Follow Me

Friday, March 16, 2018

Memandang Berbeda

Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Seharusnya, aku yang tahu sakitnya tidak seperti itu. Tapi nyatanya aku manusia. Tanpa sadar aku memandang berbeda. Setelah orang lain pernah menunjukkan kesalahannya. Susah untuk memandangnya sebagai sosok yang sama. Tapi aku harus terus belajar kan?


***

Seorang anak kecil ketahuan berbohong. Bukan cuma sekali, dua tiga, berkali-kali. Maka setiap kali ia mengucapkan kalimat yang tidak masuk akal, atau ambigu, atau sedikit terdengar aneh. Orang-orang mengira, itu salah satu kebohongannya. Padahal bisa jadi ia jujur.

Atau seseorang yang pernah mencuri. Namun ia sudah bertaubat dan berusaha bekerja dengan jujur. Namun setiap kali ada barang yang hilang, orang lain akan memandangnya dengan mata menyakitkan. Seolah barang yang hilang itu, selalu dan pasti diambil olehnya.

Atau seseorang yang pernah ketahuan mencontek. Kemudian ia berusaha, belajar sekuat tenaga, siang malam. Hingga suatu hari nilai ujiannya terbaik sekelas. Namun mirisnya, orang-orang melihatnya sebagai hasil contekan. Padahal ujian tersebut ia jujur.

***

Aku tahu padahal, bagaimana sesak dan sakitnya saat orang sekitar mengingatkanku akan kesalahan lama. Aku tahu padahal, bagaimana aku tidak bisa mengelak, karena memang dulu aku pernah melakukan kesalahan itu.

Saat itu, yang bisa meredakan sakitku hanya keyakinan bahwa Allah Tahu, dan manusia wajar tidak tahu.

***

Pertanyaannya dibalik, mampukah kita tidak memandang berbeda? Pada seseorang yang kesalahannya pernah Allah perlihatkan kepada kita? Mampukah kita berbaik sangka, dan tidak memperlakukan mereka secara berbeda hanya karena kesalahan di masa lalu?

Jujur aku meragu pada diri. Meski aku tahu sakitnya diperlakukan seperti itu. Aku cuma manusia. Pernah, aku melakukan itu, memandang berbeda. Tapi aku tidak boleh berhenti belajar kan?

Mungkin memang, aku tidak bisa selalu berbaik sangka. Tapi aku bisa terus menerus belajar berbaik sangka kan? Lagi dan lagi, sampai lintasan prasangka buruk lelah mengikutiku. Bergerak dan bergerak lagi menjauh dari kebanyakan prasangka.

Kejadian ini, kejadian berturut di sini, situasi ini. Allah hendak mengajarkanku sesuatu kan?

***

Semoga kita termasuk orang yang bisa terus berprasangka baik khususnya kepada sesama muslim.

Semoga Allah berikan kejernihan pikiran, dan kelapangan dada.

***

Terakhir, untukku...
Minta maaf lah.. Minta maaf lah. Sincerely apologize. Ok?

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya