Dua kata, pertanyaan yang akhir-akhir ini kudengar berulang. Semenjak dekat, dan sudah nyaman denganku, bocah yang belum genap 2 tahun itu setiap main bareng pasti mengulang pertanyaan tersebut.
"Ini apa?" lalu kujawab, lalu ia mencoba menirukan jawabanku, meski seringnya tidak sempurna, hanya lafal akhir saja. Sendok jadi dok, kertas, jadi tas. Kalau yang sudah familiar, biasanya bisa lengkap meniru, sapu, buku, dll.
Entah mengapa hal itu mengingatkanku akan keistimewaan manusia. Bagaimana Allah mengajarkan pada manusia nama-nama (ism). Saat malaikat ditanya, jawabannya Allah Maha Mengetahui. Saat Adam 'alaihi salam ditanya, jawabannya seperti yang telah diajarkan.
Salah satu keistimewaan manusia adalah mengenal nama-nama benda. Bisa melihat perbedaannya, dan menyebutkan namanya, setelah diajarkan tentu saja. Ilmunya dari Allah, dan kita diciptakan dengan otak yang bisa menerima ilmu tersebut. Pengetahuannya tidak harus dengan mata, bahkan kita juga diberi kemampuan untuk mengimani yang kasat mata. Keberadaan jin, perasaan cinta, benci, surga neraka, lauhul mahfuzh, dll.
Tapi meski dengan kemampuan yang dimiliki tersebut, manusia juga diberikan pilihan, untuk menggunakannya, atau justru lalai dan memilih menjadi lebih buruk dari hewan ternak. Matanya tidak digunakan untuk melihat, telinganya tidak digunakan untuk mendengar, dan hati.. tidak digunakan untuk menerima cahaya petunjuk dariNya.
***
Ini apa? Pertanyaan sederhana itu membuatku berpikir. Awalnya kita mengetahui nama benda, kemudian kita perlahan tahu fungsinya, memperhatikan elemen yang membentuknya, bahkan juga mulai mengetahui bahwa setiap benda tersusun dari atom. Selanjutnya... jika kita sudahi saja berpikir di ranah materi, mungkin pengetahuan itu akan sia-sia. Karena seseorang baru disebut berilmu, jika ilmunya membuatnya memiliki khasyah. Bukan hanya materi benda, tapi kita jadi memikirkan tentang penciptanya Yang Agung.
Semoga Allah menjadikan setiap ilmu yang kita dapat menjadi cahaya untuk mendekat padaNya. Semakin tunduk, khusyu' padaNya. Serta dilindungi dari sifat ujub dan ria. Aamiin.
Allahua'lam.
"Ini apa?" lalu kujawab, lalu ia mencoba menirukan jawabanku, meski seringnya tidak sempurna, hanya lafal akhir saja. Sendok jadi dok, kertas, jadi tas. Kalau yang sudah familiar, biasanya bisa lengkap meniru, sapu, buku, dll.
Entah mengapa hal itu mengingatkanku akan keistimewaan manusia. Bagaimana Allah mengajarkan pada manusia nama-nama (ism). Saat malaikat ditanya, jawabannya Allah Maha Mengetahui. Saat Adam 'alaihi salam ditanya, jawabannya seperti yang telah diajarkan.
Salah satu keistimewaan manusia adalah mengenal nama-nama benda. Bisa melihat perbedaannya, dan menyebutkan namanya, setelah diajarkan tentu saja. Ilmunya dari Allah, dan kita diciptakan dengan otak yang bisa menerima ilmu tersebut. Pengetahuannya tidak harus dengan mata, bahkan kita juga diberi kemampuan untuk mengimani yang kasat mata. Keberadaan jin, perasaan cinta, benci, surga neraka, lauhul mahfuzh, dll.
Tapi meski dengan kemampuan yang dimiliki tersebut, manusia juga diberikan pilihan, untuk menggunakannya, atau justru lalai dan memilih menjadi lebih buruk dari hewan ternak. Matanya tidak digunakan untuk melihat, telinganya tidak digunakan untuk mendengar, dan hati.. tidak digunakan untuk menerima cahaya petunjuk dariNya.
***
Ini apa? Pertanyaan sederhana itu membuatku berpikir. Awalnya kita mengetahui nama benda, kemudian kita perlahan tahu fungsinya, memperhatikan elemen yang membentuknya, bahkan juga mulai mengetahui bahwa setiap benda tersusun dari atom. Selanjutnya... jika kita sudahi saja berpikir di ranah materi, mungkin pengetahuan itu akan sia-sia. Karena seseorang baru disebut berilmu, jika ilmunya membuatnya memiliki khasyah. Bukan hanya materi benda, tapi kita jadi memikirkan tentang penciptanya Yang Agung.
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Semoga Allah menjadikan setiap ilmu yang kita dapat menjadi cahaya untuk mendekat padaNya. Semakin tunduk, khusyu' padaNya. Serta dilindungi dari sifat ujub dan ria. Aamiin.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya