Follow Me

Friday, November 13, 2020

Mengapa Aku Membaca Buku?

Bismillah.



Meski blog ini tanpa niche, bener-bener personal blog yang isinya macem-macem. Tapi sebenernya, ada beberapa hal yang akan saya usahakan untuk selalu dibahas di sini. Menulis, Membaca, dan Quran. Kenapa? Karena tiga hal itu bisa disambung-sambungin sama nama blog ini? Itu mungkin bisa jadi jawaban. Tapi alasan sebenarnya, karena tiga hal tersebut jadi aktivitas atau hal yang support system-ku waktu aku merasa kehilangan diriku. Ketiganya membuatku terhubung dengan kenyataan dan mengingatkan untuk berhenti 'tersesat', berhenti 'lari' dan juga untuk terus memperbaiki diri.


***


Pernah ada masa saat aku menghilang dari peredaran. Enggan kemana-mana, enggan berkomunikasi. Nah, selama masa itu aku males banget buka sosmed. Intinya selama masa itu, aku menghindari menyelesaikan masalah.


Singkat cerita, aku mulai sadar kalau aku ga bisa terus-terusan lari dari masalah. Nah, menulis, membaca dan Quran adalah tiga hal yang menjadi pengingat untuk itu.


Balik lagi ke pertanyaan di judul. Mengapa aku membaca buku?


Dulu aku membaca karena suka saja. Aku ingat sering duduk di sebelah kakak, ikut menyimak saat kakak diajarkan Ayah dan Ibu untuk membaca. Kakakku dan aku cuma beda 1 tahun. Aku juga ingat bagaimana Ayah memfasilitasi anak-anaknya untuk suka membaca. Membelikan majalah Bobo bekas yang kemudian dibundel jadi buku besar setebal harry potter. Aku juga bertemu teman SD yang punya buku-buku menarik, dan aku dibolehkan meminjamnya. Fase membaca karena suka ini cuma berlangsung sampai SMA atau tahun pertama kuliah.


(semacam ini, bedanya punyaku jilid sendiri, di fotocopian dekat rumah [pic: from here])


Setelah itu aku ingat betapa jarangnya aku membaca. Beli buku masih sih, tapi bacanya jarang. Ikut unit/ukm literasi masih sih, tapi cuma banyak menyimak dan termasuk anggota pasif.


Sampai masa 'gelap' datang. Trus aku berusaha keluar dari gelap. Banyak menyendiri di kamar (karena ga kemana-mana), dan tidak berkomunikasi dengan siapapun membuatku banyak overthinking. Karena satu-satunya input adalah pikiranku. Jika aku salah, ibaratnya nih, ga ada yang negur dan menyela pikiranku, "nope, that's wrong, actually....."


Yang pernah bergelut dengan overthinking pasti paham ya, gimana perjuangannya. Ada was-was dari setan untuk terus mikir negatif, rasa khawatir yang berlebihan, dll. Aku masih belum bisa membuka pintu komunikasi lebar-lebar, belum nyaman untuk ngobrol dan ketemu orang lain. Maka salah satu hal yang bisa membantuku, saat itu aku pikir, adalah membaca. Saat membaca, otomatis ada pengetahuan baru yang masuk. Ada sudut pandang dari penulis lain yang jadi input otakku. Kalau sebelumnya overthinkingku itu cuma dariku, kemudian berputar-putar menjadi bola salju. Dengan membaca, aku seolah dapat senjata untuk mengecilkan bola salju tersebut. Oh ya, sampai di masa tersebut aku belum membaca buku.


Aku membaca tulisan orang-orang di blog. Aku mulai memaksakan diriku untuk membaca dan menulis. Hasilnya? Lihatlah jumlah kuantitas tulisan di akhir 2016. September (48), Oktober (47), November (48), dan puncaknya Desember (65). Mayoritas tulisan blogwalking. Ada tulisan bagus di blog orang lain, aku kutip sebagiannya, aku tambahin sedikit komentar. Pokoknya waktu itu, aku merasa butuh banget sama membaca, menulis, dan tentunya Al-Quran


Setelah membaca tulisan di berbagai blog, aku mulai PDKT lagi sama buku. Aku mulai memaksakan diri sering jalan-jalan. Kadang mampir ke perpustakaan, baca buku satu dua halaman. Trus aku kenal istilah Nukil Buku dari Teh Tristi (Co Founder dan CEO @te.mali). Jadi Teh Tristi itu senior aku di Aksara (ukm literasi nomer satu di hatiku^^ hehe). Beliau setiap sabtu pagi ngadain meeting buat bahas buku yang sedang dibaca. Beda sama program lain yang biasanya harus udah beres baca baru bisa buat review/resensi, nukil buku ngasih konsep, gapapa baru baca dikit, share aja dari yang sedikit itu. Nah dari Nukil Buku ini aku akhirnya buat akun medium.


Perjalanan membaca buku-ku masih naik turun. Aku belum bisa balik suka baca buku kaya dulu pas masih kecil. Kalau mau kasih excuse, alasannya karena ada begitu banyak distraksi, banyak konten dan ilmu yang bisa diambil dari video, audio, konten-konten visual di ig misal. Membaca buku secara rutin dan serius bagiku masih susah. Tapi aku masih ngerasa butuh baca buku. Jadi deh, aku ngajakin temen-temen buat gabung grup laporan baca versiku.


Oh ya, sebelumnya aku pernah gabung 2 grup laporan baca, GMIB dan Generasi Al Fihri. GMIB itu programnya P3R-nya UGM, *namanya bukan P3R sih. GMIB targetnya baca 25 halaman tiap hari. Kalau Generasi Al Fihri cuma 3 lembar (6 halaman per hari). Sistem laporannya agak ribet sih menurutku, karena harus nulis halaman berapa-berapa aja yang dibaca. Oh ya, kedua grupnya udah ga jalan. Untuk GMIB waktu itu memang hanya untuk Ramadhan. Kalau Gen Al Fihri, karena yang konsisten laporan makin dikit, wajar jadi bener-bener sepi. Gak enak lah ngerasain grup isi belasan orang, tapi yang laporan baca cuma 2-3 orang. Mending ga usah laporan aja. Bacanya tetep jalan.


Nah, grup laporan baca versiku ini sistem laporannya dibuat agak beda. Kalau dulu nulis jumlah halaman, aku sengaja nyembunyiin jumlah halaman. Laporannya cukup, sudah baca, dibuktikan dengan kirim quotes dalam bentuk tulisan/foto. Keuntungannya, kamu bisa tetep menjaga hatimu. Toh ga akan ada yang tahu kamu baca satu bab, atau 25 halaman. Dan meringankan buat yang baru banget latihan baca, boleh banget baca cuma satu halaman soalnya. Trus kenapa laporannya quotes, biar yang lain juga bisa dapet 'nukilan' buku yang kamu baca. Aku ga tiap hari baca kutipan buku-buku yang temen-temen baca sih. Tapi kadang kalau luang dan minat, biasanya aku baca, dan kasih tanggepan atau pertanyaan.


Sebenarnya, sekarang aku dan membaca itu lagi ga bener-bener baik secara kualitas dan kuantitas. Udah lama ga baca sambil nyatet. Nulis ini juga... sebenarnya bentuk pengingat untuk diri, supaya makin kuat strong why-nya, kenapa aku membaca buku, saat ada pilihan nonton materi 'serupa' di platform lain. Aku ingin mengingatkanku, bahwa aku membaca bukan cuma karena begitu banyak manfaat dari membaca. Aku membaca, karena aku membutuhkannya. Ibarat tanaman yang butuh air, tanah yang subur dan sinar matahari. Begitu juga aku. Aku juga butuh membaca, menulis dan Al Quran, supaya aku bisa bertumbuh. Pelan mungkin, tapi tak mengapa.


Terima kasih kalau ada yang membaca sampai akhir. ^^ Ada satu pertanyaan, kalau bagiku "membaca, menulis dan Al Quran", apa satu, dua atau tiga hal yang jadi support system-mu? Aktivitas/hal yang ingin kamu jaga agar tetap ada di hidupmu. Sesuatu yang mungkin tidak selalu mudah, tapi kamu usahakan untuk tetap melakukannya?


Udah nemu jawabannya? Kalau udah, coba ceritain di blogmu ya, kirim linknya di kolom komentar. Aku pengen baca juga ^^


Terakhir, Semangat baca semuanya~


***


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.


No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya