*silahkan skip prolognya*
Kemarin sabtulis tematik, "siklus". Kemarin, belum kepikiran untuk menulis apa, mungkin memang tidak meluangkan waktu untuk menulis. Aku tahu, ini kelemahanku. Salah satu hal yang membuatku enggan dan ragu ikutan gerakan ini, karena aku tahu aku punya ritme sendiri dalam menulis, bukan satu hari satu tulisan, dan tidak bisa juga selalu menulis di hari tertentu, atau waktu tertentu. Lebih suka reaktif, tiba-tiba saja. Saat menulis menjadi sebuah 'kewajiban' saat itulah biasanya aku menghindarinya. Aku lebih suka menjadikan menulis sebagai 'kebutuhan', ibarat makanan, kalau lapar ya makan. Tapi kalau sedang ingin puasa, ya ga makan. Ya, mungkin itu tepatnya, tidak bisa 3x sehari makan, tidak bisa setiap sabtu menulis. Hm.
***
from unsplash |
Kita menyebutnya hari, menurut definisi internasional satu hari itu 24 jam. Tapi kalau kita melihat fenomena alam, kita memandang siklus hari lewat siang dan malam. Dalam penanggalan islam, hari dimulai, saat matahari tenggelam, malam, lalu siang, dan berakhir sesaat sebelum matahari tenggelam. Pergantian siang dan malam ini unik, karena durasinya tidak selalu sama setiap harinya, terkadang lebih lama siang, terkadang malam lebih pendek. Kita mungkin tahu teorinya, mengapa itu bisa terjadi. Bentuk bumi, kemiringan bumi, jalur perputaran evolusi bumi terhadap Matahari yang bentuknya tidak lingkaran, serta posisi berbagai kota yang dipetakan melalui garis geografis bujur dan lintang.
Namun apakah pengetahuan itu berhenti saja di situ? Di otak kita, sebagai informasi? Atau bisakah kita mencerna lebih dalam pengetahuan itu, dan mengambil hikmahnya untuk gizi hati?
Siapakah yang mengatur siang dan malam? Hingga suatu waktu, seolah-olah malam dimasukkan ke dalam siang. Dan diwaktu lain siang yang dimasukkan ke dalam malam. Pernahkah kita berpikir, bagaimana jika Zat Yang Menciptakan, Yang Mengatur hari, memutuskan bahwa satu hari hanya diisi siang saja? Atau malam saja? Jika hari diisi siang saja, kapan kita akan beristirahat? Padahal jam biologis kita didesain, agar malam kita bisa sejenak istirahat dari kerja keras di siang hari. Jika hari diisi malam saja, siapakah yang mampu menghadirkan, menciptakan, atau menemukan cahaya yang sama cemerlangnya dengan cahaya matahari? Cahaya yang dapat membantu tumbuhan berfotosintesis, memproduksi makanan, makanan untuknya sendiri, juga untuk makhluk lain, termasuk kita manusia.
Siklus hari yang awalnya terkesan biasa, karena terjadi berulang-ulang. Siang-malam-siang-malam-siang. Siklus "sederhana" ini seharusnya bisa kita lihat lebih dalam dan bermakna, bukan cuma permukaannya saja, bukan cuma dijadikan ilmu yang dipahami otak, namun juga menggerakkan hati untuk makin tunduk pada Sang Pencipta. Lalu kita berbisik pelan memuji-Nya, rabbana ma khalaqta hadza bathila subhanaka faqina 'adzabannar. Ya Rabb kami.. sungguh tidak ada hal yang Engkau ciptakan sia-sia. Maha Suci Engkau. Maka Selamatkanlah kami dari api neraka.
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
***
Saat membaca tema 'siklus' rasanya ada banyak yang bisa ditulis. Tentang siklus hidup laron, yang waktunya sangat pendek, satu hari, atau mungkin satu malam saja ia hidup. Atau tentang siklus hidup kupu-kupu, metamorfosis, siklus yang menakjubkan sehingga diksi metamorfosis banyak digunakan dalam tulisan-tulisan sebagai majas sebuah proses perjuangan yang nantinya menjadi indah. Juga tentang siklus hujan, aku juga sempat berpikir untuk menuliskan itu.
Siklus hujan, aku pernah membaca tulisan, bagaimana perputaran air tersebut membawa air ke laut, beserta filosofinya. Filosofi bahwa lautan menerima air manapun, air jernih, air kotor, air yang tercemar, semuanya. Di sisi lain, aku juga baru-baru ini membaca, tentang air yang akan kembali lagi ke langit. Membuatku tersadar, bahwa asal muasal air itu dari langit. Perputaran siklusnya saja yang membuat kita lupa, bahwa aslinya air dari langit. Air diturunkan oleh Allah untuk menghidupkan bumi, lewat air ini... bumi bisa hidup, tumbuhan, hewan, juga manusia. Tentu bicara hujan selalu mengingatkanku perumpamaan Al Qur'an bak air hujan untuk hati kita. Saat hati kita gersang, bahkan mati.. Allah bisa menghidupkannya kembali, dengan ayat-ayatNya.
Satu lagi, ada yang pernah dengar lingkaran setan? Siklus yang katanya tidak bisa atau sulit diputus? Aku juga sempat memikirkan untuk menuliskan itu. Bagaimana ternyata, rantainya, selalu bisa diputus. Hanya saja saat kita berada di dalamnya, kita dibutakan untuk melihat cahaya jalan keluarnya. Hingga rasanya, mau berkali-kali bangkit, akhirnya akan sama, jatuh lagi. Padahal... kita bisa melangkah keluar dari lingkaran gelap tersebut. Tentu tidak sendiri, dan bukan dengan kekuatan diri yang terbatas. Tapi dengan bantuanNya. Allahu musta'an.
***
Penghujung tahun menyapa kita, mengingatkan kita... bahwa siklus satu tahun hampir kita akhiri. Bersyukurlah atas hari-hari yang sudah berlalu, apapun warnanya. Karena dengan syukur tersebut, Allah akan lipatkan nikmat dariNya untuk kita di hari ini, juga hari-hari mendatang.
Semangat menulis, semangat menjalani aktivitasmu! Barakallahu fiikum.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya