Bismillah.
Lanjutan dari Halaman Terakhir.
***
Aku sudah memberitahunya. Memberitahu Zahra (bukan nama asli) tentang keputusanku, disertai permintaan maaf karena tidak bisa segera menyampaikan info tentang itu. Ia membalas panjang lebar membuatku tersenyum, kemudian berkaca-kaca, terharu, melting. Kejadian memberitahunya sudah lama, dan aku simpan rekam jejaknya di blog Magic of Rain. Sore ini, aku membaca blog Magic of Rain, lalu merasa tersentuh lagi, tersenyum lagi.
Izinkan aku menuliskan sedikit tentangnya. Meski aku banyak tidak tahu tentangnya, Zahra.
#untukmuukhti
Lanjutan dari Halaman Terakhir.
***
Aku sudah memberitahunya. Memberitahu Zahra (bukan nama asli) tentang keputusanku, disertai permintaan maaf karena tidak bisa segera menyampaikan info tentang itu. Ia membalas panjang lebar membuatku tersenyum, kemudian berkaca-kaca, terharu, melting. Kejadian memberitahunya sudah lama, dan aku simpan rekam jejaknya di blog Magic of Rain. Sore ini, aku membaca blog Magic of Rain, lalu merasa tersentuh lagi, tersenyum lagi.
Izinkan aku menuliskan sedikit tentangnya. Meski aku banyak tidak tahu tentangnya, Zahra.
***
Ia lahir dan besar di lingkungan islami, sehingga dibandingkan aku, ilmunya jauh lebih banyak dan lebih dalam. Kami bertemu karena satu fakultas, satu unit, satu kepanitiaan, satu lingkaran.
Sebenarnya kami tidak banyak saling membuka diri. Selain karena kesibukan yang sama, aku tidak pernah mendengar ia mengemukakan kegelisahannya, mendengar curhatnya, belum pernah seingatku. Begitu pula aku, aku juga sama. Ia punya image pendiam, namun jika dekat, ia banyak bicara, kata-katanya kritis, nada bicara khasnya, cara ia mengemukakan pendapat, aku mengenal ia sebagai seorang akhawat yang cerdas. Ia juga pekerja keras, aku beberapa kali melihat saat ia begadang karena mengerjakan tugas akhir di kamar tamu, di ruang internet.
Ia seorang penghafal quran. Aku tidak pernah tahu jumlah hafalannya, aku bahkan lupa darimana dan bagaimana aku tahu ia seorang penghafal quran. Mungkin saat ia menuntunku menghafal halaman terakhir surat itu. Atau mungkin saat kami sama-sama mengikuti mukhayyam di sebuah masjid yang terletak di kota baru Parahyangan. Atau mungkin tahu saja, dari orang lain, atau dari melihat interaksinya dengan quran.
Aku teringat momen terakhir aku bertemu dengannya. Aula Barat, tempat mahasiswa-mahasiswa elektro sidang dan mempresentasikan hasil tugas akhirnya. Aku berkeliling, bertemu beberapa teman lain. Lalu aku juga foto dengan Zahra. Membantu mengambil foto Zahra dengan teman-teman satu daerahnya. Semoga tidak banyak yang blur fotonya. J
***
Waktu berlalu, aku sibuk dengan urusanku, ia pun begitu. Aku hilang dari peredaran, ia mungkin sibuk mencari pekerjaan. Aku perlahan mulai berusaha mendaki jurang gelapku, saat itu... Allah menuliskan takdir indah yang menjalin kembali ukhuwah diantara kami. Ia bertanya di sebuah grup, aku memberanikan diri chat pribadi ke Zahra.
Dan percakapan kami pun mengalir. Halus, lembut. Seolah lewat kehadirannya, Allah ingin mengingatkanku bahwa aku tidak sendiri. Banyak yang peduli dan care padaku. Mereka mungkin tidak di sini raganya, jauh.. tapi ukhuwah tidak menjadi renggang karena jarak. Ukhuwah renggang, karena imanku yang compang-camping.
Zahra, ia salah seorang yang ada "di sampingku" saat aku perlahan berusaha mendaki jurang gelapku.
Maka saat sebuah keputusan sudah diambil. Dan aku masih diam dan tidak berani menyambung komunikasi dengannya. Jujur ada perasaan berat di hati, aku cuma bisa berulang kali melihat sosial medianya, tersenyum melihat wajah jelitanya.
Mungkin saat itu aku tidak siap. Mungkin memang bukan waktu yang tepat. Aku tidak tahu yang mana yang alasan, yang mana yang excuse. Tapi pada akhirnya, komunikasi itu terjalin.
Ada kalimat dari Zahra, yang ingin aku abadikan di sini. Kalimat yang meyakinkanku sekali lagi kalau persahabatan yang tulus itu ada, kalau ukhuwah yang didasarkan iman itu akan selalu manis. Bahwa luka lama itu, bisa sembuh bahkan tak berbekas. In syaa Allah.
"Mudah-mudahan Kita bisa tetap bisa tukar pikiran tanpa ada rasa segan, dan ga enakan... Aku tau kamu teman dan muslim yg baik. Mudah-mudahan begitu juga aku. Cukup saja itu. Kita saling berbagi, meringankan beban, tanpa men-judge atau melemahkan satu sama lain.." - Fatimah Az Zahra, her initial name in her blog***
Aku akan terus berusaha.. menjadi teman dan muslim yang baik. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, saudari yang baik. I learn a lot from you. I'm happy Allah's plan made you and I met. Allah's plan is incredible and always amazing. Allah's Knows All and I know nothing, and that's what's make me feel relieved.
Wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya