Follow Me

Thursday, February 22, 2018

She was There But I wasn't

Bismillah.
#untuksahabat #untukmuukhti

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya, hari demi hari. Terutama di saat-saat seperti ini, derai hujan yang terdengar riuh di luar. Ia masih diam, memilih untuk diam dan menjaga jaraknya dariku. Sepertinya, kesalahanku fatal. Jujur, rasanya tidak pernah tenang, kalau kuingat kalimat yang kuketikkan ringan, ternyata justru menoreh luka di hatinya. Atau mungkin tidak melukai, tapi membantu luka lamanya terbuka lagi lebar-lebar.

***

Ia mungkin menganggap hari itu biasa saja, tapi bagiku, itu hari penting, hari terakhirku di Bandung, sebelum akhirnya pindah domisili ke Purwokerto lagi.

Qadarullah satu hari sebelumnya, hp nokia-ku tertinggal di kosannya. Pagi, ia mengantarkan hp-ku. Seolah Allah sudah merancangnya dengan baik. Saat itu, saat aku gagal untuk belajar minta tolong pada orang lain, Allah kirimkan bantuannya lewat ukhti shalihah tersebut. Aku saat itu panik, sibuk dan heboh sendiri harus packing segitu banyak barang di kamarku. Waktu terus berjalan, sudah hampir jam 11 sedangkan tiket kereta yang akan mengantarku jam 1. Belum sarapan, belum siap-siap, belum nanti kirim barangnya, dll.
Ketukan di pintuku, dari tangan mungilnya menyadarkanku, kalau aku ga sendiri, ada seorang teman yang Allah kirimkan untukku.
Ia ada di sisiku, dengan tas ransel coklatnya, saat aku panik harus packing semua barang di kosan. Ia ada di sisiku, membantuku mengangkat dus-dus berat, rela ikutan cape, meski awalnya ia hanya hendak mengembalikan hp yang tertinggal di kosannya karena kelalaianku. Ia ada di sisiku, bahkan menyatakan bersedia untuk mengurus administrasi pengiriman barang-barangku. Ia ada di sisiku, saat kami duduk di stasiun bandung gerbang selatan, saat kami duduk di kamar kosku yang sudah tinggal kasur dan lantai saja. Ia bahkan ada di sisiku, saat sebuah hal masuk ke sela-sela pikiranku.

***

She was there beside me. Bukan cuma hari itu, juga banyak hari-hari lain saat aku butuh seorang teman. And these days, I feel like I often wasn't there beside her when she need someone. 

Jarak mungkin memang selalu terbentang, beratus mil. Namun sebelumnya, tidak terasa serenggang ini. Tidak terasa sejauh ini, tidak... sampai ketika ia memilih untuk diam.

I wish she talk to me again, even after these silent days. Or maybe, I hope she talks a lot with Allah, spend more time with Allah and cure her wound with her interaction with Allah.

I wish I could be a good friend for her. But if I'm not qualified. I wish Allah will send a lot and a lot of good friends to accompany her passing through her darkest day in life. The days when she needs someone to comfort her, the days when she needs someone to wipe her tears, the days when she needs someone to make her smile, the days when she doesn't want to be alone.

***



Izinkan aku menuliskan sekali lagi kata maaf di sini. Atas setiap salahku padanya. Atas sikap yang salah kuambil, kata yang salah kuucapkan, keegoisanku, kesombonganku, sikap menyebalkanku. Maaf.

the one who wish for your best,
_kirei

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya