Follow Me

Saturday, January 26, 2019

Menulis di Kepala

Bismillah.

from unsplash

Pernahkah kamu menulis di kepala? Bukan di kertas, atau di aplikasi menulis, tapi di kepala. Jangan diartikan denotatif ya, tentu maksud menulis di kepala, bukan menggoreskan tinta di kepala.

Beberapa hari ini ide menulis hadir, tapi aku tidak menyegerakan menuliskannya di kertas. Aku memilih menulisnya di kepalaku, memikirkan pembuka tulisannya, alurnya, kemudian penutupnya. Aku bahkan sudah mulai membuat kalimat-kalimatnya. Seperti bicara dalam kepala sendiri, proses menulis di kepala, mirip seperti itu.

Proses menulis di kepala sebenarnya bisa baik, jika setelah itu, kita segera meraih pena, atau keyboard dan menuliskannya. Tapi seringkali, yang aku lakukan, aku memberikan jeda waktu yang cukup lama sejak aku menulis di kepala, sampai akhirnya kutulis di kertas. Hasilnya? Saat mulai menggerakkan jemari, semua yang sudah kutulis di kepala seolah hilang jejaknya. Aku hanya teringat ide pokoknya, aku lupa bagaimana pembukanya, alurnya, apalagi penutupnya. Kalimat yang tadinya sudah utuh kutulis di kepala, seolah menghilang ditelan waktu.

Peristiwa berulang tersebut membuatku sadar, bahwa tidak baik menulis di kepala. Boleh, memikirkan sebelum menulis, tapi baiknya setelah itu segera ditulis. Bahkan mungkin daripada menulis di kepala, lebih baik menulis di kertas, tidak apa nanti ada coretan, tidak apa, nanti bisa diedit. Karena lebih mudah mengedit tulisan yang sudah ada, ketimbang mencari-cari tulisan di kepala yang sudah terlupakan.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini diikutkan dalam kegiatan #Sabtulis (Sabtu Menulis). Kegiatan menulis kolektif tentang gagasan, catatan, cerita dan atau ekspresi secara rutin di hari Sabtu. Mengenal diri, mengapresiasi diri, menjadi percaya diri.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya