Follow Me

Friday, February 23, 2018

There's No Comfort Food

Bismillah.

Saya baru tahu, bahwa ga ada istilahnya comfort food setelah selesai membaca buku Little Good Things Every Day.
"Resigning to a situation using comfort food is not going to help..." -Medeline Djajasaputra

Terlepas coklat memang bisa mempengaruhi mood dari segi ilmiah. Tapi kita ga boleh selalu lari ke makanan kalau perasaan sedang tidak nyaman. Karena bisa jadi bentuk pelarian, yang adiktif.
***

Belakangan ini saya banyak membaca artikel psikologi mengenai depresi, baik dari tumblr, medium atau blog lain. Salah satu bentuk pelarian selain comfort food, adalah tidur.

Ada orang yang memilih dan memaksa dirinya tidur agar tidak harus berhadapan dengan realita hidupnya. Mungkin ada hal buruk yang terjadi di hidupnya, dan ia kehilangan arah bagaimana menghadapinya. Mungkin ada ancaman diluar sana yang ingin ia hindari. Aku juga tidak tahu, tapi ada yang memilih banyak tidur, dan tidak memiliki semangat sama sekali untuk bangkit dari tempat tidur.

Aku membaca blog seorang senior, yang menuliskan perjuangannya dengan bipolaris yang ia rasakan. Baru sadar, bahwa bipolaris tidak seperti dua kepribadian yang digambarkan di film/drama. Ada saat ia 'tinggi', semangatnya naik, begitu semangat dan sering belanja tanpa memikirkan batas. Ada saat ia 'rendah', ia hanya berbaring seharian tidak mau melakukan apapun.

***

Anything can become an addiction. Bahkan olahraga, bisa jadi adiksi. Termasuk sosial media, perhatian, like dan segala interaksi di dalamnya bisa menjadi adiksi.

Dunia rasanya begitu menyeramkan bukan?

***

Saya juga beberapa kali membaca tulisan orang lain mengenai fenomena bunuh diri. Hal tabu, yang saya sendiri takut menulisnya dan takut sok tahu.

Di salah satu tulisan tersebut, seseorang menuliskan, yang intinya. Mudah bagi orang lain, yang tidak pernah punya pikiran untuk bunuh diri, menjudge bahwa mereka yang bunuh diri itu ga percaya agama. Saya terhenyak, jujur. Karena saya mungkin termasuk salah satunya.

Sebagian hatiku, saat membaca itu tidak setuju. Karena aku percaya, saat seseorang mengenal Allah, dengan segala sifat dan asma-Nya, seharusnya ia bisa bertahan meski dengan derai penderitaan psikis, yang saya tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya.

Kemudian sebagian hatiku mengungkapkan, lintasan pikiran itu mungkin bahkan ada meski seseorang mempercayai tuhan. Teringat lagi kisah Maryam salamun 'alaiha, doanya, beliau bahkan menyuarakan lintasan pikirannya, dan Allah bahkan mengabadikan doanya. Artinya... saya tidak berhak menjudge apapun terhadap orang lain yang sering kepikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Karena kita manusia, bisa berada di titik sangat lemah. Kalau seseorang yang memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya, sadar, bahwa orang lain, semua orang hanya akan menunjuk jari dan memakinya karena punya pikiran seperti itu, dituduh tidak beriman, dituduh lemah iman. Mungkin setan justru semakin senang dan membuatnya yakin untuk segera melaksanakan lintasan pikiran negatif tersebut.

Bukan itu. Sikap yang harus kita ambil bukan itu, kita mungkin tidak bisa memaklumi, tidak bisa mengerti. Tapi setidaknya, kita harus menunjukkan pada orang yang punya pikiran untuk mengakhiri hidup, bahwa Allah paham, Allah mengerti, Allah tahu setiap kelu, rasa sakit, dan semua hal yang tak terungkap dan tak tersurat tersebut.

That's the thing I want to underline inside the story of Maryam. Yang sampai saat ini belum bisa aku selesaikan bagian keduanya.

Kita, aku dan kamu bukan Maryam. Tapi saat Allah mengabadikan doa tersebut, ada hal yang perlu kita sadari lagi. Meski seluruh dunia tidak mengerti derita psikis kita, pertarungan otak dan bathin kita, Allah knows. Bukan cuma tahu, Allah bisa menghapus setiap luka, tidak mudah, harus ada usaha, doa dan tawakal yang beriring dilakukan. Tapi Allah bisa membuat rasa sakit itu hilang. Jikapun tidak di dunia yang menyeramkan ini. Nanti, di jannahNya. In syaa Allah.

***

Maaf jadi panjang bahasannya. Maaf kalau ada yang salah, mohon koreksinya.

Semoga Allah menjaga kita, melindungi kita, memeluk kita, menyembuhkan setiap luka yang tak terlihat di diri kita. Aamiin.

Semangat berjuang~

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya