Follow Me

Friday, July 17, 2020

Yang Bisa Mengubah Sesuatu Menjadi Racun

Bismillah.


Prolog  *feel free to skip this part*

Tema dari 1m1c bulan ini adalah racun. Sembari mencerna kata "racun" ada beberapa ide yang melintas di kepalaku.

Pertama tentang bagaimana sikap kita saat kita tanpa sengaja digigit hewan beracun. Ide ini muncul karena teringat salah satu perumpamaan dalam buku 7 Habit-nya Stephen R. Covey. Jadi, kalau kita mengetahui ada hewan berbisa, entah itu ular atau kalajengking, yang menggigit kita. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menghentikan penyebaran racun tersebut. Bukan justru mengejar ular dan kalajengking yang menggigit kita.

Perumpamaan itu berhubungan dengan apa? Dengan mengakui kesalahan. Dan aku sudah pernah menuliskannya di blog ini.


***

Tahukah kamu bahwa ada yang bisa menjadikan banyak hal menjadi racun. Sesuatu yang tadinya sehat, bermanfaat, bisa menjadi racun karena ini. Apa itu? Berlebih-lebihan.


Ya, setiap sesuatu kita konsumsi lebih dari kadar batas normal, berlebih-lebihan, maka itu akan menjadi racun. Contoh, gula itu baik untuk tubuh kita, tapi jika berlebihan maka akan menjadi racun dan menghadirkan penyakit diabetes. Daging juga baik, tapi jika berlebihan? You name it.. mungkin pembaca lebih paham tentang ini. Bagaimana makanan atau minuman yang tadinya baik untuk tubuh, bisa menjadi racun saat kita mengkonsumsi secara berlebihan.


That's on food. Ayo bahas yang lain. Berlebih-lebihan lain yang juga bisa menjadi racun: social media. Ada yang bisa menyebutkan manfaat sosial media? Kita bisa menggunakan sosial media untuk banyak hal baik. Kita terhubung dengan teman dan kolega di sana, mendapatkan informasi dari sana, kita juga bisa mendapatkan konten-konten positif dari sana, atau juga membuat dan menyebar konten positif. Tapi jika kita menggunakannya berlebihan? Ada tuh istilahnya, FOMO, Fear of Missing Of. Kalau kita gak buka sosmed sejam saja, rasanya kaya ketinggalan berita terbaru, ga liat story-story temen kita yang mereka upload dll. We use it too much, that we forget, back then we lived just okay without it. Tanpa sosial media pun, hidup kita akan baik-baik saja. Ga percaya? Coba sesekali puasa ga buka sosmed satu hari.

Ada lagi nih.. yang jika berlebihan akan menjadi racun. Kalau racun pertama tadi ke tubuh, racun kedua efeknya kaya addicted, yang ketiga ini agak beda. Perasaan yang berlebihan. Maksudnya? Cinta yang berlebihan, benci berlebihan, rasa takut yang berlebihan, rasa khawatir yang berlebihan. Perasaan yang berlebihan dapat membuat kita overwhelmed. Pandangan kita jadi kabur, dan tidak bisa berpikir rasional lagi. Karena tertutupi kabut perasaan. 

Manusia memang wajar memiliki perasaan. Wajar khawatir, wajar takut, wajar sedih. Tapi jika berlebihan? Akan menjadi racun bagi psikis kita, jiwa kita, mental kita. Kita pikir itu cinta, tapi ternyata cinta itu sudah berubah menjadi racun. Semua hal dilakukan, tanpa berpikir baik buruk dampaknya. Dan saat hati patah, ada yang rela untuk mati, demi cinta, yang sebenarnya sudah bukan lagi cinta.

***

Ternyata banyak ya yang bisa diubah jadi racun, kalau sesuatu itu berlebihan. Ada yang mau kasih contoh lain?

Aku ada sih satu lagi, tentang tertawa terlalu banyak. Efeknya, ia menjadi racun buat hati kita. Hati kita jadi mati. Memang benar, dalam hidup kita sering mencari tawa. Kita suka menonton hal-hal lucu, kita mencari berbagai hal yang bisa membuat kita tertawa. Sampai kita lupa, bahwa untuk hidup, hati kita butuh air mata. Bukan air mata karena sedih kehilangan dunia. Tapi air mata mengakui kesalahan dan dosa di hadapan Yang Maha Mengampuni. Air mata takut termasuk orang-orang yang dilemparkan ke api neraka. Air mata yang keluar atas rasa syukur, setelah menyadari kecintaan Allah pada kita, nikmatNya yang terus mengalir meski kita sering mendustakannya.

Kita boleh tertawa, tentu saja, karena tertawa itu sehat dan baik. Tapi jangan berlebihan. Ini berlaku juga untuk hal lain. Makanan yang kita konsumsi. Aktivitas yang kita pilih. Perasaan yang menghiasi hati kita. Jaga agar tidak berlebihan. Sering-sering cek kondisi hati. Juga... jangan lupa minta padaNya, karena Dia adalah Sang Pencipta, yang salah satu trademarknya adalah keseimbangan.

Terakhir... dan kalaupun, ada diantara kita yang sudah menelan racun-racun itu. Entah karena berlebihan dalam makanan, sosial media, perasaan, atau apapun. Dan rasanya kita kehilangan kendali akan diri kita, dan tidak tahu harus mencari penawar racunnya kemana. Mungkin itu saat yang tepat untuk kembali kepadaNya, merendah dan bersimpuh, sembari berbisik pelan, "La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzolimin."

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

PS: Harusnya pekan tema itu pekan kemarin, tapi baru bisa nyelesaiin tulisan ini pekan ini. Sudah malam. Have a nice dream~





1 comment:

  1. Segala sesuatu yg berlebihan memang kurang baik bahkan tidak baik

    ReplyDelete

ditunggu komentarnya