Follow Me

Monday, October 1, 2018

Telinga

Bismillah.

Kadang kita butuh telinga, bukan telinga sendiri tapi telinga orang lain. Kita ingin berbicara dan ada yang mendengar. Ingin menulis dan ada yang membaca.

Kebutuhan itu normal, manusiawi. Memang idealnya kita bercerita, mengadu suka dan duka pada Allah. Tapi bukan berarti tidak boleh, untuk bercerita pada manusia. Tidak apa-apa, asalkan kita tidak tergantung dan bersandar pada manusia.

Ada yang memilih telinga orang asing yang lalu lalang, ia bercerita di blog, atau sosial media. Ada yang memilih telinga orang terdekat, entah itu ibu, kakak, atau teman.


***

Tidak semua orang dengan mudah bercerita saat butuh telinga, entah karena tidak mudah percaya, atau mungkin takut merepotkan orang lain. Tidak semua topik kita bagikan ke semua telinga, ada cerita baik yang mungkin mudah kita suarakan pada telinga manapun, ada juga suara kecil hati, yang hanya dibagikan pada telinga tertentu. 

Ada saat mudah bercerita di sini, lain waktu merasa sulit dan butuh telinga yang lebih spesifik. Mungkin karena topiknya sensitif, dan bisa jadi menguak sisi lain diri yang sebaiknya tidak diketahui banyak orang. Saat itu, aku menyapanya, lalu bercerita saja. Ia merespon, dan aku sedikit lebih lega. Aku mungkin hanya bercerita sepenggal, dan ia hanya bisa menyimak tanpa memberi solusi, tapi itu cukup. Cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk didengar.

***

Terima kasih padanya, telinganya, matanya, waktunya.

Maaf karena tiba-tiba meracau tentang suasana hati dan kondisi diri yang tidak baik.

Terima kasih atas kata dan jawaban sederhananya.

Maaf karena lebih sering meminta telinga ketimbang menyediakan telinga.

Dan terakhir... Jazakillah khairan katsiraa.. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya