Follow Me

Tuesday, October 7, 2014

Hari Tasyrik

Bismillah..



"Tumben ga puasa," ucap seorang mahasiswa Mesin kepada teman di sebelahnya

"Hari Tasyrik.." jawab mahasiswi jurusan yang sama berbalut khimar biru muda.

"Ga boleh puasa tiga hari setelah lebaran" teman yang lain menimpali.
-Kantin GKU Barat, Senin (6/10) sekitar pukul 9 pagi.

Izinkan penulis bercerita dua momen yang terjadi di hari Tasyrik Senin lalu.


***


Hari tasyrik adalah hari diharamkan berpuasa. Hari tasyrik merupakan hari saat tanggal 11-13 Dzulhijjah setiap tahun. Dan di hari tasyrik ini.. penulis menemui dua momen yang membuat tersenyum.

Momen pertama seperti yang ditulis di prolog tulisan ini. Saat itu saya makan pagi di kantin GKU Barat, karena meja-meja penuh, saya akhirnya gabung dengan meja berisi dua mahasiswi. Yang diberi komentar "Tumben ga puasa" mahasiswi ke tiga yang datang menghampiri duduk dan makan gorengan. Sebenarnya saya ga terlalu ingat warna khimar yang digunakannya, namun ingat bahwa ia menggunakan kerudung. Mahasiswi mesin saya ketahui saat mereka berbincang mengenai proposal pengajuan dana. Di cover proposal tadi saya melihat lambang prodi Mesin dengan huruf M yang khas.

Dari momen pertama, saya belajar.. bahwa berpuasa sunnah senin-kamis rutin, tidak hanya bisa dilakukan oleh mahasiswa yang aktif di lembaga dakwah kampus, tidak hanya dilakukan oleh mahasiswi dengan kerudung super lebar dan memakai kaus kaki. Siapa pun bisa merutinkan sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam ini. Termasuk para mahasiswi yang prodinya di timur jauh, atau prodi yang cukup melelahkan kuliahnya, dll.

Dari sini saya belajar, bahwa ada mahasiswa yang mencintai sunnah meski kebanyakan orang tidak mengira ia begitu.

Momen kedua kudapati saat lima menit sebelum kelas NLP (Natural Language Processing) di 7601, sebuah kelas di samping mushola labtek V. Sekitar sepuluh mahasiswa sudah hadir, kemudian hadirlah seorang mahasiswa membawa sebuah roti.

"Ada yang mau?" tawarnya pada teman-teman cowok yang sudah hadir
Kemudian seseorang yang lain mengulurkan tangan menerima tawaran dan memotong roti tersebut.
"Ga puasa?" tanya teman yang lain.
"Tasyrik bro.."  jawabnya singkat.
 Yang bertanya kemudian ber-O iya.

Dari momen kedua, saya diingatkan bahwa tidak boleh men-judge seseorang berdasarkan fisiknya. Teman seprodi tadi mungkin memang bukan aktivis dakwah, ia adalah aktivis himpunan seperti kebanyakan teman di jurusan saya. Kembali teringat pelajaran yang sama seperti di momen pertama, bahwa berpuasa sunnah senin-kamis rutin, tidak hanya bisa dilakukan oleh mahasiswa yang rajin datang kajian dan ta'lim. Tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa dengan (maaf) celana cungklang dan berjenggot. Siapa pun bisa merutinkan sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam ini. Termasuk para mahasiswa yang kerjaannya banyak di depan laptop mengerjakan tumpukan tugas dan refreshing dengan kegiatan himpunan.

Dari sini saya belajar, bahwa ada mahasiswa yang mencintai sunnah meski kebanyakan orang tidak mengira ia begitu.

Kesimpulannya..

Dua momen, dan hikmah yang saya dapat. Semoga Allah menjaga hati kita agar selalu berprasangka baik pada mereka yang secara fisik tidak terlihat mencintai sunnah, namun kesehariaannya bernafaskan sunnah. Semoga Allah memotivasi hati kita, agar tidak hanya menampilkan kecintaan terhadap sunnah di fisik, namun juga pada hal-hal tersembunyi. Semoga kecintaan kita pada Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wassallam terwujud dalam kesungguhan kita melaksanakan sunnahnya. Dan semoga kecintaan kita mengantarkan kita untuk membersamai Rasulullah di Jannah-Nya kelak. Aamiin Ya Mujibul du'a.



Dari Anas bin Malik ra.:
Bahwa seorang Arab badui bertanya kepada Rasulullah saw: Kapankah kiamat itu tiba? Rasulullah saw. bersabda: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab: Cinta Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai (HR. Muslim/1519) [1]

Allahua'lam bishowab.


No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya