Tulisan ini.. akan jadi nukil buku tapi versi coretan. Nanti yang lebih tertata, dan ga acak-acakan lain waktu. Selama Ramadhan, ada dua buku yang aku baca, ya, dua buku yang belum beres-beres dibaca hehe. Madarijus Salikin sama 7 Habits. Madarijus Salikin udah ada beberapa nukil bukunya kan ya? Nah yang seven habit, ada beberapa yang ingin aku tulis di sini.
Aku baru baca sampai kebiasaan keempat. Kebiasaan pertama proaktif, di sini.. aku banyak banget belajar, bahwa selama ini aku banyak reaktif. Meski aku bilang pada diriku, aku ga menyalahkan orang lain, ga menyalahkan lingkungan. Tapi setelah baca penjelasan di buku ini, aku paham betapa aku pasif, dan efeknya, ya.. ga banyak berprogres. Seolah aku cuma menerima apa yang hadir di hidupku, tanpa aktif mecari peluang dan kesempatan, tanpa aktif mendayagunakan nikmat yang sudah ada.
Yang unik dari penjelasan proaktif, ada contoh kisah yang sudah aku kenal. Kisah nabi Yusuf. Trus sembari baca itu.. banyak hal aku pikirin. Tentang video How Du'a Works, yang jelasin juga tentang jalan hidup Nabi Yusuf 'alaihisalam. Juga video Essence of Parenting, bagaimana kita ga bisa bergantung pada lingkungan. Rasanya kaya ikut kuliah yang sama berkali-kali. Jadi, kemana aja selama ini? Cuma duduk dan isi presensi? Isi kuliahnya ga paham sama sekali? Gitu deh rasanya. Menengok lagi juga masa-masa waktu teh Risma baca buku ini, di selasar kortim, bulan Ramadhan tahun lalu kalau ga salah, aku waktu itu ga baca buku, kayanya sih buka laptop blogwalking atau nulis. Inget waktu teh Risma jelasin apa yang udah dibaca. Semuanya kaya nyambung. Saat itu aku terlalu banyak menunggu, menunggu kondisi ideal untuk bergerak. Aku bener-bener jauh dari proaktif.
Baca proaktif ngingetin aku.. kalau kita harus bergerak di lingkar pengaruh kita. Lakukan saja dulu apa yang bisa kita lakukan. Jangan banyak bicara, mengeluh, apalagi mencerca. Jangan menyalahkan kondisi, orang lain, bahkan juga diri sendiri. Lebih baik sibuk melakukan apa yang kita bisa lakukan. Sedikit demi sedikit.
Jadi bell.. menulis ini, kamu sudah tahu kan? Kamu harus melakukan apa? J
Kebiasaan kedua, start from the end. Mulai dari akhir. Tentukan tujuan akhir, visualisasikan. Jangan terjebak sibuk naik tangga, tapi ternyata salah tangga. Di sini dibahas bedanya kepemimpinan sama manajerial. Pemimpin yang bisa ngasih tahu, kita berada di jalur yang benar atau salah. Manajer, fokusnya ke efisiensi kerja. Bener ga ya? Hehe.. Sama seperti sebelumnya, aku banyak inget teh Risma. Aku inget di perpus lantai empat, saat aku menyatakan bahwa aku sebenarnya sudah memutuskan X. Saat itu teh risma menjawab, lewat kutipan dari buku ini. Gapapa, kalau memang itu yang sesuai dengan tujuan akhirmu. Jangan sampai menaiki tangga yang bersandar pada dinding yang salah.
Kebiasaan ketiga, dahulukan yang utama. Ini baru tentang manajerial. Tentang prioritas. Ini yang mendorongku untuk menulis. Jadi... dijelaskan di buku ini ada empat generasi, bagaimana manusia mengatur aktivitasnya. Dan tahu ga, aku kok masuk generasi pertama ya? hehe. Checklist, cuma daftar aktivitas, kl udah beres dicoret, ga ada letak prioritas. Jleb..
Trus juga, kan dijelasin nih tentang empat kuadran aktivitas dan waktu. Udah pada kenal kan? dibagi berdasarkan penting-tidak penting dan mendesak-tidak mendesak. Aku awal baca agak males, ah.. ini mah dar dulu juga udah tahu, ada pembagian ini. Tapi setelah dipaksa baca, ternyata. Selama ini aku cuma tahu pembagiannya, iya bagusnya kita sibuk di kuadran dua (penting dan tidak mendesak), tapi ya cuma tahu.
Nah di buku 7 Habits dijelasin cara make nya. Ada tabelnya juga. Dan itu turunan dari kebiasaan dua. Jadi sebenernya, di kebiasaan dua disuruh buat semacam misi gitu, tujuan yang mau dicapai. Dibagi ke peran, trus prinsip yang perlu dilakukan. Misal peran anak, tujuan/misinya jadi qurotta a'yun bagi orangtua, nah trus dijabarkan gimana supaya bisa jadi qurotta a'yun. Nah di kebiasaan ketiga, dibuat jadwal per pekan. Misal mijetin ibu tiap hari apa.. ngepel kamar ortu tiap hari apa, ngafal quran, dll, dst. Setiap sepekan di evaluasi. Gimana tingkat komitmen kita, tingkat integritas kita akan jadwal yang kita buat sendiri.
***
Kuadran dua. Gimana supaya kita bisa prioritas ke kuadran dua. Gimana supaya ga sibuk ngerjain kuadran 1 atau 3. Gimana supaya kita ga lari ke kuadran 4. Setelah baca tentang pembagian kuadran, termasuk teknik penjadwalan sejujurnya aku belum mulai praktik. Masih teori aja. Padahal di buku ini di awal ditegaskan, bukan belajar namanya, kalau cuma tahu tapi ga dilaksanakan.
Ramadhan udah tinggal hitung jari, tapi masih kacau manajemen waktu TT
Salah satu kalimat yang masih membuatku bertahan, "jangan menyerah pada diri". Kalimat itu harus sering-sering diulang.
Selama masih diberi nikmat hidup, selama itu juga kita belajar, memperbaiki diri, jatuh dan bangkit lagi, salah dan belajar lagi, dosa dan bertaubat lagi, jauh dan mendekat lagi. Gitu terus, berdoa semoga saat mati, dalam keadaan terbaik.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya