#buku
Begitu label yang diberikan pada buku "Hujan Matahari" oleh kakakku, yang saat itu melihatku memegang buku bersampul coklat tersebut. Aku hanya tersenyum. Diam yang berarti setuju.
Sejujurnya, aku tidak pernah berminat membaca buku ini. Membaca di tumblr saja sudah merasa cukup. Tapi buku ini seperti menarikku untuk membacanya, padahal secara fisik, sudah jauh dari baik-baik saja. Sampulnya lepas, bentuknya sudah berubah, karena pernah menjadi korban air hujan yang masuk karena genteng yang bocor beberapa tahun yang lalu. Awalnya iseng, lama-lama ga bisa berhenti baca hehe.
Apa buku "Hujan Matahari" bikin galau? Aku jawab, bisa jadi hehe. Tergantung kondisi hati pembaca. Kalau yang sedang galau, baca buku ini, bisa makin galau. Kalau yang hampir galau, baca buku ini, bisa jadi beneran galau. Tapi bisa jadi bacanya biasa saja. Meski memang jadi ikutan ingin menulis atau cerita tentang hal-hal setema yang sering dibahas di buku ini.
Seperti saat aku membaca salah satu tulisan, tentang rasa yang hadir tanpa alasan. Membuatku ingin reaktif menulis, bagaimana pandanganku tentang love at the first sight, dan bagaimana buku ini sedikit mengingatkanku, bahwa aku tidak boleh terburu-buru menghakimi yang mengaku jatuh hati dalam waktu yang singkat. Ya, aku tidak boleh asal menuduh. Apalagi aku sendiri paham, bahwa hati memang begitu, mudah dibolak-balik. Belum lagi hadits tentang ruh yang saling mengenal.
Buku ini sebenarnya juga tidak selalu berisi akan hal-hal membuat galau. Banyak juga yang bicara tentang hal lain, cuma kalau kita fokus pada yang yang galau-galau, yang ini jadi tidak terlihat. Seperti nukil buku yang pernah kutulis di sini, tentang "ikut campur". Atau tulisan tentang menerima dan menjalani takdir sebagai seorang adam atau hawa, yang diciptakan berbeda, dan memiliki tugas yang sesuai dengan keunikannya.
Yang membuat buku ini nyaman dan 'mudah' dibaca adalah kemampuan penulisnya menceritakan hikmah dalam sepenggal kisah atau prosa. Story tellingnya begitu kuat, sehingga kita bisa membayangkan setting (tempat, situasi, waktu) dari cerita. Aku juga selalu suka, membaca kominikasi antara anak dan orangtua yang sering dituliskan di buku ini. Di zaman sekarang saat anak lebih akrab berbicara dengan layar, manis rasanya membaca kisah, bahwa ada anak-anak yang akrab dan bisa berkomunikasi dengan ibu atau ayahnya.
Apalagi ya..?
Membaca buku ini, membuatku ingin membaca buku selanjutnya dari Kang Gun, sapaan akrab Kurniawan Gunadi. Juga membuatku jadi ingin segera menerbitkan buku berisi kumpulan tulisanku.
Sekian. Allahua'lam. Bye5!
Sekian. Allahua'lam. Bye5!
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya