Bismillah.
Pemantik:
1. Meski hidayah ada di tangan Allah, namun dakwah tidak boleh berhenti. Seperti halnya bagaimana Allah terus memberikan ayat-ayatnya (bumi, malam, siang, matahari, bulan, kapal yang berlayar). Berdasarkan hikmah ini, apa saja yang harus diperhatikan dalam dakwah? Adakah pengalaman dakwah yang sangat lama? Apakah ada tips atau usaha yang dilakukan?
2. Ada yang 'menantang' neraka, apa pendapatmu? Adakah kalimat serupa itu? Mengapa seseorang sampai titik tersebut? Saran supaya terhindar?
3. Ayat 47, merupakan kalimat kekufuran dan kesalahan logika. Contoh kesalahan logika lain? Tips untuk mengatasi kesalahan logika.
Tidak
Ada Dakwah Instan
Tidak ada dakwah instan. Meski ada sedikit yang hatinya hanif dan saat kebenaran itu ia terima, ia langsung beriman. Tapi default utamanya, tidak ada dakwah yang instan. Kita akan menemukan kesulitan dan hambatan dalam proses dakwah. Bukan cuma satu dua kali ditolak, ada kalanya kita justru dicap sok suci.
Maka dalam proses dakwah yang tidak instan itu, kita
perlu terlebih dahulu untuk mendekat dan menjadi teman. Jangan tiba-tiba datang
dan menembakkan ayat serta hadits. Seakan-akan semua yang orang tersebut
lakukan salah. Padahal tujuan kita berdakwah, adalah untuk berbagi manisnya
iman, karena kita menginginkan sama-sama masuk ke Jannah-Nya yang lebih luas
dari bumi dan langit.
Jadilah teman, cobalah pahami posisinya, belajarlah
mengerti sebelum menjustifikasi. Karena bisa jadi seseorang yang tidak shalat
lima waktu, solusinya bukan dengan memberi dalil. Tapi dengan cara mengobrol
lagi tentang tauhid, tentang mengapa kita ada di dunia ini. Tentang shalat yang
bisa jadi bentuk rasa syukur kita. Tentang shalat yang bisa menjadi tempat
istirahat kita dari sesaknya urusan dunia yang menghimpit dada. Tentang
bagaimana ketenangan itu berasal dari Allah.
Dalam dakwah yang tidak instan, ada seni, seni
mengenal diri dan seni mengenal orang lain, seni berkomunikasi. Satu hal yang
perlu diingat, bahwa hidayah itu ada di tangan Allah, tetapi usaha kita, dakwah
yang kita lakukan adalah bentuk kecintaan kita pada Allah dan Rasul-Nya. Bentuk
kecintaan kita pada orang-orang yang di sekitar kita. Maka dalam tiap
lika-likunya, Allah akan berikan balasan yang lebih baik.
Mereka
yang Menantang Adzab
Membaca pemantik kedua, mengingatkanku akan sebuah
video singkat tentang bagaimana seseorang yang munafik dapat bertaubat kembali
beriman [1]. Ustadz Nouman dalam video tersebut menjelaskan, bahwa ada
orang-orang yang tenggelam dalam dosa dan maksiat. Fitrah keimanan yang tanam
dalam hatinya membuat ia merasa bersalah. Tapi karena enggan diganggu oleh
perasaan bersalah, ia mulai bertanya-tanya tentang neraka. Kenapa sih Allah
menciptakan neraka? Hawa nafsunya, membuat ia menantang adzab dan neraka,
karena ia ingin membunuh rasa bersalah yang membuat ia sulit tidur dan
dikelilingi rasa cemas.
(مَّا يَفْعَلُ ٱللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ
وَءَامَنتُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًۭا)
“Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu
bersyukur dan beriman. Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. [Surat
An-Nisa (4) ayat 147]
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak
pernah ingin menghukum kita. Ayat-ayat neraka yang kita baca dalam Quran adalah
bentuk cintaNya. Allah tidak ingin kita masuk neraka, maka Allah beritakan
peringatan, agar kita tidak terjatuh ke dalam api neraka. Ayat tersebut
menjelaskan, bahwa kita hanya perlu sedikit saja bersyukur dan sedikit saja beriman.
Setelah itu Allah akan berikan kita balasan yang lebih banyak, dan lebih baik
dari keimanan dan rasa syukur kita yang sedikit tersebut
Kalau kita tahu tentang ayat tersebut, kita akan
terharu akan kasih sayang Allah. Kita akan melihat bagaimana kepada Firaun,
Allah memerintahkan Nabi Musa untuk berdakwah dengan kata-kata yang lembut.
Menantang adzab Allah, memperolok agama, bukanlah
sesuatu yang kecil. Hal tersebut adalah tumpukan dari dosa dan maksiat yang
mengeraskan hati. Seringkali penyebabnya adalah kesalahan memilih teman dan
lingkungan. Maka dari itu, kita harus tahu siapa yang kita jadikan sahabat.
Kita juga harus memberanikan diri berhijrah, untuk keselamatan iman kita.
Seperti hal-nya kisah pembunuh 100 orang, yang taubat dibuktikan dengan hijrah.
Tentang
Kesalahan Logika
Kesalahan logika hadir karena kurangnya ilmu. Untuk menghindari kesalahan logika, kita harus belajar dan banyak membaca quran serta mentadabburinya. Beberapa kesalahan logika lain, yang kebenarannya menjadi jelas jika kita belajar tentang quran. Banyak yang mengira bahwa Allah menyebabkan pesawat jatuh, atau kapal tenggelam. Sekilas, terdengar benar. Tapi ustadz Nouman dalam penjelasan QS Yasin ayat 44 menyebutkan bahwa logika tersebut salah. Kebalik. Justru defaultnya kapal itu tenggelam, pesawat itu jatuh, tapi karena kasih sayang Allah, kapal dapat berlayar, pesawat dapat terbang. Allah menundukkan lautan dan angin, sehingga kita bisa aman berkendara.
Allahua’lam bishowab.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya