Bismillah.
#SelfDiscovery
#Nostalgia
Take a walk
Read books - blogwalking
Write things from my heart and head
Meet good people
Trying to keep up good habits through community
Eat sweet snack
Drink yogurt
Make a lot of dua
***
I open this draft again, wanting to write a negative sentence like "I'm afraid I don't take care of myself". But then I found that list of little things that I want I keep doing to take care of myself.
So, let's discard this negative sentence and focus on writing a little explanation on that list above.
Just in case there's someone else reading this other than me, it's really just a personal story. You can skip this post
***
Jalan Kaki
Jalan kaki selalu bisa menjadi caraku untuk 'merawat' diriku.
Kebiasaan ini dimulai saat di Bandung dulu. Saat aku mengenal bahwa 'dekat'-nya di Bandung berbeda dengan 'dekat'-nya Purwokerto. Kalau di Purwokerto, dekat ya bisa jalan kaki. Kalau di Bandung denger kata dekat, lalu nekat jalan kaki, yakin deh nyesel karena cape jalan. Hehe. Itu saat awal aku di sana. Jadi saat tahu dekat, ya naik angkot aja 3000 rupiah. Teringat saat terjebak macet karena ada pawai bobotoh. saat itu persib menang kayanya. Akhirnya memutuskan untuk turun angkot dan jalan sampai pusdai. Gak peduli dilihatin orang karena sendiri-sendiri pakai baju hijau tua, karena mau latihan PG di pindad, sedangkan mayoritas orang pakai baju biru.
Awalnya memang jalan kaki karena keadaan. Lalu saat menghilang dari peredaran, dan memilih mengurung diri di gua. Jalan kaki ternyata bisa jadi cara healing yang pas untukku. Sejenak keluar dari overthinking dengan berjalan kaki jauh dan melihat keluar, bertemu dengan orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing dan tidak mengenalku. Mengunjungi taman-taman di Bandung. Beberapa momen saat diingatkan ibu-ibu untuk tidak berjalan ditengah. Atau momen saat habis shubuh berjalan dari satu masjid ke masjid yang lain karena ingin menyendiri.
Berjalan kaki menjadi caraku merawat diriku. Lebih baik daripada sekedar berada di kamar dan menyibukkan diri dengan distraksi dan lari dari masalah. Berjalan kaki membuatku berpikir, pun saat yang muncul pikiran buruk, pemandangan yang berganti, pepohonan, mengobservasi aktifitas orang, bisa mengalihkan pikiran burukku untuk melihat sudut pandang lain, melihat keluar, dan berhenti berkutat di balik tempurung. Pun saat rasa khawatir begitu mengepung, tapi berdiam diri hanya akan meninggalkanku di kondisi menangis seharian, berjalan kaki selalu bisa menenangkan. Kakiku berjalan, dan aku lisan mulai menenangkan diri dengan doa. Doa favorit saat itu adalah doa Nabi Musa di halaman kedua surat Taha, doa yang sudah dihafal sejak kecil. Juga doanya Nabi Yunus, kalau yang ini, aku nggak hafal letaknya di surat apa dan halaman berapa hehe.
Doa Nabi Musa, karena saat anxiety memuncak, dada rasanya sesak. Pun ketakutan akan urusan-urusan yang rasanya berjatuhan sebelum benar-benar berjatuhan. Jadi doa itu kupanjatkan.
قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, [Surat Ta-Ha (20) ayat 25]
وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى
dan mudahkanlah untukku urusanku, [Surat Ta-Ha (20) ayat 26]
وَٱحْلُلْ عُقْدَةًۭ مِّن لِّسَانِى
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, [Surat Ta-Ha (20) ayat 27]
يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى
supaya mereka mengerti perkataanku, [Surat Ta-Ha (20) ayat 28]
Ya Allah, menyalin ayat-ayat doa ini dari web Lafzi mengingatkanku akan satu hal. Mengapa doa pendek tersebut Allah potong-potong jadi beberapa ayat? Karena di tiap ayat ada penekanan. Ada yang harus kita fokuskan. Jadi bukan doa yang sekedar lewat. Tapi dimaknai TT Allahummaghfirli, semoga Allah mengampuni saat kita tergesa dan sekedar melafalkan doa, namun yang keluar hanya hafalan di lisan, bukan doa dari hati TT
Doa Nabi Yunus aku sering baca, karena saat itu (fase menghilang dari peredaran) memang aku merasa tidak ada jalan keluar. Rasanya masalahnya sudah entah berapa kali berguling dan menjelma menjadi bola salju yang sangat besar. Selain itu, karena aku tahu betapa dzalim diriku. Sehingga benar yang diajarkan Nabi Dzun-nun lewat doanya.
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَـٰضِبًۭا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَـٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". [Surat Al-Anbiya (21) ayat 87]
***
Satu poin, dan penjelasannya seabreg ya? Padahal mungkin cuma pengulangan cerita. Kalau yang pernah baca blogku, mungkin pernah mendapati penjelasan terkait. Next time mari kita batasi satu poin satu paragraf penjelasan? Yakin bisa? hehe.
***
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya