Bismillah...
"Bismillah.. cuma mau mengingatkan.. kalimat --******************************************--
kayanya lebih baik disampaikan secara personal. diedit aja."
Dan aku pun lantas teringat sebuah syair tentang nasihat,
"Nasihati aku kala sunyi dan sendiri;
jangan di kala ramai dan banyak saksi.
Sebab nasihat di tengah khalayak terasa hinaan
yang membuat hatiku pedih dan koyak,
maka maafkan jika aku berontak" Asy-Syafi'i
***
Somehow.. jadi teringat kalimat ini :
"yah, mau saran aja sih
sy jadi gk nyaman juga nih diserang terus"
Alkisah, seseorang berkomentar di sebuah thread. Ia memberikan semua yg ada di sana beberapa nasihat. Tentu saja, nasihat itu ia sampaikan demi kebaikan semua. Namun ada satu hal yang terlewat, ia khilaf mengutip sebuah kalimat penyebab ia mengeluarkan nasihat tersebut. Secara tidak langsung, ia seolah menuding orang tersebut telah melakukan kesalahan.
Dan responnya? Tentu saja.. orang itu "berontak" (bukan dalam arti yang sebenarnya). Ia menyatakan kesedihannya karena dianggap berprasangka.
Dan aku pun lantas teringat sebuah syair tentang nasihat,
"Nasihati aku kala sunyi dan sendiri;
jangan di kala ramai dan banyak saksi.
Sebab nasihat di tengah khalayak terasa hinaan
yang membuat hatiku pedih dan koyak,
maka maafkan jika aku berontak" Asy-Syafi'i
***
Adakah yang heran lantas bertanya, "kok bisa ada seseorang yang mengucapkan kalimat di atas (yang paling atas di tulisan ini)".
Mungkin jawabannya... karena si penulis, eh si pengucap.. sudah pernah mengalami kejadian yang mirip. Berniat untuk menasihati demi kebaikan, namun justru melukai seseorang. Karena yang dijadikan contoh, adalah kesalahan orang lain (dan orang yg membaca atau mendengar, tahu itu kesalahan siapa).
Ah ya, perihal nasihat tentang hati.. menasihati dengan tema "prasangka", memang serba salah. Karena bisa jadi, yang berprasangka bukanlah yang hendak dinasihati. Tapi justru yang menasihati. *plak
Somehow.. jadi teringat kalimat ini :
"yah, mau saran aja sih
dari kemaren2 sy terus menerus di kasih tau buat husnuzhon
tapi kok kyknya justru bella nih yg banyak suusdzin nya
asli bel
Kalimat tadi, membuat diri sadar. Bahwa yang menulis ini.. masih perlu banget belajar tentang cara menasihati yang benar dan baik. Perlu belajar, untuk lebih sering "ngaca" sebelum menasihati. Muhasabah diri dulu deh, ketimbang nulis nasihat untuk orang lain. Adakah itu kita? Bisa jadi, Allah menjadikan kita "melihat" kesalahan orang lain, sebagai teguran bagi kita. Allah ingin menunjukkan pada kita, ini looh.. kesalahan yang sering kamu lakuin. Ayo perbaiki!
***
Tak bermaksud hendak mengecilkan hati para penasihat. Sungguh, semua ada porsinya. Saat melihat seseorang melakukan kesalahan... ada kala kita harus berkaca, bertanya pada diri "Adakah itu kita??". Ada pula saatnya, kita harus berbaik sangka, menyakinkan diri "Ia mungkin punya alasan yg tidak aku ketahui.". Dan ada pula waktu, kita perlu menasihati, karena ingin ia menjadi lebih baik. Karena kita tahu, nasihat itu bermanfaat.
"Tetaplah menasihati kami, tapi tolong jangan di khalayak ramai. Tetaplah menasihati kami, meski kami pasti terluka dulu, baru kemudian mengambil hikmah dari nasihatmu." --read: jangan bosan menasihati Bella.
Allahua'lam bishowab.
Yaa Allah... Hehe... Us harus sering ngaca nich
ReplyDeletehaduuh.. kenapa yg komen tulisan ini selalu gini ya?
ReplyDeletemaaf yaa.. bener-bener ga ada maksud untuk meyinggung. Ini sebenernya lebih untuk diri. hehe