12 September 2018 yang lalu, sebuah tulisan aku publish, judulnya "Mengapa Butuh Forum Diskusi Buku?" isinya tentang alasan mengapa aku butuh forum diskusi buku. Juga kerinduanku akan proker Majelis Buku, Aksara Salman ITB.
Beberapa bulan kemudian, Januari, 2019 aku seolah mendapatkan jawabannya, bahwa forum diskusi buku itu ada.. cuma aku aja yang belum banyak mencari tahu.
***
Komunitas Buka Buku
Beberapa bulan kemudian, Januari, 2019 aku seolah mendapatkan jawabannya, bahwa forum diskusi buku itu ada.. cuma aku aja yang belum banyak mencari tahu.
***
Komunitas Buka Buku
Komunitas Offline, ada grup WhatsApp-nya juga, *katanya hehe. Ini di Purwokerto. Membernya mayoritas mahasiswa, tapi bukan mahasiswa juga boleh ikutan. Silahkan cek fanpage Komunitas Buka Buku.
BBBBookClub (@bbbbookclub)
Ini klub gerakan ibu ibu baca buku. Aktifnya di instagram, isinya warna warni tentang membaca buku, serta reposr tantangan baca, review buku, dari instagram post dengan hashtag #buibubacabuku.
Dari sini aku jadi bisa baca sekilas buku-buku yang keberadaannya tidak kuketahui. Terkadang ada quotes dan insight buku yang bisa kita dapatkan kalau follow instagram BBBBookClub.
IMLA (Indonesia Muslim Literacy Action) @imla_literaksi
Komunitas offline literasi, fokus untuk meningkatkan minat literasi, acara offline banyak dilaksanakan di UIN Sunan Ampela. Diskusi online biasanya melalui video call. Saya sudah pernah menulis tentang IMLA di sini. Malam ini (Senin, 21/1) ada diskusi tentang buletin kedua dari IMLA, yang judulnya "Sejarah Islam, Sejarah Dunia". Yang ingin gabung bisa kontak wa, ketik: IMLA (spasi) nama (spasi) no. hp kirim ke 0821-3918-0143 (WA)
Bacabacaaa.id (@bacabacaaa.id)
Konsep komunitasnya agak beda. Karena yang ingin bergabung diminta meminjamkan buku minimal dua. Jadi semacam perpustakaan yang letaknya beda-beda, tapi databasenya jadi satu. Yang menarik, komunitas ini rutin ngadain Bincang Buku, forum dengan konsep mirip Majelis Buku yang saya rindukan dari Aksara Salman ITB. Saya baru ikutan sekali, yang diadakan hari Sabtu malam, membahas buku Buya Hamka, "Dari Lembah Cita-cita". Ini ada link notulensi-nya, barangkali ada yang mau baca-baca.
***
Selain yang disebutkan di sini, pasti ada komunitas lain yang menyediakan tempat untuk memupuk budaya literasi, tempat berdiskusi buku-buku bacaan, saling sharing insight buku yang dibaca, meskipun perbedaan selera genre bacaan. Kalau kita tidak bergerak mencari, atau coba ikutan dulu salah satunya, kita akan sulit untuk menemukannya.
Saya tahu komunitas IMLA dan Bacabacaa.id karena bergabung di Generasi Al Fihri yang konsepnya mirip ODOJ tapi bukan baca quran, melainkan baca buku setiap hari, dengan batas minimal yang sangat mudah dicapai (hanya 3 lembar). Dari sana, ada grup sharing, dimana setiap anggota bisa share undangan diskusi buku, atau membagikan tulisan yang bisa membakar semangat membaca.
Komunitas Buka Buku, kenal karena pernah dibimbing Pak Nassirun Purwokartun di komunitas menulis Kompilasi.
Kenal instagram BBBBookClub dari facebook pemilik blog salamfirst (Ummu Kiram - DW) yang memang senang membaca dan sharing tentang buku.
Komunitas Buka Buku, kenal karena pernah dibimbing Pak Nassirun Purwokartun di komunitas menulis Kompilasi.
Kenal instagram BBBBookClub dari facebook pemilik blog salamfirst (Ummu Kiram - DW) yang memang senang membaca dan sharing tentang buku.
***
Balik ke judul ya, Allah Membaca Tulisanku, ada hal menarik yang aku dapatkan dari menulis. Seolah menulis adalah bentuk lain doa. Sekedar memendam pertanyaan dan keinginan di otak seringkali akan membuatnya terhenti sebagai lintasan pikiran belaka. Namun saat kita membahasakannya, menjadi tulisan, seolah-olah itu menjadi pintu untuk menemukan jawaban pertanyaan, dan undnagan akan jalan menuju keinginan tersebut. Allah membaca tulisan kita. Saat kita menulis, niat sudah naik tingkat jadi tekad, kemudian Allah menyajikan skenarionya, agar kita bisa meniti jalan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang kita tulis, atau jalan.. dari keinginan yang kita tulis.
Allah membaca tulisanku, maka seharusnya aku lebih memilih menulis, ketimbang memendam semua di pikiran saja. Allah membaca tulisanku, maka aku harus hati-hati, menata niat, dan menulis dengan kata-kata baik, berdoa semoga tulisan tidak berhenti di sana saja. Semoga tidak mengajak pada keburukan atau memberi dampak negatif pada diri atau orang lain.
Allah membaca tulisan kita... jika menyuarakan doa dalam suara masih tidak bisa. Sesekali cobalah menuliskan doa kita. Lakukan keduanya berulang. Allah akan menjawabnya, pada waktu yang tepat, dengan jawaban yang kau harapkan atau bahkan yang lebih baik, di dunia, atau di akhirat kelak. In syaa Allah.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya