Bismillah.
Penantian lama, harap-harap cemas karena ga bisa kontak seorang teman, akhirnya terbayar lunas dengan sebuah pesan singkat darinya. Her name is Usriyah Faqih (Uus), or Amanda Faqih or Mia Adam. Aku bahkan belum berkenalan dengan dua nama pena itu, saat ia chat dan meminta alamat lengkapku. Novel keduanya sudah terbit, dan ia ingin mengirimkan buku tersebut sebagai hadiah untukku.^^
Aku kira, hanya ada satu buku. Tapi ternyata ia mengirimkan tiga buku, dan sebuah surat. Di suratnya, ia bercerita tentang kehilangan kontak semua orang saat hape, dompet beserta isinya hilang. Ia bercerita tentang pekerjaannya, dan bagaimana ia selalu menjaga agar terhindari dari covid-19. Ia juga bercerita rencananya hendak ke Bandung akhir tahun ini untuk mengurus sesuatu.
***
Aku mengenal Uus sejak matrikulasi, sebulan sebelum mulai resmi jadi maba. Tahun itu, tahun pertama ada sistem SNMPTN Undangan, atau sekarang biasa disebut SNMPTN saja, karena yang melalui tes disebut SBMPTN. Duluu... saat hampir semua universitas punya sistem PMDK, (*jadi ketahuan tua ya hehe, banyak istilah jaman baheula), kampus kami tidak memiliki jalur itu. Mungkin karena itu, jadi semua yang diterima lewat SNMPTN melalui proses matrikulasi selama sebulan.
Aku dan Uus tinggal seatap 3 tahun, 1 tahun di asrama kanayakan (gedung lama), dan 2 tahun di asrama salman. Anak-anak kanayakan biasanya saling mengenal karena sering satu angkot. Dulu waktu matrikulasi angkotnya mengantri di depan asrama, dua sampai tiga. Biasanya kalau telat, bisa ga kebagian tempat duduk, harus nunggu angkot berikutnya, atau worst case, harus jalan jauh dulu ke jalan dago.
Tahun pertama jadi mahasiswa berlalu, banyak yang sudah packing, cari kosan baru. Ada beberapa yang masih tinggal di asrama kanayakan, menunggu pengumuman, karena mencoba mendaftar di kanayakan. Dari beberapa yang menunggu, empat dari kami masuk asrama salman (Uus, Tatik, Susi dan aku)
Tinggal dua tahun lagi di bawah satu atap membuatku banyak mengenal Uus. Kesukaannya memasak, termasuk baking juga. Idenya merayakan 17 agustus di asrama, dengan menginjak balon, dan itu bikin heboh penghuni lantai bawah, dikira ledakan apa hahaha. Aku ingat angkat-angkat galon, piket ngepel selasar bersama, jaga tempat mukena, nyuci gelas saat Ramadhan, pembinaan bareng, dll. Banyak pokoknya.
Aku ingat, saat Uus sedang PKL, lalu berita duka itu datang. Hari itu Jumat, naik bis pagi hari, menuju cirebon. Aku juga ingat jumat saat kami duduk di taman ganesha, menikmati es krim cincau dan mengobrol panjang. Aku ingat mengunjungi gedung geodesi, bertemu wajah-wajah baru, tapi tetap merasa aman karena ada Uus di sana. Aku ingat, terakhir kami berjumpa fisik. November 2018, di masjid istiqlal.
***
Buku itu hadir, novel keduanya. tertulis di covernya a memoir of Mia Adam. Aku yang memang suka menulis, jadi wajar aku paham makna dari memoar. Artinya meski itu novel, tapi diangkat dari kisah nyata. Aku menghabiskannya dalam dua hari. Dan itu hal istimewa buatku. Karena minat bacaku lagi turun dibanding masa lalu. Trus, aku sudah lama ga baca buku fiksi. Buku teman imaji yang pernah kunukil di sini, itu... aku belum beres bacanya hehe.
Tapi novel "Melipat Undangan Pernikahan" istimewa, karena aku pernah mendengar tiga kata itu sebelum kini menjadi dalam kemasan fiksi. Membaca memoar, membuatku menerka-nerka, siapa orang-orang di sekitar Mia Adam, yang namanya sudah dibuat fiksi. Aku penasaran siapa Kinan, siapa Astrid, dan tentu saja aku penasaran siapa Adam. Meski aku bisa saja bertanya, tapi lebih baik tetap penasaran hehe. Ada alasan mengapa cerita dikemas dalam fiksi. Ada privasi orang-orang yang harus dilindungi.
***
Selain novel, ada dua buku antologi juga. Tapi yang dua ini belum aku baca. Ada buku lain yang ingin kuselesaikan baca sebelum 2020 berakhir soalnya.
Anyway, I'm grateful for her. Ga nyangka, setelah lama khawatir dan cuma bisa doain aja, karena lost contact.. Allah hadiahkan pengobat rindu yang begitu manis. Masih belum bisa ketemu dan mengobrol panjang secara langsung memang. Tiga buku dan satu surat ini, lebih dari cukup. Alhamdulillah ~
Semoga silaturahim ini tetap terjalin. Semoga ukhuwah ini, tidak hanya di dunia, semoga kelak juga berjumpa lagi di Jannah-Nya. Aamiin.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya