Follow Me

Thursday, December 13, 2018

Patah Hati

Bismillah.

Patah hati, sakit hati, heart break. Sebelumnya aku memandang frase itu sebagai frase saja. Tidak pernah aku bisa melihatnya lebih dalam, aku tidak pernah tahu atau paham rasanya. Sampai Allah menuliskan takdir, agar aku melihat frase itu lebih dekat. Bagaimana patah hati, sakit hati, bisa memberikan banyak perubahan di hidup seseorang.

Betapa hati itu lemah, mudah terbolak balik, aku sudah tahu. Tapi sebelumnya aku tidak pernah berempati, menyaksikan orang jatuh bangun berjuang menyembuhkan hatinya yang hancur. Mungkin itulah mengapa Allah ingin menjaga hati kita sebegitunya. Karena Allah tahu, efeknya, sakitnya, jika hati kita terluka, sakit, bahkan patah. 

***

First heart break. Prosesnya akan menyakitkan, tapi jika ia bisa melaluinya ia akan menjadi kuat. Begitu yang dijelaskan temanku. Ia mungkin sudah sering mendengar kisah patah hati orang lain, sehingga seolah-olah itu hal biasa. 

Tapi aku... bagiku, itu bukan sekedar itu. Rasanya aku bisa mengerti mengapa dunia seseorang terasa sempit dan ikut hancur, saat seseorang mengalami patah hati. Meski aku juga setuju, bahwa patah hati tidak mengakhiri hidup seseorang. Bisa jadi itu "hal kecil", jika dibandingkan dengan gempuran bom yang setiap hari mengancam nyawa seseorang yang tinggal di wilayah perang.

Menulis tentang patah hati dan perang ngingetin aku sebuah video lecture animasi. Penjelasan surat Al Furqan kalau ga salah, bagaimana gunung dosa bisa Allah ganti menjadi gunung amal baik.


Ada tiga dosa.. bagaimana seorang muslim bisa melakukan itu? Dosa syirk, membunuh dan berzina. Lalu bagaimana ayat ancaman adzab yaang dilipatgandakan itu, dilanjutkan dengan ayat rahmat dan rahim-Nya.

Membunuh dan zina itu berkaitan, yang satu membunuh raga manusia, yang satu lagi membunuh jiwa manusia. Di video itu juga digambarkan, bahwa ada situasi dimana manusia bisa "begitu mudah" terjatuh dalam dosa tersebut. Yanng satu kondisi peperangan, dimana "semua orang membunuh" maka membunuh seolah hal biasa yang terjadi sehari-hari. Yang satu lagi kondisi dimana "semua orang berzina" maka zina seolah hal biasa yang terjadi sehari-hari. Padahal keduanya merupakan dosa yang disebutkan setelah dosa syirk.

Ada di kondisi yang mana kita? Begitu bahayanya zina, sampai Allah memperingatkan agar tidak mendekatinya.

***

Main api, main hati. Berawal dari hal kecil, lalu saling meracuni dan menyakiti. Saat sudah kadung terluka, patah hati, kita baru akan menyadari hikmah perintah dan laranganNya.

Perasaan kita begitu berharga, maka Allah tidak menginginkannya terluka. Sekali dihancurkan, patah hati, kemudian mengulang kesalahan yang sama lagi dan lagi.

***

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyatukan kembali hati yang sudah patah? Mengokohkannya lagi setelah bentuknya telah menjadi serpihan kecil? Setiap orang berbeda, jelas temanku.

Lalu aku teringat sebuah ayat lain, surat At Taghabun. Mungkin bahkan lukanya dibawa terus sepanjang hidup, jika saat patah hati, kita berkunjung ke dokter salah, meminum obat yang salah, atau justru hanya lari lagi dan lagi ke tempat yang salah.

Begitu, masih akan sakit. Sampai kita tahu bahwa cuma Allah yang bisa menghidupkan hati yang telah mati. Bahwa cuma dengan berlari kepadaNya, berdoa memohon petunjukNya, hati kita bisa membaik, pelan dan ada prosesnya. Tapi janjiNya tidak pernah ingkar. Allah akan menyembuhkannya secara sempurna. Jika pun masih terasa sakit, Allah akan ganti rasa sakit itu dengan hal yang lebih baik, entah di dunia atau di akhirat kelak. 

***

Terakhir, untuk siapapun yang sedang atau pernah patah hati... Semoga Allah menyembuhkan lukanya, menghapus rasa sakitnya. Semoga patahan itu menjadi jalan kita mendekat padaNya. Karena apapun yang membuat kita mendekat padaNya itu baik, meski rupanya gelap, dan berdarah.

Allahua'lam.

***

PS: Entah berapa kali aku maju mundur untuk menulis topik sensitif ini. Rasanya, siapa kamu bell? Mohon maaf kalau ada banyak salah. Tulisan ini yang utama dan pertama untuk diri. Subahanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya