#random #hikmah
Judulnya berat ya? Isinya in syaa Allah ga berat hehe. Kemarin aku mulai baca lagi buku 7 Habit, meski dulu pernah baca berapa halaman, aku sengaja ngulang baca dari awal. Thanks to GMIB, saya jadi rajin baca buku hehe. *Meski kadang masih mikir, ini aku niat baca karena ingin lapor di grup GMIB? hehe. Gapapa lah ya? Sambil jalan, sambil benerin niat hehe.
Jadi, sebelum masuk ke 7 kebiasaan, dijelaskan dulu tentang persepsi atau paradigma. Bagaimana orang itu memandang sesuatu ga bisa bener-bener objektif, apa yang dia alami, pengetahuan dia, itu mempengaruhi caranya melihat sesuatu.
Lalu aku teringat percakapan dengan seorang perempuan. Usianya lebih muda dariku, sebut saja dia Vanilla. Kami bertemu mengobrol tentang ini itu. Ia berulangkali menawarkan kepadaku bantuan, "Kak, aku ada kenalan yang translator juga, barangkali kakak mau freelance jadi translator." Aku menampik tawarannya, kemampuanku menerjemahkan masih dibawah standar, selain itu... sebenernya aku tidak punya motivasi untuk bekerja dan menghasilkan uang. hehe.
Hari itu, dia kembali menawarkanku bantuan. Saudaraku mau buka media kak, kata Vanilla. Kakak kan suka nulis, mau ga, aku bantu masuk, latihan jadi jurnalis. Aku? Aku menampiknya lagi, kuceritakan padanya pengalamanku magang di salmanitb.com. Aku sungguh sering pusing sendiri karena gaya menulisku jauh dari jurnalis, ga bisa maksain buat berita dengan struktur segitiga terbalik, menulis justru jadi tekanan dll.
Vanilla berkata, "Aku harus gimana dong kak, kalau setiap tawaranku kakak tolak semua?" Aku senyum, aku jelaskan dengan Vanilla, aku sudah merasa nyaman dengan kondisi sekarang, di Purwokerto dekat dengan ortu, juga tentang kecukupan untuk sehari-hari. Aku jauh-jauh lebih tenang saat di rumah, ketimbang saat di perantauan. I mean, aku merindukan bandung, salman, qaf, dan banyak hal di sana. Tapi jika diminta memilih, bekerja di bandung atau tetap di Purwokerto dan tidak bekerja, aku pilih yang kedua.
Vanillah terlihat bingung, ekspresi wajahnya seperti frustasi dengan responku. Tapi kan kak, apa ga malu bergantung sama orangtua, kakak kan udah sebesar ini, udah dewasa. Kalau misal kakak menikah, lalu memilih ga kerja, dan nerima nafkah dari suami, itu oke-oke aja. Jelas Vanilla, tapi kondisiku sekarang bagi Vanilla terlihat tidak baik-baik saja. Mungkin Vanilla melihatku hanya menjadi beban bagi kedua orangtuaku. Aku paham itu, persepsinya, persepsi masyarakat jaman sekarang.
Saat itu, aku agak salah sih. Salah pilih kalimat. Aku menjelaskan padanya tentang Islam mengatur itu. Bagaimana seorang perempuan dilindungi dan diayomi orangtuanya, kalau ga ada, saudara laki-lakinya. Udah berhenti di situ. Ia, yang lebih muda dariku akhirnya memilih diam dan mengganti topik lain.
Aku saat itu lupa menjelaskan padanya. Tentang bagaimana dua orang perempuan bekerja dan diabadikan di Qur'an, ada yang tahu? Dua orang anak perempuan, yang ayahnya sudah terlalu tua dan tidak memiliki kemampuan untuk bekerja. Dua perempuan yang dibantu Nabi Musa memberi minum ternaknya.
Aku saat itu, hanya berhenti di situ. Terlalu fokus untuk menghentikan topik itu. Jujur, ga suka aja hahaha. Berasa Vanilla maksa aku pendapatnya, ya, pendapat bahwa urutannya, kalau habis kuliah ya kerja hehe. Padahal harusnya mah, aku bisa menjelaskan lebih baik, tentang bagaimana islam mengatur semuanya. Juga tidak menyalahkan siapapun yang bekerja tentunya, everyone has their own choice, their own path. Yang bekerja, yang lanjut kuliah, yang terjun di komunitas, yayasan. Atau yang seperti aku, memilih hidup di balik hijab, menulis. Terkadang terbuai dalam zona nyaman, karena draft buku ga dilanjutin hehe.
***
I know well, she just wants good for me. Vanilla, perempuan jelita itu.. Dengan kekritisan pemikirannya, semangatnya melanjutkan hidup setelah melalui badai ujian yang besar. Ya, salah satu hal yang membuatku kagum pada Vanilla, she's still standing tall, despite all things that happened in her life. Aku ga bisa ceritain sih, karena itu privasinya. Tapi kalau aku ada di posisinya, aku mungkin ga sekuat ia.
Percakapan dengan Vanilla itu, hadir karena perbedaan persepsi. Lewat Vanilla aku diingatkan untuk tidak mencari excuse, diingatkan untuk terus mengembangkan diri dan tumbuh menjadi manusia yang bermanfaat. Lewat obrolan itu, aku diingatkan untuk tidak mendekam di zona nyaman.
***
Hikmah lainnya, aku perlu banyak belajar komunikasi, bagaimana berkomunikasi saat ada perbedaan persepsi atau paradigma.
Sekarang, kalau inget lagi obrolan waktu itu, lucu aja. Bagaimana kami beda persepsi, beda definisi hehe. Volunteer menurut Vanilla itu ya gabung di NGO. Volunteer menurut aku? Berada di balik layar, dan berusaha membagikan manfaat.
***
Terakhir, lanjutin lagi baca bukunya ya Bell.. J
Mungkin dari situ kamu bisa keluar dari zona nyamanmu. Karena bersyukur itu, bukan cuma menerima yang Allah berikan, tapi juga mendayagunakan nikmat. Ya, mendayagunakan nikmat, yang duduk berdiri, yang berjalan berlari. Masih merasa yakin, menulis di sini saja cukup? Hehe.
Anyway... Semoga tulisan random, campur aduk, banyak curhat ini bisa bermanfaat. Untukku terutama.
***
PS: catatan untukku. Next target, biar ga terus di zona nyama.
Menerbitkan Buku? Aku perlu menggali lagi niatku, motivasiku. Tekadnya belum kuat, dan aku lebih menikmati menulis di sini, ketimbang di draft buku. hehe. Payah emang bella.
Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris-ku? Aku sedang dan masih cari cara yang cocok. Line square udah aku coret hehe. Lagi nyobain aplikasi lain. Nanti aku share ya, kalau misal udah jalan beberapa hari/pekan.
Ada yang bilang (baca dimana gitu), ide harusnya ga perlu ditulis, kenapa? Karena seringkali kita merasa cukup dengan membagikan ide hehe. Kalau ada ide, diam, dan laksanakan saja. Tapi aku perlu pengingat hehe. Meski projek 1000 post I kelihatannya ga jalan, sebenarnya, sebagian mulai menjelma perlahan. Aku bener-bener mulai baca buku lagi hehe. Give away, belum hehe. Apa lagi ya? Kok lupa? Hehe.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya