#nukilbuku
Dari buku the life-changing magic or tidying up, Marie Kondo. Saya membeli buku ini di Togamas Bandung bersamaan dengan buku Little Good Things Every Day, yang sudah banyak saya tulis kutipannya di sini. Ini merupakan salah satu buku yang kubeli secara reaktif saat sedang me-time selepas mengirim surat ke Purwokerto dari kantor Pos Jalan Supratman Bandung. *tahu, harusnya ini ga perlu ditulis hehe.
Bagaimana sih, berbenah yang bisa mengubah hidup? Itu yang saya ingin tanyakan ke buku ini sebelum menelusuri baris-baris di dalamnya. Meski baru melahap setengahnya, berikut ini hal-hal yang menurut saya jadi kunci dari buku ini, agar bebenah/beres-beres rumah bisa mengubah hidup.
Berbenah Sekaligus dan Bukan Sedikit-Sedikit
Metode bebenah KonMari tidak menggunakan metode bebenah sedikit-sedikit setiap hari. Tidak. Justru menurut KonMari bebenah yang sekaligus, lebih efektif untuk memberikan shock teraphy yang nantinya berefek pada perubahan cara berpikir.
Dengan berbenah sekaligus alih-alih sedikit demi sedikit, Anda bisa mengubah pola pikir secara drastis. Perubahan yang demikian dahsyat sampai-sampai menyentuh hati akan mempengaruhi cara pikir dan kebiasaan kita. - Marie Kondo, the life-changing magic or tidying up
Kebiasaan acak-acakkan uniknya bukan diperbaiki dengan pembiasaan beberes setiap hari yang sedikit-sedikit. Ada kebiasaan yang bisa diubah dengan cara pembiasaan sedikit namun continue, namun ada juga kebiasaan yang diubah/dibuat dengan cara melakukan hal ekstrem yang bisa membuat cara pikir kita berubah.
Saat kita bebenah sedikit demi sedikit, hasinya tidak serta merta kelihatan, sedangkan saat kita merapikan total, hasilnya sangat jelas perbedaannya, dan ini bisa mempengaruhi pola pikir dan habit kita.
Asalkan kita menggunakan metode yang tepat dan mencurahkan upaya untuk mengenyahkan situasi berantakan secara tuntas dalam waktu singkat, hasilnya pasti langsung kelihatan sehingga kita akan terdorong untuk mempertahankan kerapian hingga seterusnya. Siapa pun yang menjalani proses tersebut, seperti apapun sifat dan kebiasaan awal mereka, pasti akan bersumpa untuk tidak berantakan lagi. - Marie Kondo, the life-changing magic or tidying up
Cara ini mengingatkan saya pada acara Mukhayyam Quran yang pernah saya ikuti, dalam agenda tersebut, ditargetkan tilawah 30 juz dalam tiga hari dua malam. Seorang ustadz yang mengisi acara tersebut menyebutkan, semoga setelah acara tersebut, kita menjadi lebih mudah membaca 1 juz quran dalam satu duduk. Dan jujur, efeknya masih saya rasakan sampai hari ini. Semua peserta duduk dan sibuk dengan quran masing-masing, dari duduk, berpindah tempat, berdiri, bahkan berjalan pelan, sembari tilawah untuk mengenyahkan bosan, mengantuk dan godaan lainnya. Masih teringat di memori, bergelas-gelas kopi yang di teguk akhawat shalihaat supaya bisa begadang berinteraksi dengan qurannya. I didn't drink coffee that time, and chose to sleep instead, so I didn't fulfill the target. But that view, that method, sure change my mindset about interaction with Quran. Pemandangan akhawat shalihaat tersebut berinteraksi dengan quran, usaha mereka, mengubah pola pikirku.
Teknik Membuang Tuntas Sebelum Menyimpan
Piawai menyimpan sama saja dengan menimbun. Kalimat tersebut menohok saya hehe. Yang unik dari metode berbenah Konmari adalah hal pertama dalam beberes yang merupakan membuang. Padahal biasanya, saya pribadi awalnya, kalau beberes itu, merapikan dan menyimpan barang di tempatnya, baru kemudian membuang yang tidak perlu. Tapi urutannya ternyata salah hehe.
....metode penyimpanan ini tidak bisa menyembuhkan kebiasaan acak-acakan. Pada akhirnya, metode tersebut hanyalah solusi superfisial. -Marie Kondo, the life-changing magic or tidying up
Superfisial? Ilusi? Bagaimana bisa menyimpan solusi superfisial?
Walaupun saya kira sudah berbenah, sebenarnya saya hanya membuang-buang waktu dengan meminggirkan barang-barang agar tidak kelihatan, menyembunyikan benda-benda yang tidak saya butuhkan di dalam wadah tertutup. Menyimpan barang di tempat yang tidak kelihatan memunculkan ilusi seolah-olah situasi yang amburadul sudah teratasi.
Namun, cepat atau lambat, semua unit penyimpanan menjadi penuh dan kamar lagi-lagi kepenuhan barang sehingga diperlukanlah metode penyimpanan baru yang "mudah". Demikianlah lingkaran setan tersebut seakan tidak berujung.
-Marie Kondo, the life-changing magic or tidying up
Saat kita berbenah dengan urutan menyimpan baru kemudian membuang, akan ada banyak hal, yang sebenarnya tidak pernah kita pakai, namun kita simpan saja, hanya karena belum rusak, atau masih fungsi. Sebaliknya, ketika urutannya membuang dulu, kita dipaksa, memikirkan, barang mana yang benar-benar kita gunakan dan benar-benar mendatangkan kegembiraan di hati untuk disimpan.
Saat proses kita berbenah yang pertama (membuang), kita belajar bersyukur dan belajar merelakan yang barang-barang harus dibuang/disumbangkan.
***
Maaf panjang hehe. Buku KonMari ada banyak versi, ada versi manga-nya juga yang fokus ke teknik berbenah tanpa menyinggung hikmah/filosofi yang dibawanya. Tapi saya lebih suka buku ini, maknanya lebih dalam. Karena di setiap teknik, dijelaskan juga awal mula perjalanan Marie Kondo menekuni teknik berbenah, kesalahan yang ia lakukan, yang kemudian jadi pelajaran, semua dituliskan. Salah satu insight yang saya dapatkan dalam buku ini, yang ingin saya catat di otak dan hati. Tidak apa, jikapun waktu tiga-empat tahun itu kesalahan, ikhlaskan dan relakan, terima bahwa diri ini manusia yang bisa salah. Kemudian bergeraklah kedepan, berbekal kesalahan di masa lalu.
Aku... masih naik turun, jatuh bangun, rasanya ga karuan hehe. Tapi izinkan aku tetap menulis di sini. Aku tahu soalnya, bagaimana naik turun, jatuh bangun, namun memilih tidak menulis hehe. Dan semoga tidak berhenti di tulisan, karena sungguh menulis saja bisa membuat makin jatuh. Harus ada gerak nyata, bukan sekedar gerak jemari di atas keyboard, bukan. Tapi gerak tangan, gerak kaki, dan tentunya gerak hati.
Terakhir... ayat Al Kahfi yang romanisasinya ingin kutulis di sini. 'asaa ayyahdiyani rabbi li aqraba min hadzihi rasyada.
Selamat berjuang! Semangat berbenah~ Semangat memperbaiki cara berpikir^^
Saat menjumpai sesuatu yang rasanya sulit dibuang, pertimbangkan baik-baik apa sebabnya kita mempunyai benda tersebut. Kapan Anda mendapatkannya dan apa maknanya bagi Anda saat itu. Renungkan kembali peranan benda itu dalam hidup Anda selama ini. -Marie Kondo, the life-changing magic or tidying upSaat berbenah menurut KonMari adalah saat berbicara pada diri, saat memilah dan memilih, mengingat kembali peranan benda yang akan dibuang, saat itu kita belajar berterimakasih. Contohnya barang yang perannya hanya memberi kegembiraan sewaktu membeli, atau barang yang ternyata tidak cocok untuk kita.
Malahan, pakaian itu sudah memenuhi peranannya dalam hidup Anda sehingga Anda bebas mengatakan, "Terima kasih sudah memberiku kegembiraan sewaktu aku membelimu," atau "Terima kasih sudah mengajariku mana yang tidak cocok untukku," kemudian mengikhlaskannya. -Marie Kondo, the life-changing magic or tidying upMarie Kondo juga menuliskan bahwa membuang barang yang tidak kita gunakan, dan tidak mendatangkan kegembiraan merupakan cara kita bersyukur.
Jika barang punya perasaan, ia pasti tidak senang disimpan terus oleh sang pemilik yang melupakannya. Bebaskanlah barang-barang tersebut dari penjaranya. Bantulah barang-barang itu untuk meninggalkan keterkungkungannya di antah-berantah. Ikhlaskanlah benda-benda tersebut dengan penuh terima kasih. -Marie Kondo, the ife-changing magic or tidying upSelain itu, berbenah juga bisa menyadarkan kita, bahwa sebenarnya ada banyak yang kita miliki namun tidak digunakan, namun bisa bermanfaat untuk orang lain. Saat kita melihat keluar dan sibuk melihat orang lain, rasa konsumtif begitu tinggi, semua barang ingin kita miliki dan beli. Namun saat kita berbenah, memilah barang yang akan kita simpan/kita buang, kita tahu.. bahwa sifat konsumtif hanya mendatangkan kegembiraan semu. Berbenah membuat kita bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, juga belajar ikhlas merelakan barang-barang kita disumbangkan atau dibuang.
***
Maaf panjang hehe. Buku KonMari ada banyak versi, ada versi manga-nya juga yang fokus ke teknik berbenah tanpa menyinggung hikmah/filosofi yang dibawanya. Tapi saya lebih suka buku ini, maknanya lebih dalam. Karena di setiap teknik, dijelaskan juga awal mula perjalanan Marie Kondo menekuni teknik berbenah, kesalahan yang ia lakukan, yang kemudian jadi pelajaran, semua dituliskan. Salah satu insight yang saya dapatkan dalam buku ini, yang ingin saya catat di otak dan hati. Tidak apa, jikapun waktu tiga-empat tahun itu kesalahan, ikhlaskan dan relakan, terima bahwa diri ini manusia yang bisa salah. Kemudian bergeraklah kedepan, berbekal kesalahan di masa lalu.
Aku... masih naik turun, jatuh bangun, rasanya ga karuan hehe. Tapi izinkan aku tetap menulis di sini. Aku tahu soalnya, bagaimana naik turun, jatuh bangun, namun memilih tidak menulis hehe. Dan semoga tidak berhenti di tulisan, karena sungguh menulis saja bisa membuat makin jatuh. Harus ada gerak nyata, bukan sekedar gerak jemari di atas keyboard, bukan. Tapi gerak tangan, gerak kaki, dan tentunya gerak hati.
Terakhir... ayat Al Kahfi yang romanisasinya ingin kutulis di sini. 'asaa ayyahdiyani rabbi li aqraba min hadzihi rasyada.
Selamat berjuang! Semangat berbenah~ Semangat memperbaiki cara berpikir^^
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya