Aku menulis ini, sebagai pelunas hutang, karena sabtu kemarin seharusnya submit tulisan bertema "Bangkit" di blog akardaunranting.
*disarankan skip paragraf ini*
Ada banyak excuse mengapa akhirnya ga jadi submit, semacam rentetan sebab-akibat. Tidak submit karena tulisannya belum selesai, belum selesai, karena ga dimulai. Ga ada ide? Iya salah satunya, belum menemukan frase bahasa inggris atau idiom yang nyangkut sama tema "Bangkit". Sebenernya nemu satu, tapi dalam proses menggalinya, justru menemukan alasan harus cari frase lain. Tadinya mau nulis dengan judul "chin up" pernah baca dan sembarang mengartikannya dengan kata "semangat". Sebenarnya aku tahu juga kalau chin up itu istilah lain dari pull up. Bukan, bukan itu yang buat aku urung menuliskannya. Aku cek ulang, googling, arti dari chin up, trus nemu penjelasan bahwa kata itu lebih sering digunakan untuk menyindir, konotasinya negatif. Jadi malam sabtu kemarin, aku memilih melakukan hal lain, dan mengabaikan 'kewajiban' nulis sabtulis.
***
Bangkit. Bagaimana aku bisa menulis topik ini, saat aku sendiri sedang memilih duduk dan menunda untuk bangkit? Tapi izinkan aku tetap melanjutkan menulis. Bukan untuk sabtulis, bukan untuk siapapun. Tapi untuk diri ini, yang mungkin perlu menulis dulu, agar segera sadar dan segera bangkit.
Saat mulai menulis, entah mengapa sebuah quote terlintas di otakku. Salah satu quotes yang esensinya aku hafal. Dari salah satu buku karya Salim A. Fillah. Buku Jalan Cinta Para Pejuang. Tentang definisi bersyukur.
Bahwa bersyukur itu.. mendayagunakan nikmat. Tidak merasa cukup berdiam diri. Yang duduk, bangkit berdiri. Yang berjalan, mulai berlari. Seperti itu. Bukan sekedar menerima, tapi mendayagunakan nikmat. Seperti hari ini, setelah menunda menulis dua hari, tapi Allah masih memberi nikmat nafas padaku. Bentuk syukurku atas oksigen yang Allah sediakan gratis, seharusnya bukan sekedar berucap 'alhamdulillah'. Tapi mengisi tiap detik dan menit dengan produktif. It won't be easy tho... Karena manusia umumnya merugi dalam hal ini.
***
Untuk mulai bangkit, harus terlebih dahulu menguatkan hati. Karena sungguh, meski raga kuat, jika kondisi hati sedang jatuh dan lemah lunglai, kita akan kesulitan untuk bangkit.
Maka saat bangkit terasa begitu berat dan sulit, coba tengok kondisi hati. Mungkin ia sedang sakit, kotor serta berkarat. Beri obat pada hati kita. Lewat dzikir, doa, shalat, membaca quran, mendengarkan nasihat siraman hati.
Setelah hati terasa lebih tenang, dan tidak lagi sesak, langkah selanjutnya ajak dirimu berbincang. Bisa lewat tulisan, dimana kau jujur pada diri, tentang hal-hal yang berjatuhan, tentang luka yang bersarang, tentang tembok tinggi di hadapan. Atau jika tidak menulis, berikan waktu dan tempat agar dirimu bisa tafakkur, dalam diam, berbincang dengan diri.
Semoga setelah itu, setelah hatimu sedikit lebih kuat, kau bisa memaksa tanganmu untuk bergerak, kakimu untuk melangkah, dan bersama, hati dan ragamu bangkit. Bangkit dari jurang gelap, bangkit dari trauma masa lalu, bangkit dari kegagalan bertubi, bangkit.. bangkit.
Sertai setiap langkah dan usaha dengan doa. Karena cuma dengan doa, diri yang lemah ini bisa ditopang kekuatan dariNya. Karena lewat doa, kita tidak bersandar pada kemampuan hati dan tubuh kita yang terbatas, tapi kita bergantung dan bersandar pada Rabb Semesta. Yang Tidak Pernah Lelah dan Tidak Pernah Tidur.
Selamat memulai bangkit, meski berkali jatuh terpuruk. Semoga Allah hadirkan orang-orang yang menemani dan mengingatkan kita untuk bangkit. Aamiin.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya