Follow Me

Thursday, October 4, 2018

Hijrah : Step By Step Mendekat Pada-NYA

Bismillah.

Untuk project Muharram XYouthGen.



***

Pertama, meski di project Muharram XYouthGen adalah menulis kisah hijrah pribadi, aku tidak akan menulis kisahku. Tapi aku akan share beberapa kisah hijrah orang lain yang aku tahu. Jika ada yang tanya kenapa, jawabanku karena kisah hijrahku tidak menarik, atau lebih tepatnya, aku tidak ingin menuliskannya.

Kedua, salah satu hashtag yang diinstruksikan oleh XYouthGen adalah hijrahtotal atau hijrah tuntas *ntar aku cek. Aku ingin menuliskan hijrah dari sudut pandang lain. Bahwa hijrah itu step by step, tidak bisa tuntas dan total sekaligus. Tanpa mengurangi makna asli dari hijrah total.

Baiklah, mari kita mulai...

***

Berawal dari teman


Aku tahu salah satu perjalanan hijrah seseorang, berawal dari temannya. Sebut saja ia Ara, saat itu ia duduk kelas 7. Ia menyukai anime, terutama komik Conan. Potongan rambutnya pendek seperti laki-laki, mengenakan kacamata. Ia terlihat pendiam, sekalinya bicara, ia bercerita tentang karakter anime yang ia sukai. Mungkin karena ia berbeda, ia jadi dijauhi teman-temannya, banyak yang tidak mau sekelompok saat ada tugas berkelompok. Konflik di kelas itu, diketahui orangtuanya, sampai akhirnya ia berpindah kelas. Satu tahun kemudian, saat ia duduk di kelas 8 ia bertemu kembali dengan salah satu temannya, teman yang ikut dijauhi karena dekat dengannya. Teman Ara tersebut yang membuat ara tertarik untuk mengenakan kerudung. Saat itu, mungkin sekedar keinginan untuk melakukan dan menyukai hal yang sama dengan temannya. Tapi saat itu, jadi pintu hijrah pertamanya. Hijrah Ara tidak berhenti di situ, ada banyak kerikil dan ujian. Ia bahkan pernah membuka kembali kerudungnya, untuk menemukan alasan yang lebih kuat. Hijrahnya mungkin tidak semulus jalan tol, tidak selalu maju, tapi bukan berarti ia berhenti.

Berawal dari kekaguman pada seseorang

Ini kisah hijrah seorang perempuan yang awal berhijrahnya karena kagum dengan kakak kelas SMA-nya. Sebut saja Daya. Daya awalnya ingin tahu, perempuan seperti apa yang menarik di mata seseorang tersebut. Ternyata yang Daya kagumi sudah lebih dulu berhijrah. Daya mulai belajar dari awal tentang kewajiban perempuan menggunakan hijab karena sosok yang ia kagumi. Pun, mulai membaca quran dan menghafalnya, karena sosok yang ia kagumi. Raasa kagum yang dihadirkan Allah di hati Daya pada sosok itu, menjadi langkah awal Daya mendekat padaNya. Dalam perjalanan hijrahnya, Daya mulai tahu, tentang niat yang menjadi syarat diterimanya amal. Ia kemudian menyibukkan diri belajar lebih banyak, memperbaiki diri tahap demi tahap. Pun saat tahu kabar bahwa sosok yang ia kagumi ternyata bukan jodohnya, rasa sakit di hatinya tidak membuatnya memperlambat langkah hijrahnya, apalagi berbalik arah.

Ujian beruntun yang membuatnya mendekat

Masalah beruntun yang menerjang hidupnya, dari bisnis orangtua yang bangkrut, dan harus dibangun lagi. Lalu teman yang menipu dan menzalimi dirinya. Belum lagi ia sempat jatuh di kubangan dosa. Setahun ia mengkonsumsi obat dari psikiater lantaran depresi dwngan berbagai ujian yang menghadang, namun obat itu tidak mendatangkan ketenangan. Sampai ia dan orangtuanya memutuskan untuk mendekat kembali pada Allah. Hijrah tersebut, sedikit demi sedikit memberikan cahaya dan membuat ia dan kedua orangtuanya memandang permasalahan lebih jernih dan tahu kemana harus melangkah. Sebut saja Tiara. Masa lalunya yang gelap membuat ia banyak tersendat dalam jalan hijrahnya. Istiqomah mengenakan kerudung masih berat, begitu pula memahami hikmah dari setiap perintah dan laranganNya. Hijrahnya mungkin terlihat sepele di mata orang yang tidak mengetahui background story Tiara. Tapi saat tahu sedikit detail kisahnya, aku tidak bisa membayangkan, perjuangannya untuk maju satu langkah dan memberanikan diri berhijrah. Perjalanan hijrahnya terdengar lebih manis, karena yang berjuang dan berusaha meniti jalan hijrah bukan hanya Tiara tapi juga ibu dan ayahnya.

***

Tiga kisah itu nyata, meski tiga nama tersebut nama buatanku. Ara, Daya dan Tiara. Ketiganya berbeda, waktunya, pemantiknya, jatuh bangunnya. Tapi ketiganya sama-sama mengingatkanku bahwa jalan hijrah itu panjang dan tidak instan. Sulit menemukan cerita hijrah yang sekaligus. Tiba-tiba saja berubah, kilat. Bahkan telur yang ingin menjadi kupu-kupu saja, harus melalui tahap demi tahapnya.

Hijrah itu pergi, dan dampaknya ada perpindahan. Hijrah menuju Allah artinya perpindahan dari buruk ke baik, dari maksiat ke amal shalih. Setiap orang yang berhijrah, seberapapun percepatannya, selama yang ia berada di jalan yang lurus, dan tidak berbalik, maka ia selamat. Tidak semua bisa berhijrah mengendarai kuda atau unta. Ada yang berjalan cepat, ada yang tertatih menyeret langkahnya. Tidak apa-apa. Selama masih di jalan yang lurus.

Tidak semua orang lahir dari keluarga yang memberikan pendidikan Islam yang baik. Tapi setiap orang Allah beri kemampuan untuk belajar, Allah berikan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan juga hati. Bicara hijrah, bukan bicara tentang siapa yang mulai melangkah duluan, bukan pula siapa yang lebih cepat bergerak. Tapi hijrah adalah tentang langkah demi langkah, yang terus maju, dan istiqomah. Jikapun suatu saat berhenti, dan hampir tersesat, kita tidak menyerah dan kembali berjalan.

Hijrah step by step tidak mengurangi makna hijrah total. Karena pasti, dalam setiap langkah hijrah, kita akan menghadapi pilihan, apakah rela meninggalkan kesenangan dan merangkul kesulitan dalam menyusuri jalan hijrah? Terus berjalan, adalah salah satu bentuk, bukti bahwa kita hijrah total.

Yang indah dari menyusuri jalan hijrah kepadaNya.. adalah.. Allah menghitung dan menghargai setiap langkah, setiap peluh, setiap air mata. Yang indah adalah.. jika kita mati dalam usaha mendekat padaNya, Allah tidak akan menyia-nyiakan upaya dan usaha kita. (':

Allahua'lam.




No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya