Follow Me

Friday, February 9, 2018

Berani untuk Membantu

Bismillah.
#random #hikmah

Lama tidak mengobrol dengan adik. Meski sekarang setiap hari ketemu. Kemarin ini, berawal dari broadcast tentang bahaya penculikan anak. Lanjut adikku cerita, modus penculikan orang dewasa yang mirip dengan broadcast yang aku bacakan.

Adikku bertanya, kenapa ga ada yang mau nolongin ya? Padahal sudah teriak minta tolong.

Aku menjawab, ga mudah untuk ikut campur urusan orang lain. Apalagi kalau lawannya banyak. Aku kasih contoh, misal kita ngeliat satu anak dikeroyok beberapa orang sekaligus, apa kita berani untuk bantu?

Adikku kemudian bercerita tentang salah satu mahasiswa Unsoed, yang parttime ojek, habis nganter orang ke stasiun, balik ke kosan, dia melihat satu orang dikeroyok lima orang, dia berani bantu, jarinya sampai patah karena menangkis kayu yang dipakai penyerang. Polisi saat itu datang. Penyerang ditangkap. Tiga orang buron curanmor, dua yang lain mahasiswa universitas/sekolah tinggi swasta.

Kronologisnya. Malam hari, sebelum shubuh, mungkin jam 2-3. A mengendarai motor melihat B naik motor tapi ga bener, karena sedang mabuk. A menegur dan mengingatkan agar naik motornya yang benar (mungkin niatnya baik, agar tidak terjadi kecelakaan). A tersinggung, dikuasai oleh setan mungkin karena kondisi mabuk. Menelpon teman-temannya, kemudian mencegat B di daerah Pabuaran. B dikeroyok habis-habisan, luka organ dalam, kalau tidak ada C yang memberanikan diri turun tangan dan membantu mungkin B sudah meninggal karena dikeroyok lima orang. 
Aku bertanya, karena ada polisi juga, jadi C dan B tidak sampai meninggal. Aku bertanya, polisi kok bisa datang?

Adikku menjawab, tidak tahu. Mungkin ada intel.

Aku menyeletuk, mungkin hasil laporan dari orang lain yang melihat namun tidak berani langsung turun tangan. Mungkin bahkan yang melapor polisi melihat B dikeroyok sebelum C datang. Adikku mengangguk, kemungkinan, yang mungkin benar, mungkin salah.

Adikku bertanya, gimana ya.. kenapa si C berani untuk membantu? Padahal C mahasiswa biasa, bukan yang bisa beladiri atau gimana.

Aku memberikan beberapa kemungkinan yang melintas di otak:
- mungkin C pernah ngalamin dikeroyok dan ga ada yang mau bantu, jadi dia tahu banget posisi B, akhirnya turun tangan
- mungkin orang tua B berdoa sama Allah untuk melindungi B, dan Allah menggerakkan hati C sebagai perantaranya
- kemungkinan lain, yang kita gatau.

It's hard to be brave like that. 


Adikku, setuju, kita tidak pernah tahu, bagaimana hati C diberikan Allah keberanian, apa yang membuatnya berani turun tangan langsung, campur tangan di 'urusan orang lain'. Menulis ini, aku kemudian teringat, sebuah hadits saat melihat kemungkaran di depan mata. Mungkin, iman C tinggi, sehingga saat melihatnya, ia memilih turun tangan meski dengan segala resiko di depan mata. 

***

Obrolan kemarin pagi dengan adikku, menuai hikmah. Kalau kata ibuku, perbanyak dzikir, agar Allah melindungi. Kalau kata adikku, keberanian seperti itu jarang ditemui. Kalau aku? Aku terlalu banyak berprasangka, sok tahu. Hehe.

Aku tidak tahu mana yang benar. Kita.. cuma bisa mencoba mengambil hikmah dari kisah. Kalau kamu mendengar/membaca kisah ini, hikmah apa yang bisa kamu petik?

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya