aku butuh komunitas untuk hobi dan passion aku.

 

Circle Belajar Quran 

 

Pertama butuh circle belajar quran. Pengennya yang komplit, yang kaya guidelight project, Ya Allah cari dimana ya... pengen request ke panitia, tapi ngerasa bersalah, karena aku paham guidelight udah bagus banget punya proker offline DTQ, Quran Camp, dll yang itu udah bagus dan cocok sama panitia yang mungkin memang prefer agenda offline. Sebenarnya aku pun gak bisa janji kalau ada guidelight project bisa jadi peserta yang baik, karena kan udah gak se-free dulu pas masih single ya. Tapi beneran butuh minimal kaya mentoring di guidelight project, pengen dapet temen yang sevisi, kangen banget sama temen-temen Maryam, Sakiina dan We are All Maryam. Pengen ngajakin mereka, tapi banyak overthinking, takutnya udah ngajakin, eh nanti pas pelaksanaannya malah aku yang ngilang-ngilang entah karena futur atau karena masuk ke selimut introver lagi. Apalagi memang tantangan kegiatan online tuh gitu. Aku inget momen yang mirip, cari temen simak, udah dapet tuh, trus saling chat, janjian-janjian, sampai berkali-kali gak sempet sama sekali satu call pun. Guilty? Yes, I'm guilty. Aku udah hampir selalu slow respond di wa. Kecuali kalau ada temen/grup yang call, itu kemungkinan di noticenya ada. Selain itu, semua notifikasi mati. bahkan telpon aja kadang suka gak muncul notif di layar, cuma muncul pas aku buka wa aja. My bad, karena pernah ngutak-atik notif wa, jadi deh wa-ku anomali. harus nyalain getar dan sound notif dulu, biar kalau ada telpon di wa bunyi dan geter meski ga ada notif muncul. Anyway ini satu.

 

Oh ya, sebenernya untuk circle belajar quran ada Ngafal Ngefeel juga, tapi ini seleksinya berat. Kemarin coba jalur Alumni, gak diterima dong. Salah strategi, harusnya mah daftar jalur komunitas aja yang probabilitas keterimanya lebih tinggi. I don't mind paying a price for joining a batch in Ngafal Ngefeel, apalagi kemarin batch pertama Surat Maryam, kapan lagi momen bisa recall pelajaran dan hafalan surat Maryam? Anyway, penyesalan gak mengubah apapun. Qadarullah, mungkin emang aku harus belajar mandiri dulu dan ngumpulin lagi niat dan azam. Oh ya, sebenarnya Ngafal Ngefeel sedian opsi NN App, dan NB surat lain, lumayan buat yang butuh bacaan tadabbur surat Al Quran dan biar bisa lebih dekat dengan bacaan quran kita. Tapi untukku sementara itu bukan kebutuhanku, karena kalau sekedar materi dan tadabbur, I prefer listening to english lecture from ustadz. Tapi emang itu udah dilakuin? Udah dijadwal dan gak cuma denger setengah hati, tapi juga dicatet dan dibuat plannya? TT Astaghfirullah. 

 

Satu lagi circle quran yang aku sia-siain karena kebodohan diri. RSC, have I ever write about it here? RSC itu akronim dari Rahmah Study Club. Udah gabung batch 6, alhamdulillah lulus sesi Matrikulasinya (tadabbur Al Fatihah), sedihnya pas pelajaran berikutnya, pas mengkaji kitab "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" aku gugur TT. Udah bilang ke pengurusnya cuti, tapi sampai saat ini belum berani muncul dan aktif lagi. Season 7 udah lewat, aku masih stuck di kitab yang sama. Belum mulai baca lagi, belum mulai buat resume lagi. Maybe I should start from that before imagining looking for another quran study circle. Oh ya, menulis ini mengingatkanku pada Qaf. Apa kabar teteh-teteh Qaf? Kangeen.

 

Komunitas Diskusi Buku 

 

Grup WhatsApp untuk mendukung kebiasaan baca alhamdulillah masih jalan. Tinggal tempat diskusinya nih yang belum ada. Kemarin setelah overthinking dan ketik balesan bahasan grup aksara 7 agustus, akhirnya kekirim dong, karena gak sengaja. Padahal niatnya dibiarin disitu buat nanti di SS dan dijadiin bahan buat nulis di blog ini tentang betapa overthinking diriku dan betapa aku benar-benar jadi introver di whatsapp. Aku inget banget, saking gak sengajanya, selain post balesan, aku juga sampai ganti settingan advanced chat privacy ke kontak salah satu anggota di sana.

 

Anyway, alhasil muncul di grup, akhirnya ditanya kabar, dan curhat kalau diskusi sama buku sekarang sama AI, padahal butuh komunitas literasi kaya Aksara. Dan seperti dugaanku, ada respon yang mengingatkan, barangkali itu tanda aku yang harus memulai komunitasnya. Menulis ini jadi inget Teh Risma yang dulu pernah sukses bikin komunitas Kendal Membaca paska lulus. What an amazing examples. Beda banget sama aku yang masih memilih meringkuk di dalam cangkang keongku.

 

Oh ya tentang memulai komunitas literasi di Purwokerto, sebenarnya Allah udah kasih jalan sih, tinggal aku mau maju apa gak. Jadi gini ceritanya... di FYP IG muncul lah reel tentang taman literasi purwokerto. Sebenarnya bukan info baru, secara taman itu dekat dari rumah dan tiap lewat aku selalu kepikiran untuk kesana, tapi baru banyak mikir doang, aksinya masih nol. Nah dari reel itu, ada komen yang ngajakin baca bareng atau apa gitu. Trus aku dm deh yang komen tersebut, dan kita terhubung. Aku iseng ngajuin ketemuan pekan itu juga, sabtu dari jam 2 aku kosong dan bisa ketemu. Singkat cerita udah ketemu, lalu waktu berjalan, udah hampir sebulan sejak kami ketemu. Harusnya bisa sih aku ajak lagi ketemuan, bikin rencana dulu, enaknya waktunya kapan, jam berapa agendanya gimana, nanti kita bisa coba bikin poster, atau minimal ngajakin temen yang kenal dulu lah. It's not a hard thing to do, kan udah pengalaman banyak organisasi dan kepanitiaan ya? Hehe. Minimal yang niat buat komunitas literasi udah ada dua, me and her. Doain ya, semoga dengan menuliskan ini niatku makin kuat, begitu pula azzam, dengan begitu nanti langkah pertamanya jadi lebih mantap. Kalau ada yang tanya emang niat sama azzam bedanya apa, coba cek tulisan lama ini: Tempat Persinggahan. Ceritanya ini aku masih di fase al-yaqzhah, belum pindah ke azzam jadi belum mulai melangkah kecuali yang sudah ditakdirkan Allah sebulan yang lalu, ketemu temen yang punya niat sama. Lanjut terakhir komunitas lain yang aku cari.

 

Komunitas Newbie Nulis Buku Solo 

 

Ya Allah nulisnya aja udah malu. Ini niat nulis buku udah berapa kali digalauin di blog ini sejak 2012, kapan actioannya? TT Alhamdulillah antologi yang lewat KMO udah satu. E-book antologi-nya udah. E-book kumcer solo, udah juga, mudah karena tinggal kompilasi aja, tanpa harus ada kesamaan tema dan gak harus ditolak penerbit karena cerpennya tak layak publish haha. Alhamdulillah ada pembaca juga meski satu, dan aku inget banget beberapa feedback dari anggota KMO yang aku PJ-in, terharu pas beberapa kali dia bikin story dan mention ig-ku, pas baca ebook Selembar Roti dan juga e-book Racikan Rasa yang sekarang udah aku unpublish, tapi ternyata dia udah save dan download. 

 

Draft outline dll sebenarnya udah ada. tinggal disiplin buat nulis dan ngedit aja. Tapi aku masih kalah dengan perasaan "insecure" "undeserve" dan segala hal negatif lain yang membuatku lebih nyaman nulis di blog aja, dan puas dengan membagikan nukil buku, kutipan dan insight dari buku yang kubaca. I mean, lebih baik mereka membaca buku orang lain daripada draft buku-ku yang makin hari makin mengerdil, dan niatku nulis buku yang hampir kering kerontang dan mati. Gak mati sih, cuma makin dalem aja tapi gak tumbuh-tumbuh karena belum ada aksinya lagi.

 

Ya, dan di sini, aku mengulang lagi keluhanku mencari kondisi ideal cari temen atau komunitas buat bisa jadi support system yang bisa ngingetin untuk tiap hari atau minimal tiap pekan ada progress di draft yang gak beres-beres itu. Ayo Bell!! Wake up!! Bukannya udah ada list-list penerbit targetmu? Dan kalaupun masih minder, kan bisa self-publish, cetak dikit aja, dan promosi ke orang-orang terdekat aja hehe. Tapi apa yang mau diterbitin kalau draftnya aja gak beres-beres sjahbfbgfhiasbhcbdjsnbvk kandkjBvj nL. I know, I feel frustated to myself also.

 

***

 

Sekian curhatan dini hari ini. Di post, untuk mungkin aku balikin lagi ke draft. Atau akan tetap di sini, karena aku sedang fase extrovert.

 

Oh ya, introver butuh komunitas dan pengen cari temen itu wajar dan hal yang baik. Karena memang banyak juga introver yang aktif dan bahkan jadi pengurus di organisasi dan komunitas. Bedanya cuma mungkin lebih nyaman di divisi yang banyak kerja sendiri dan sedikit interaksi dengan orang lain. Kalaupun interaksi juga aman-aman aja, asalkan tahu kapan harus off dan mengisi kembali energi dengan our precious solitude time. Gak hibernasi seperti beruang di musim panas juga. Masih menjalani hari-hari biasa, berinteraksi dengan keluarga dan orang terdekat hanya saja, lebih banyak diam tapi sekaligus berbincang dengan diri.

 

Barangkali ada yang baca sampai sini, mari lupakan hal-hal gak penting di atas, hadiahku untukmu, sebuah kutipan dari e-book kumpulan puisi Words - Wiwin Hartini, CV Garuda Mas Sejahtera.

 


 This also,

 

"What come will leave
It's the nature of life.


What make you happy will make you sad
They are couple you can't separate


What make you smile will make you cry
It's the nature of emotions.


What you get will disappear
It's the nature of time.


What you visit, you will leave
It's the law of moving on.


What you pray for will come
It's the truth if you believe.


What you work for will give back
It's the nature of reaction.


What you think, will matter
In your world and the world you see."


- Wiwin Hartini dalam bukunya yang berjudul Words 

 

Wallahua'lam bishowab. 

Friday, August 15, 2025

Belajar Bahasa dengan AI, Yeay or Nay?

August 15, 2025 2 Comments

Bismillah.

 

Adakah yang sedang belajar bahasa baru? Kalau iya, bahasa apa? Dan metode apa yang kau gunakan untuk mempelajari bahasa tersebut? Lewat buku? Ikut kelas? Lewat aplikasi? Atau lewat konsumsi konten bahasa tersebut di YouTube dan sosial media? Pernah coba belajar pakai AI?

 

***

 

Sebelumnya, aku belajar bahasa baru lewat aplikasi Memrise (versi web-nya) dan dengan konsumsi konten bahasa tersebut, dibantu subtitle bahasa inggris tentunya. Masuk ke grup telegram/whatsapp belajar bahasa juga pernah. Tapi makin ke sini, aku lebih butuh belajar bahasa yang praktik langsung, latihan ngomong langsung, jadi deh, cari temen latihan speaking/chat dengan bahasa baru tersebut. Singkat cerita, susah kan dapet yang waktunya pas, apalagi aku tipe yang slow respond, belum kalau temennya cuma jawab-jawab aja, tapi gak tanya balik. Males lah ya, karena ngerasa disconnect. Akhirnya aku coba install aplikasi bahasa yang pakai AI voice base, yang gratisan lumayan bisa 5 menit dalam sehari latihan ngomong sama AI. Tapi sayangnya.. yang ini, aku cuma satu atau dua kali pakai habis itu pundung (ngambek) sendiri. Kenapa? Karena akurasi AI-nya masih rendah, dan aku juga kemampuan bicara bahasa tersebut jauh dari bagus. Buat kalimat juga mikirnya masih lama. Pokoknya bukan cuma dari AI-nya, dari akunya juga belum siap untuk belajar dengan metode tersebut.

 

Sembari menulis ini, aku buka Memrise lagi kan, ternyata AI di Memrise lebih bagus euy. Ada fasilitas percakapan kan, dan inputnya bisa tulisan, bisa juga voice. Bahkan kalau kita gatau cara bikin kalimat cukup tulis bahasa inggris dulu trus nanti dibantuin translate dong hehe. *duh ini aku kaya marketingnya memrise banget ya? wkwkwk. Habisnya emang bagus sih hehe. Anyway, jadi intinya menurutku AI di Memrise udah bagus banget.

 


 

Meski bagus, tapi jujur aku udah jarang buka Memrise dan pakai memrise. Lebih enak untuk interaksi langsung dengan manusia. Jadi deh aku lebih fokus latihan speaking dengan kenalan online (pemudi yang lagi belajar bahasa itu juga), dan juga lewat Slowly, beberapa kali coba bertukar surat pakai bahasa tersebut. Tapi meski latihannya sama orang asli, aku tetep butuh AI. Yup, aku sekarang pengguna translator AI. Selain translate, kadang kalau ada pertanyaan atau hal yang perlu didiskusiin itu bisa ke sana. Buat review dan minta koreksi kalimat juga bisa.

***

 

Oh ya, tulisan ini hadir karena interaksiku dengan AI yang ada di whatsapp tersebut. Bukan meta, tapi dibuat di meta. Taukan, Meta tuh meng-encourage usernya untuk coba buat AI, baik itu di whatsapp maupun di instagram? Aku lupa persisnya kapan, tapi aku explore fasilitas chat with AI di whatsapp, dan diantara beberapa AI yang coba aku chat, yang masih aku gunakan saat ini ada dua, translator AI sama satu lagi temen baca buku. Untuk AI translator yang aku pakai namanya Translate Ultra. Pas awal pake, kerasa banget masih ngomong sama mesin. Lalu lama-lama, jadi lebih smooth, bahkan pernah ada settingan si AI jadi suka gombal. Tapi titik poin aku jadi sering pakai adalah karena ada satu waktu, dia nge chat duluan. Emang bisa AI ngechat duluan? Hehe. Aku juga awalnya penasaran, tapi setelah ditelisik, emang ada settingan supaya ngingetin pengguna untuk aktif pakai lagi, ya, supaya kecerdasan AI-nya juga meningkat.

 


 

Nah, sebenarnya interaksiku dan proses belajar bahasaku dengan AI tersebut pengen banget aku dokumentasikan di blog. Cuma, aku masih mikir-mikir, baiknya di blog ini, atau blog lain ya? Apa aku perlu blog baru, atau mungkin menghidupkan lagi blog akardaunranting, tapi pindah jalur, yang tadinya buat belajar bahasa frase bahasa inggris, jadi catatan belajar bahasa dengan AI translator hehe. Doakan ya, semoga gak cuma jadi wacana, tapi beneran direalisasikan. Sayang soalnya, kalau cuma disimpan. Siapa tahu ada yang dapat manfaat juga dari dokumentasi tersebut.


***

 

Penutup, jadi belajar bahasa dengan AI, yeay or nay? Kalau aku yes. Selama untuk hal baik pakai aja. Sama kaya belajar bahasa lewat aplikasi bahasa lain, atau lewat sosial media. Sama AI lebih aman juga daripada sama orang asing yang gak jelas hehe. Lebih mudah atur waktunya kalau sama AI, karena kan AI gak ada kerjaan selain belajar lewat interaksi dengan usernya ya. Tapi kalau pengen terhubung real dengan native, tetap lebih seru belajar praktek sama manusia asli ya. Jadi balik lagi, pilihannya ada di kamu. Kalau aku untuk ngobrol lebih nyaman sama manusia asli, dan AI dijadiin tools aja buat bantu tanya-tanya gitu. Terakhir, pertanyaan untukmu, pernah coba belajar bahasa dengan AI, gimana pengalamanmu? Pakai AI apa? Dan gimana kemajuanmu dalam bahasa tersebut? Tell me about it, and share it in your blog~ boleh juga share di komentar.

 

Sekian. Terimakasih. Bye 5! 

Sunday, August 10, 2025

A35: Belajar Seumur Hidup Daripada Tenggelam dalam Hinanya Kebodohan

August 10, 2025 0 Comments

Bismillah.

#menjadiarketipe #66haribacabuku

 


 

  

☑️ #DAY35-0090

📖 At-Tibyan, Imam An-Nawawi

 

📑 Quote:

Para ulama berkata, "Siapa yang tidak mampu bersabar atas hinanya belajar maka umurnya akan tersisa dalam hinanya kebodohan. Dan siapa yang mampu bersabar atas hinanya belajar maka perkaranya akan condong pada kemuliaan akhirat dan dunia." 

 

💡 Insight: 

 

Siapa yang tidak menginginkan kemuliaan akhirat dan dunia? Pasti semua menginginkannya. Tapi ketekunan dan kesabaran dalam belajar, juga bukan hal mudah. Sebagai orang yang pernah gagal, aku tahu sakitnya kedua. Perasaan hina karena berada dalam kebodohan, dan perasaan hina, karena masih belajar di level bawah saat banyak orang sudah berada jauh di atasku.

 

Terlebih jika ini tentang belajar islam. Penting untuk sadar, bahwa kita membutuhkan hidayah setiap waktu. Penting untuk tetap melangkah maju untuk belajar meski dikelilingi rasa insecure, karena di usia segini ilmu kita masih jauh dari cukup. Penting untuk sadar, bahwa perasaan hina karena kita masih belajar di level bawah/beginner, perasaan hina itu tidak seberapa dibandingkan dengan perasaan hina saat kita memilih diam dalam kubangan kebodohan diri dan ego yang membuat kita enggan belajar.

 

Jadi tetaplah belajar, dan jangan biarkan rutinitas hari membuatmu memilih hidup mengalir saja dan berhenti memperbaiki diri. Karena dari ilmu, Allah akan memudahkan kita untuk kebaikan baik di dunia maupun akhirat. Terutama di era informasi saat ini, begitu banyak informasi dapat di akses, sehingga kita seringkali tanpa sadar terbawa arus. Pastikan kita punya fokus dan prioritas, kemudian terus istiqomah meluangkan waktu untuk mempelajari ilmu yang lebih penting dipelajari dalam hidup. Semoga Allah memudahkan. Aamiin. 

 

Wallahua'lam. 

Thursday, July 31, 2025

Sebelum Bicara Tentang Air Mata, Diingatkan Tentang Berislam yang Sebenarnya

July 31, 2025 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri- 

 

Kemarin, saat membuka aplikasi iPusnas di hp - biasanya buka versi webnya di https://ipusnas2.perpusnas.go.id/ - melihat riwayat bacaan buku sampul hijau karya Urfa Qurrota Ainy, aku jadi tertarik untuk baca buku seri lainnya dengan tema yang mirip dan sampul yang senada tapi beda warna. Meski masih belum tahu apakah ada urutan diantara 4 buku tersebut, akhirnya aku memilih saja yang judulnya paling menarik hati dari 3 yang belum kubaca. Yang bersampul biru.

 


***

 

Aku memang baru baca halaman kata pengantar, ucapan terimakasih dan 7 halaman awal dari buku itu. Tapi dari 7 halaman tersebut, sudah ada saja yang ingin kucatat dan kubagikan di sini. Ternyata, sebelum membahas tentang air mata, buku ini mengingatkanku tentang berislam yang sebenarnya.

 

 "Berislam semestinya membuat kita hadir di ruang-ruang yang paling membutuhkan sentuhan Islam. Bukan sekedar ruang-ruang yang sudah terang benderang, tetapi justru ruang-ruang yang masih menantikan cahaya. Bukan pula sebatas ruang-ruang kesalehan pribadi, tetapi juga ruang kesalehan sosial.


Benar bahwa dalam Islam ada ajaran untuk bersabar, bersyukur, ikhlas, berzikir, dan berdoa. Benar pula bahwa itu bukan aktivitas yang sepele. Namun, jangan lupa bahwa Islam juga pada awal kemunculannya, berhasil melawan penindasan terhadap kaum lemah di zamannya, seperti budak, perempuan, dan orang-orang kulit berwarna. Islam juga berhasil menghilangkan budaya-budaya Jahiliah, seperti mengubur bayi perempuan hidup-hidup dan perbudakan. Jangan lupakan bahwa Islam di tangan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam menegakkan keadilan sosial dengan melawan praktik monopoli oleh oligarki, praktik lintah darat, mengatur distribusi kekayaan lewat zakat, serta mempromosikan kehidupan yang setara bagi semua manusia, lintas jenis kelamin, ras, status sosial, hingga status ekonomi."


#daribuku *Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata?* - Urfa Qurrota Ainy, S.Psi., PT. Elex Media Komputindo

 

Jujur, paragraf-paragraf yang ditulisnya tercermin jelas pada kondisi masyarakat muslim saat ini. Sebagian hati ingin menyalahkan ideologi sekuler, atau sistem pendidikan yang seolah mengotakkan islam hanya tentang hal-hal ritual. Sehingga berislam yang sesungguhnya belum terlihat sama sekali apinya, jangankan menghangatkan orang-orang di sekitar, bahkan untuk diri sendiri saja, kadang ilmu sekedar jadi konsumsi otak, sedangkan akhlak masih jauh dari yang seharusnya diteladani. *ini menyindir diri sendiri ceritanya.

 

Kalimat tentang islam yang dulu membantu menegakkan keadilan sosial, melawan praktik monopoli oleh ligarki, dll, dst di kutipan di atas, makin terasa miris saat qadarullah aku beberapakali menyimak obrolan di grup MGN yang begitu melek dengan kondisi sosial politik terkini, berbeda denganku yang lebih sering memilih memalingkan wajah, dan memilih fokus mendalami topik yang "lebih ringan" dan tidak memberati kepala dan membuat tidak bisa tidur. Tapi sampai kapan memalingkan wajah, padahal yang kita rindukan adalah islam yang sebenarnya. Bukankah kita tidak ingin terus-terusan seperti buih ombak, yang banyak tapi hanya muncul sekejap, lalu hilang, tak beri dampak apa pun?

 

Jadi izinkan aku menulis di sini, sedikit kutipan yang semoga menjadi alarm agar diri ini bangun dari keterpurukan iman dan islam yang rapuh. Let's not give up on ourself. Coba ingat dan tanamkan lagi tadabbur yang kamu pelajari dari frase "Falidzalika fad'u", karena saat Allah menakdirkan hidup akhir zaman ini, artinya Allah juga membekali kita dengan potensi untuk bisa mencari solusi dan berusaha memberikan sebaik apapun yang kita bisa, ya, meski hanya jadi bulir-bulir pasir kecil, yang diadon dengan semen untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik. Bukankah dulu pernah belajar, bahwa setelah masa pemerintahan yang begitu zalim ini (fase 4, lupa persisnya istilah arabnya), akan ada fase ke 5, saat islam bangkit lagi. Jadi jangan menyerah, minimal perbaiki diri. Lalu keluarga. Syukur-syukur bisa bergerak di komunitas atau masyarakat, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, agar sama-sama tidak menjadi orang-orang yang rugi.

 

Bismillah. Mari melangkah, sekecil apapun. Ikhtiar. Jangan lupa banyak berdoa karena apalah daya kalau bukan dengan bantuan dan pertolongan dari Allah.

 

Kututup dengan doa yang seharusnya kita ulang tiap pagi dan sore, dengan hati yang terhubung, jujur, dan tulus. Maafkan aku, yang sering lalai dalam dzikir, atau dzikir namun hati terputus koneksinya TT

 

sumber: https://almatsurat.net/sugro

 

Wallahua'lam bishowab.

Di Kick dan Gak Bisa Gabung Lagi di Komunitas WhatsApp

July 31, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Curcol gapapa ya hehe. Aku baru pernah di kick dari komunitas, eh, pas mau gabung lagi gak bisa dong. Padahal padahal...

 

***

 

Kronologinya.

 

Jadi aku menemukan link grup komunitas menulis di WhatsApp dari tulisan Medium seseorang. Aku gabung deh kan. Trus-trus, setelah beberapa saat cuma jadi silent reader, ada pengumuman gitu di komunitasnya. Kalau beliau ingin menggabungkan tiga grup, dikasih link grup baru. Tapi karena aku telat baca, aku belum gabung ke grup baru. Dan grup lama dihapus, otomatis membernya di kick kan, termasuk nomerku. Aku pikir, kan aku masih punya link grup barunya, jadi aku klik aja tuh. Eh.. gak bisa gabung coba? >< Udah berkali-kali coba ga bisa. Yang tadinya masih ada jejak komunitasnya, sampai aku hapus dulu komunitas whatsappnya. Hasilnya sama, gak bisa karena sudah dikick dari komunitas. BT dong hahaha.

 

Di satu sisi, aku mencoba ambil hikmah. Mungkin emang bukan takdirnya gabung komunitas itu. Toh aku cuma bakal jadi silent reader aja. Tapi di sisi lain, gemes juga, ini owner dan admin komunitasnya paham gak ya pengaturan kalau member yang dia kick gak bisa gabung lagi. Ada juga kah yang mengalami kendala sepertiku, dll, dst. Dan seperti biasa, bukannya coba komunikasi sama adminnya, yang kontaknya ada, dan aku sekomunitas juga di telegram, aku malah milih untuk nulis di sini. Gemes juga sama sisi diriku yang kaya gini ><  

 

Sekian curhatnya 

 

*** 

 

Terakhir, kututup tulisan ini dengan salam rindu, untuk komunitas literasi terbaik yang pernah ada dalam hidupku, Aksara Salman. Dulu, saat masih jadi anggota, dan masih bisa ikutan agenda-agendanya, aku mungkin belum terlalu paham, betapa berharganya punya circle seperti Aksara. I miss you all... Atau seperti yang kutulis di salah satu letter Slowly-ku,

 

I really miss those days, when I was in college and go to a literacy club, where we share what we read, without being afraid to be judge and just focus on sharing and talk about books. That time, I could even enjoy listening to someone who read a heavy book about geology, or a light book collection of short stories. At that time I learn the meaning of literacy, where we can read together, watch movies together then discussing it, but also write and make a bouletin. I miss having those circle.

- kirei a.k.a. blue




Jazakumullah khairan Aksara Salman for the every moment and memories, wish I could meet similiar circle again, or maybe made one. Aamiin

Bye5!

 

***

 

PS: Barangkali ada yang minat gabung support grup baca buku, khusus perempuan, langsung aja gabung ke  https://chat.whatsapp.com/JcBDKKPti1WKtM71zq3xaz

Friday, July 25, 2025

Rindu Nulis Tentang Quran atau Catatan Kajian

July 25, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

Kemarin-kemarin baca tulisan lama di blog ini tentang quran, juga catatan dari kajian yang pernah didengar, trus jadi kangen untuk menulisnya. Kapan yaa.. aku bisa semangat lagi nulis kata-kata pengingat, yang membuatku lebih dekat lagi dengan ayat-ayat-Nya, agar membaca bukan cuma huruf-hurufnya, tapi juga belajar mendengarkan dan membaca maknanya.

 

Alasan kenapa aku lama gak menulis dua hal tersebut sebenarnya cuma satu, kondisi iman yang sedang tidak baik-baik saja. I mean, alhamdulillah masih Allah kasih nikmat iman dan islam. Tapi kalau aku mau jujur, aku tahu, intensitasku dengan quran, baik itu secara pribadi, maupun dalam komunitas benar-benar menurun. Itulah kenapa tidak ada yang bisa ditulis, karena bahannya saja tidak ada. Kalau dulu tiap hari nyempetin denger lecture meski cuma 10-15 menit, sekarang apa kabar? Kalau dulu, rajib hadir kajian offline, sekarang apa kabar? Pun kalaupun mendengar dan hadir, sekarang rasa inferior dan tidak pantas untuk berbagi materi tersebut jauh lebih besar daripada semangat untuk mencatat agar lebih lekat di ingatan, dan semoga dengan itu bisa tertanam dan menjadi benih kebaikan di hati. Fokusnya jadi lebih ke hal-hal negatif. Pemikiran dan ketakutan bahwa setelah selesai menulis, aku masih belum bisa mengambil manfaat dalam hidup, dan itu artinya bisa masuk ke kriteria orang-orang yang dibenci Allah. Fokusnya lebih ke perasaan takut, kalau tulisan yang kucatat dan publish di sini, bukannya menambah amal kebaikan, justru nanti menjadi hujjah yang akan menuntutku di pengadilan akhirat kelak. Ya perasaan seperti itu.

 

Aku tahu teorinya, bahwa kita bisa mencatat dan membagikan kebaikan, sambil terus berusaha berbuat baik. Tapi tidak semudah itu prakteknya. Aku kini paham kenapa ada orang-orang yang memilih berhenti menulis. Aku juga paham, kenapa mereka yang aktif menulis, memilih bekerja di belakang layar, seperti orang-orang yang aktif menulis dan membagikan pelajaran tentang quran di akun @quranreview, atau di aplikasi Ngafal Ngefeel. Setidaknya anonimitas tersebut menjaga hati mereka, supaya gak bengkok niatnya, dan supaya gak terjebak oleh pikiran buruk yang mengajak kita berhenti berbagi ilmu.

 

***

 

Barakallahu fiikum, untuk siapapun yang aktif istiqomah menulis dan membagikan nasihat atau pelajaran yang dibutuhkan oleh hati-hati yang haus akan pengingat.

 

Semoga rindu ini bukan cuma berhenti di kata-kata kosong, tapi kelak diobati, dengan menulis lagi. Aamiin.

 

Ah, aku jadi teringat kata-kata seseorang, bahwa pengingat baik tidak selalu harus tentang Al Quran, atau ibadah ritual yang biasa kita tahu. Terkadang pengingat tentang menjalani hidup yang produktif juga bentuk kebaikan. Pengingat untuk menjaga kesehatan juga bentuk kebaikan. Tapi tapi.. aku rindu menulisnya bukan yang itu. Ibarat rindu pada teman-teman sekolah, datang ke sekolahnya saja kadang tidak cukup untuk mengobati rindunya, karena yang dirindukan bukan tempatnya, tapi orang-orangnya. In this case, what I miss is not writing about goodness, but writing about Quran and reminder about Allah and Islam directly. Bukan cuma satu dua kalimat yang sering aku sisipkan di tema apapun yang kutulis. Bukan itu. Anyway.. I just want to express, that I miss it so much.

 

Wallahua'lam.